Nares hanya bisa diam sembari sesekali tersenyum pada beberapa teman eyang yang terus melempar senyuman padanya. Bentuk sopan santun, tidak mau membuat eyangnya malu meskipun hal yang saat ini eyang lakukan sungguh menjengkelkan.
Masalah yang pegawai eyang sebutkan di telepon tadi, ternyata hanyalah rencana eyang agar Nares datang ke tempat katering. Saat laki-laki itu muncul di sana, tidak ada yang terjadi kecuali keramaian karena teman arisan eyang datang entah untuk acara apa.
"Kenapa nggak sama Ara?" Itu adalah pertanyaan yang eyang berikan padanya tadi. Hal yang tentu saja membuat Nares bingung. Namun seketika mendapat jawaban saat eyang terus saja menceritakan gadis itu sebagai calon jodoh pilihan.
Eyangnya sedang pamer atau bagaimana, Nares sungguh tidak paham. Yang jelas, sekarang semua wanita seusia eyang yang duduk di kursi meja salah satu restoran ini mengira Ara adalah calon istrinya.
Mengenai Arawinda, Nares seketika melirik ke arah gadis itu saat ini. Nares tahu di tengah senyum yang terus gadis itu berikan sejak tadi, ada sorot khawatir yang Arawinda tunjukkan dari matanya. Gadis itu pasti takut jika acara konyol ini akan merusak hubungan baik yang baru saja mereka jalin.
Kemarin-kemarin, mungkin Nares akan langsung berpikir buruk pada Ara. Namun setelah mendengar jika gadis itu juga tidak akan menyetujui rencana perjodohan ini, Nares tidak akan mencari perhitungan apapun. Karena dia tahu, saat ini Arawinda juga tengah menjadi korban.
"Yang, Ara masih ada kerjaan habis ini," bisik Nares pada eyang yang duduk di sebelahnya. Demi menyelamatkan dirinya juga Arawinda yang duduk di sisi lain eyang, Nares sengaja berbohong. Dia tahu Ara ada pekerjaan, tetapi nanti malam bukan sekarang.
Eyang Widya seperti tidak percaya mendengar hal tersebut, wanita itu lantas mengkonfirmasinya pada Arawinda. Gadis itu langsung mengangguk sebagai jawaban. Sempat melirik ke arah Nares yang melempar senyuman. Ada sorot lega yang terpancar saat mata Arawinda menangkap senyumannya.
Eyang akhirnya melepaskan Nares juga Arawinda. Dua anak muda itu pun tidak menyia-nyiakan waktu, segera kabur sebelum eyang memiliki rencana untuk menahan mereka.
"Maaf, Pak, saya nggak tahu menahu soal acara hari ini." Arawinda langsung membela diri saat mereka sudah sampai di luar restoran.
Nares memberikan senyuman, lalu mengangguk. "Saya tahu. Itu kenapa tadi saya sempat telpon kamu biar nggak ke katering. Tapi kamu nggak angkat."
Arawinda melebarkan mata saat mendengar penuturan Nares. Gadis itu segera mengambil ponsel di tas kecilnya, lalu menepuk dahi saat ada beberapa panggilan dari Nares yang tidak diangkat.
"Saya beneran nggak denger. Maaf, ya, Pak," ujar Arawinda takut.
Nares kembali memberikan senyuman agar Arawinda tahu jika dirinya tidak marah. Sama sekali tidak menyalahkan Arawinda akan hal ini.
"Udah, nggak usah dipikirin. Ini semua memang rencana eyang. Dan kita harus siap untuk rencana-rencana konyol selanjutnya." Nares terkekeh kecil saat mengatakan hal tersebut. Jika kemarin-kemarin rencana eyang terasa sangat menyebalkan. Entah mengapa setelah berdamai dengan Arawinda, semua hal yang eyang lakukan menjadi sangat lucu.
Arawinda yang melihat Nares tertawa kecil sempat tertegun, tetapi selanjutnya gadis itu ikut tertawa meski hanya sebentuk tawa hambar. Mungkin tidak paham bagian mananya yang lucu dari rencana eyang hari ini.
"Oh, ya. Makasih buat bantuan kamu," ujar Nares tulus. Arawinda hanya mengangguk dengan senyuman tipis.
"Kamu sudah makan?" Kali ini Arawinda menggeleng. Tadi eyang memesankan makanan, tetapi belum sempat dia sentuh. Gadis itu terlalu terkejut dengan perkataan eyang yang mengenalkannya sebagai calon cucu mantu pada teman-teman wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Pak Dosen
RomanceNares menolak saat eyang menunjuk Arawinda sebagai gadis yang akan menjadi jodohnya. Ara jauh dari kriteria wanita idaman bagi Nares yang memiliki kriteria tinggi dalam memilih calon istri. Lagipula Ara adalah mahasiswa yang sering membuat ulah di k...