Bab 25. Cantik

72 8 0
                                    

Suasana Romantic Cafe setiap malam minggu selalu ramai oleh pasangan muda-mudi. Tidak jarang cafe dengan suasana romantis itu dijadikan tempat untuk menyatakan cinta atau pun melamar pasangan. 

Seperti malam ini. Beberapa pelayan tampak sibuk menghias lantai dua kafe yang bertemakan kaca. Dari dinding hingga atap terbuat dari kaca sehingga pemandangan di luaran sana terlihat. Langit sudah menggelap, membuat lampu-lampu kecil yang tergantung sebagai hiasan terlihat begitu cantik. 

"Kak, kayaknya kurang kesini dikit vas bunganya." Arawinda sebagai seksi repot khusus untuk pesanan kali ini sejak tadi ikut terlihat sibuk. 

"Udah, keren! Tengkyu semuanya!" teriak gadis itu setelah semua sesuai dengan keinginannya. Berharap Nares juga akan puas dengan hasil kerjanya. 

Malam ini, Nares akhirnya berani mengambil keputusan untuk menyatakan cinta kepada Nadira. Dan menyerahkan segala persiapan pada Arawinda. 

"Jadi siapa orang spesial yang hari ini Arawinda bantu?" 

Arawinda segera menoleh saat mendengar ucapan tersebut. Memberikan senyuman pada Mas Iqbal, pemilik kafe yang selalu bersikap baik padanya. 

"Dosen Ara ini, Mas," jawab gadis yang selalu tampil beda setiap malam minggu itu. 

Arawinda yang biasa tampil serampangan harus menggunakan make up serta merapikan rambutnya saat bekerja di cafe sebagai penyanyi. Iqbal yang memberi syarat tersebut saat merekrut Arawinda sebagai penyanyi kafe dulu. 

Mas Iqbal memberikan senyum teduh. Hal yang sering Arawinda abaikan karena terkadang senyum itu seperti memiliki arti. Meski status laki-laki ini masih single, tetapi Arawinda yang sudah memutuskan untuk menutup pintu hati tidak mau membuka celah. 

"Jadi jam berapa orangnya datang?" Laki-laki yang juga mengenakan kacamata minus itu melihat jam di pergelangan tangannya. Sementara Ara melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pesan dari Nares.

"Lagi OTW orangnya. Katanya 10 menit lagi sampai."

Mas Iqbal mengangguk sebagai respon. "Kalau gitu kamu siap-siap juga." 

"Oke, Mas!" Arawinda segera menuju ruang ganti untuk memastikan lagi penampilannya rapi. Meski yang menyewa tempat ini adalah Nares, tetapi dia harus memperlakukan laki-laki itu seperti tamu kafe lainnya. 

Setelah selesai memastikan penampilannya baik, Arawinda segera duduk di panggung kecil yang berada di sudut ruangan. Dari sini Arawinda akan menyanyikan lagu-lagu romantis yang tadi sudah disiapkannya.

"Target udah dateng!" teriak salah satu pelayan kafe. Semua yang bertugas untuk melancarkan acara Nares pun bersiap pada tugasnya masing-masing. Termasuk Arawinda yang kini mulai memetik gitarnya dan menyanyikan satu lagu dari Andmesh. 

Arawinda sempat tertegun pada Nares yang malam ini terlihat begitu tampan. Laki-laki itu tampil santai dengan balutan kaos abu-abu serta celana jeans hitam. Di sampingnya, Nadira juga tampak menawan dengan mini dress selutut berwarna sama. 

Nares melempar senyuman pada Arawinda. Laki-laki itu juga sempat tertegun saat melihat penampilan Arawinda yang terlihat berbeda. 

Arawinda terus mengalunkan suara merdunya. Tangan kecil lentiknya juga tidak berhenti memetik gitar. Semua hanyut dalam suasana romantis yang tercipta. Dari tempatnya, Arawinda bisa dilihat wajah Nares yang tampak begitu bahagia. 

Acara berlangsung lancar, dan berakhir dengan Nares yang menyatakan cinta. Semua terjadi sesuai prediksi yang Arawinda katakan siang itu. Nadira tanpa ragu, juga tanpa mengulur waktu langsung menerima pernyataan cinta Nares. 

Arawinda tersenyum karena semua berjalan sangat lancar. Namun entah mengapa ada sisi hatinya yang terasa seperti tercubit. Apalagi saat melihat Nares memeluk Nadira dengan senyum bahagia. Air mata Arawinda seperti ingin turun tanpa alasan yang jelas. 

Jodoh Untuk Pak Dosen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang