Nares mencoba mengatur napasnya yang memburu karena terlalu terkejut dan juga takut. Ternyata ini adalah kejutan yang Arawinda berikan padanya demi membalas dendam perbuatan yang dilakukannya kemarin-kemarin. Hewan paling menjijikan yang Nares benci karena pernah menggigit kakinya waktu kecil dulu, kini teronggok di bangku mobil bagian pengemudi.
Jika kemarin-kemarin Nares memakai barang mainan untuk mengerjai Arawinda. Maka gadis itu lebih ekstrim. Benar-benar meletakkan tikus yang masih hidup di sana. Diletakkan di sebuah kandang kecil memang, tetapi karena Nares takut pada hewan pengerat itu maka tidak heran jika kini terlihat sangat syok.
"Langsung buang, Pak!" Nares berjingkat ke belakang saat Pak Parjo mengambil hewan kecil itu dari jok mobil.
"Eh apa itu, Pak?" Pertanyaan menyebalkan yang Arawinda berikan saat keluar dari rumah. Memasang tampang bodoh, yang Nares yakini hanya akting belaka.
"Tikus, Non! Nggak tahu kenapa ada di mobil Pak Nares," jawab Pak Parjo sembari meneruskan langkah untuk membuang tikus yang dibawanya.
Sementara Arawinda hanya mengangguk, lalu menoleh pada Nares. Memberikan senyuman manis saat melihat kekesalan yang terlihat nyata menyala di mata sipit laki-laki itu.
"Tikusnya mau ikut ke kampus kali, Pak!" ujarnya sembari melipat bibir untuk menahan tawa agar tidak menyembur. Masih mengingat tampang lucu Nares yang ketakutan tadi.
"Awas kamu!" geram Nares sembari membuka pintu mobil.
"Sekor masih dua satu, ya, Pak! Tunggu saya samain sekornya nanti." Kalimat Arawinda menghentikan gerakan Nares yang sudah ingin naik ke mobil. Namun saat ingin menyahut, Arawinda sudah melesat pergi dengan sepeda motornya.
"Sialan," bisik Nares sembari masuk ke mobil dengan membanting pintu karena kesal.
*
Hari ini Nares tidak memiliki jadwal untuk mengajar di kelas Arawinda. Setidaknya dengan tidak bertemu gadis itu sementara waktu, bisa mengurangi kekesalannya. Gadis itu sungguh luar biasa. Dikerjai agar tidak betah tinggal di rumahnya malah balik mengerjainya. Dan apa katanya tadi? Mau menyamakan skor? Itu berarti Arawinda sudah memiliki rencana lain untuk kembali melakukan balas dendam. Jika begini caranya, Nares juga harus mencari cara untuk membalas gadis itu.
"Pak Nares!"
Langkah Nares terhenti saat mendapat panggilan itu. Seorang mahasiswi yang baru saja mengikuti kelasnya terlihat mendekat.
"Ya, ada apa?" tanya Nares sembari memasang wajah ramah. Jangan sampai karena Arawinda emosinya menjadi tidak terkendali dan tanpa sengaja melampiaskan ke mana-mana. Di kampus dia harus tetap menjadi dosen yang disegani, dan disenangi karena keramahannya.
"Boleh nanya sedikit saja tidak, Pak, soal materi tadi?" tanya gadis yang memakai kacamata itu. Gerakannya saat membetulkan kacamata, sedikit menganggu konsentrasi Nares. Hal tersebut mengingatkannya pada–stop! Kenapa bayangan Arawinda malah muncul?
Mahasiswi di depannya mendongak karena Nares tidak langsung menjawab setelah dirinya selesai memberikan pertanyaan.
"Pak!"
Nares tersentak dari lamunan tentang kekesalannya pada Arawinda. "Ah maaf, tadi saya kurang fokus. Bisa tolong diulang?"
Gadis di depannya mengangguk, lalu mengulang pertanyaannya. Namun lagi-lagi konsentrasi Nares terganggu saat gadis tersebut membetulkan kacamatanya.
"Tunggu sebentar! Kamu minus?" Pertanyaan tersebut tentu saja membuat gadis di depan Nares bingung. Meski begitu, anggukan kepala gadis itu berikan sebagai jawaban.
"Bisa dilepas sebentar saja kacamatanya? Maaf, karena gerakan tangan kamu saat membetulkan kacamata sedikit mengganggu konsentrasi saya," ujar Nares apa adanya. Bayangan Arawinda sungguh seperti jailangkung.
Meski terlihat bingung, gadis itu tetap menuruti permintaan Nares. Dan setelah kacamata itu terlepas, Nares baru bisa menjawab dengan lancar pertanyaan yang diucapkan mahasiswinya tersebut.
Nares lalu melanjutkan langkahnya ke ruang dosen saat gadis tadi selesai dengan urusannya. Namun, langkah laki-laki itu terhenti saat sosok yang bayangannya sejak tadi menganggu tengah berjalan ke arahnya.
Arawinda dengan jaket kuning kebanggaannya itu tengah berjalan sembari menunduk. Fokus dengan ponsel sementara tangan yang lain memegang gelas plastik berisi cairan kuning.
Nares mengerutkan kening. Setahunya gadis ini menyukai warna hijau, tetapi kenapa segala hal yang ada di Arawinda malah cenderung ke kuning? Rambut kuning, jaket kuning. Nares tahu hal yang Arawinda sukai dan tidak sukai dari beberapa teman gadis itu. Tidak banyak informasi yang didapatnya, hanya hal-hal umum karena Arawinda ternyata tidak memiliki teman yang bisa dikatakan dekat.
"Eh, Pak Nares!" sapa Arawinda dengan senyuman manis yang di mata Nares terlihat seperti sebuah ejekan. Gadis itu lalu berhenti saat mereka sudah dekat.
"Bapak lagi ngapain?" Gadis itu tampak celingukan, entah apa yang sedang dicarinya. Namun di mata Nares, segala hal yang Arawinda lakukan terasa menyebalkan.
"Bukan urusan kamu!"
"Eits, ketus banget, Pak! Nanti kalau ketahuan fans Bapak pada terkejut kalau tahu aslinya Bapak tuh…." Arawinda sengaja menggantung kalimatnya. Sengaja ingin membuat Nares kesal. Di mata gadis itu, saat Nares memasang wajah kesal malah terlihat lucu. Nares tidak cocok memasang wajah marah.
"Apa?" Seharusnya Nares tidak meladeni gadis ini.
Arawinda malah cengengesan, lalu menggelengkan kepalanya. "Enggak, nanti Bapak marah. Ya udah, saya permisi, Pak!" katanya sembari melempar gelas plastik sisa es jeruk ke tempat sampah. Namun entah begaimana caranya, gelas itu malah memantul dan sisa es jeruk di dalamnya terciprat ke mana-mana, termasuk ke bajunya. Dan...mata Arawinda melebar saat sadar baju Nares juga terkena cipratan sisa es jeruknya.
"Maaf, Pak," ujar gadis itu sembari meringis, lalu kabur sebelum Nares meledakkan amarah.
*
Hari ini benar-benar ujian emosi untuk Nares. Noda cipratan es jeruk tadi membekas di kemeja putihnya. Dan sial sekali karena stok kemeja yang biasa Nares taruh di mobil tidak ada. Entah dia yang lupa menaruhnya, atau ada orang yang sengaja memindahkannya. Jika memang ada orang iseng yang memindahkan, siapa lagi pelakunya jika bukan Arawinda?
Gadis itu benar-benar harus diberi pelajaran.
Nares paling tidak menyukai saat bajunya kotor ataupun kusut. Dan hari ini, noda kuning di bajunya sungguh menganggu. Membuat mood-nya harus jatuh berantakan, tetapi dia dituntut untuk profesional saat mengajar.
Beruntung hanya ada dua kelas hari ini. Setelah selesai kelas terakhir, laki-laki itu langsung pulang. Sudah tidak tahan dengan bajunya yang terasa lengket karena noda es jeruk tadi.
Langkah Nares terhenti saat melihat seseorang tengah mengutak-atik sepeda motor di parkiran. Dari gerak-geriknya sungguh mencurigakan. Nares sudah ingin menegur, tetapi urung saat sadar sepeda motor yang entah sedang diapakan itu adalah milik Arawinda. Kekesalannya membuat hati nurani Nares tertutup untuk sesaat.
"Ternyata yang namanya karma itu ada, dan langsung dibalas lunas oleh orang lain," bisik laki-laki itu sembari masuk ke mobil dan melajukannya. Tersenyum penuh kemenangan. Tidak tahu jika apa yang dilakukan orang tadi tengah mengancam keselamatan Arawinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Pak Dosen
RomanceNares menolak saat eyang menunjuk Arawinda sebagai gadis yang akan menjadi jodohnya. Ara jauh dari kriteria wanita idaman bagi Nares yang memiliki kriteria tinggi dalam memilih calon istri. Lagipula Ara adalah mahasiswa yang sering membuat ulah di k...