4.1 Elektron

670 64 3
                                    

Tidak hanya cerdas di semua mata pelajaran, tapi Aleo juga ahli di—hampir—semua cabang olahraga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak hanya cerdas di semua mata pelajaran, tapi Aleo juga ahli di—hampir—semua cabang olahraga. Sepak bola, basket, voli, renang, archery, catur, bahkan sepak takraw, pun pemuda itu bisa. Mau bukti? Oke. Kebetulan sekali Aleo juga sedang berjalan menuju kawasan sekolah yang letaknya ada di belakang lapangan football, di mana kawasan itu memang menjadi pusat tempat kegiatan setiap olahraga yang dilakukan di AHS.

Semua fasilitas olahraga ada di sana. Lapangan indoor dan outdoor, kolam renang, peralatan gym, serta ruang ganti juga tersedia. Sebenarnya Aleo terbilang jarang datang ke kawasan itu, mengingat dirinya yang bergabung dengan club sepak bola sekolah otomatis membuatnya lebih sering muncul di lapangan football, itu pun juga masih lebih banyak bolos ketimbang hadirnya.

“Yo!” Mendengar nama panggilannya disebut, Aleo lantas menoleh ke arah lapangan basket. “Gabung sini, lah.” Ajak salah satu murid yang ada di sana. Tanpa repot-repot mengeluarkan suara, Aleo hanya mengangkat tangan kirinya dengan jempol yang menunjuk ke arah lapangan takraw, bermaksud memberitahu bahwa dia lebih tertarik bermain di sana.

Setelah memberi kode seperti itu, Aleo langsung berjalan menuju tempat tujuannya. Walaupun ajakan tadi terdengar akrab, tapi jujur sebenarnya Aleo tidak kenal dan tidak tau siapa murid laki-laki itu. Memang begitu, Aleo kerap kali mendapat sapaan sok akrab dari beberapa murid. Entah apa tujuannya, tapi Aleo tetap akan merespons seperti barusan bila mood-nya dalam kondisi baik.

Kalau kata Bryan sih, “Yang kayak gitu biasanya takut ditonjok, makanya milih jalur caper.

Sampai di lapangan takraw, Aleo terlebih dahulu mengamati permainan yang berlangsung. Begitu bola yang terbuat dari rotan itu menggelinding keluar dan kebetulan mengarah padanya, Aleo langsung memungutnya. Pemuda itu kemudian dengan santainya masuk ke lapangan, memilih bergabung dengan kubu yang ada di sebelah kanan.

“Keluar,” kata Aleo. Membuat murid laki-laki di kubu sebelah kanan yang sebelumnya menempati posisi apit kiri langsung keluar tanpa protes sama sekali.

Tidak perlu drama panjang Aleo langsung memulai permainan dengan melempar bola ke arah murid yang posisnya ada di tengah, alias pemain yang berperan sebagai tekong. Murid itu menerimanya dengan baik sehingga bola melambung sempurna melintas ke tempat lawan. Permainan pun berlangsung dengan seru.

Sorakan dari penonton yang menyaksikan mereka sesekali heboh dan berisik ketika Aleo berhasil memblokir serangan dari lawan atau ketika Aleo dengan kerennya melancarkan serangan menggunakan gaya salto. Hari ini kawasan olahraga memang lebih meriah dari biasanya lantaran proses belajar mengajar belum berlangsung mengingat sekarang masih dalam suasana ulang tahun sekolah.

“Hahahaha ...” Tawa para penonton dan beberapa pemain tiba-tiba meledak kala serangan yang Aleo lancarkan malah mengenai muka salah satu lawannya.

Ditertawakan oleh banyak orang mungkin membuat murid berperawakan tinggi itu malu dan tidak terima. Makanya murid laki-laki yang Aleo yakini kakak kelas itu langsung melempar bola rotan secara kasar ke arah Aleo. Tujuannya untuk balas dendam mungkin? Tapi alih-alih terkena, Aleo justru dengan entengnya menangkap bola itu.

RABIDUS FAMILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang