Bab 28. Mantan

50 5 0
                                    

Aku tuh sebenarnya mau update cerita ini setiap hari Sabtu. Tapi baru ingat kalau hari Sabtu udah kelewat. Wkwkwk

Makasih yang udah nungguin cerita ini update. Aku usahain update satu minggu sekali, ya. Tapi nggak janji harinya karena aku suka lupa, hehe

Kalau yang mau baca sampai tamat langsung, bisa ke Karyakarsa.

Akun Kk - ayaarini236

Happy reading!!!?

***

"Winda!" 

Arawinda menyesal karena sudah menoleh. Jika tahu sang pemanggil adalah Agam Aditya, gadis itu sudah memutuskan untuk kabur sejak tadi.

Laki-laki dengan cat rambut abu-abu ini adalah mantan kekasihnya di SMA dulu. Cara mereka putus bukanlah kenangan yang ingin Arawinda ingat. Itu kenapa, dia sangat kesal harus dipertemukan dengan laki-laki ini lagi. 

"Apa kabar kamu, Win?" tanya Agam dengan binar bahagia yang begitu terlihat. Seperti, bertemu dengan Arawinda adalah sesuatu yang memang sudah lama didambakan. 

"Aku baik," jawab Arawinda dengan ekspresi datar. Tidak ada alasan untuk bersikap baik pada laki-laki yang sudah pernah menyakitinya dengan begitu dalam. 

"Kamu, beda." Agam memindai tubuh Arawinda dari ujung kepala hingga kaki. Membuat gadis di depannya merasa risi. 

"Kamu cantik," ujar laki-laki itu lagi saat menatap kepala Arawinda. Di mana rambut cokelat kekuningan gadis itu tampak begitu pas dengan kulit putih Arawinda. 

Arawinda hanya memberikan senyuman tipis sebagai respon. Sama sekali tidak tersanjung dengan pujian tersebut. Pujian dari seorang playboy sekelas Agam tentu saja tidak akan pernah terdengar tulus. Apalagi jika itu berhubungan dengan kelebihan fisik. 

"Maaf, aku ada urusan–" Kalimat Arawinda terhenti karena Agam menahan lengannya. Namun segera laki-laki itu lepas saat sadar ada sorot risi yang Arawinda tunjukkan dari matanya. 

"Maaf," ujar Agam sembari menarik lengannya. "Boleh bicara sebentar?" 

"Kayaknya kita nggak punya topik penting untuk dibicarakan," ujar Arawinda tanpa bisa menutupi aura tidak suka dari wajahnya. "Malah, aku pikir nggak seharusnya kita saling sapa kayak gini."

"Win, tunggu!" Agam tidak menahan lengan Arawinda kali ini, tetapi menghadang langkah gadis itu agar tidak bisa kabur. 

"Kamu masih dendam sama aku karena perkara dulu?" tanya Agam serius. 

"Sory, aku nggak bakalam inget hal nggak penting." Arawinda melangkah ke kiri, tetapi Agam malah ikut melangkah ke arah sama. 

"Mau kamu apa sih, Gam?" tanya Arawinda kesal. Bertambah kesal saat Agam malah menunjukkan senyuman. 

"Mau aku ngobrol sebentar sama kamu. Please." Agam menunjukkan wajah memohon. Namun Arawinda menggeleng tegas. 

"Sudah aku bilang. Nggak ada hal yang bisa kita bicarakan saat ini."

"Berarti besok boleh?" Agam lagi-lagi menghadang tubuh kecil Arawinda. Seperti sengaja memancing kekesalan gadis itu.

Arawinda berusaha untuk tidak terpancing. "Kita udah nggak punya urusan apa-apa Agam. Jadi please, jangan gangguin gue!" 

Agam malah menahan senyum. Di matanya, Arawinda yang marah malah bertambah cantik. Keinginan untuk kembali dekat dengan gadis ini bertambah kuat. 

"Jangan ikutin gue!" ujar Arawinda lagi sebelum akhirnya melangkah pergi. Setelah sosok Agam tidak terlihat, baru gadis itu memesan ojek daring. 

Jodoh Untuk Pak Dosen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang