Jantung Fikri berdebar, tangannya berkeringat dingin, perang sudah dimulai, dan tugas pertama adalah bagiannya. Fikri harus melaksanakan tugas dengan baik. Aleo bilang, dia hanya perlu memasang dua alat ini di sekitar lokernya, sisanya si berandal itu yang akan mengurus.
05:41. Sampai di pelataran AHS, Fikri langsung turun dari mobil. Belum sempat melangkah, netranya malah menangkap keberadaan seseorang yang mencurigakan sedang berdiri di atas genteng gedung utama sekolah. Hoodie hitam, celana jeans hitam, dan sepatu hitam.
Dari potongan rambutnya, Fikri merasa familiar. Dan saat orang itu berbalik, dugaan Fikri terbukti. Pemilik tubuh yang mengenakan pakaian serba hitam itu adalah Aleo. Netra mereka bertemu, posisi Aleo yang berada di atas atap bangunan 5 lantai memang terlalu jauh, tapi Fikri tau pemuda itu juga sedang menatapnya.
Fikri bahkan bisa melihat Aleo menganggukkan kepalanya se-kali sebelum akhirnya si berandal itu memakai tudung hoodie-nya lalu melompat masuk ke dalam salah satu dari puluhan jendela yang berjejer di gedung lantai 5.
Di lantai 5 memang ada banyak ruangan, tapi setau Fikri, gedung bagian kanan tempat Aleo berada, itu merupakan kawasan ruang monitoring, dan kemungkinan besar Aleo masuk ke ruangan itu.
Menarik napas dalam-dalam, Fikri memperbaiki posisi ranselnya yang tersampir di pundak kanannya. Tidak ada yang perlu diragukan, semua akan baik-baik saja. Lagipula dia tidak sendirian, ada Razel, Sabrina, Aleo, dan Aleen bersamanya.
Dengan keyakinan penuh, Fikri mulai melangkahkan kakinya menuju lokernya. Sampai di sana, kepalanya mendongak menatap CCTV yang mengintai di tempat itu. Lampu merah pada kamera CCTV tampak berkedip, menandakan bila alat itu masih aktif.
Membasahi bibirnya, Fikri menunggu sambil mengetuk-mengtukkan telunjuk tangan kanannya di paha. Dan begitu lampu merah itu berhenti berkedip, Fikri langsung bergerak cepat memasang 2 CCTV mini untuk mengintai lokernya.
“Kunci loker lo.”
Baru saja selesai memasang kedua alat itu, Fikri dibuat terperanjat mendengar suara tiba-tiba itu. Badannya spontan berbalik, mendapati Aleo yang berpakaian serba hitam sudah ada di sana dengan tangan kiri yang menengadah. Ngomong-ngomong, kali ini tangan kanan si berandal kelihatan tidak di-sling.
“Kunci loker lo mana?”
Fikri merogoh saku almamaternya, mengeluarkan sebuah kunci yang kemudian ia serahkan pada Aleo. “Tangan lo udah sembuh?”
Aleo menggeleng. “Belum,” jawabnya sembari memasukkan kunci loker Fikri ke dalam kantong hoodie-nya.
“Kalau Aleen sampai tau, lo pasti bakal diomelin sama dia.”
Aleo hanya mengendikkan bahunya, pemuda itu kemudian melangkah melewati Fikri. Namun baru 3 langkah, Aleo malah berubah kembali melangkah mundur dan berdiri di tempatnya semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
RABIDUS FAMILIA
Teen FictionBersaing dengan orang lain ❌ Bersaing dengan sepupu sendiri ✅ Dalam bahasa latin, RABIDUS FAMILIA berarti KELUARGA GILA. Maka sesuai dengan judulnya, cerita ini akan membuat kalian paham akan betapa gilanya keluarga ADHINATHA. // ADHINATHA family, a...