Keisya Levronka - Better On My Own
Yang mau request silahkan...
JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!
HAPPY READING!
____________________________________________
Senja melepas helm hitamnya. Menatap kaca spion, gadis ber-hoodie hitam itu merapikan rambut pendek cowoknya, terutama membelah tengah bagian poni indahnya yang tak terlalu lebat. Dia tersenyum kecil, terlihat imut di kaca spion. Dan akan lebih imut lagi jika ditatap secara langsung.
Membiarkan kaca spion motornya tenggelam oleh helm, Senja menaikkan tudung hoodie, mengambil earphone bluetooth putih dari dasbor, dan turun dari motor sembari membenarkan tas putihnya. Melirik parkiran yang ramai akan siswa siswi yang menatapnya, gadis itu menghela nafas kecil sembari memasang earphone di kedua telinganya.
Memasukkan kedua tangan di saku hoodie, Senja membatin, “Biarin aja. Jangan peduli. Cuman bikin capek kan?” katanya meyakinkan diri sendiri, tak menyadari seseorang mengendap-endap di belakangnya.
Bugh!
Memeluk seolah itu guling kesayangannya, Dewi berucap pelan, “Have a nice day.”
Meski terkejut, Senja yang merasakan kehangatan pelukan Dewi terlebih kata-katanya, kini tersenyum lembut. Di dalam dada, hatinya terharu. Senja beralih menggenggam kedua tangan yang masih memeluknya, menepuk-nepuknya, “Thanks. It's good words.”
Dewi langsung mengangkat kepalanya dari leher belakang Senja yang terbalut tudung hoodie, “Really?”
“Yeah. I love it.”
Senyum Dewi melebar. “Be grateful.”
Berbalik begitu Dewi mengurai pelukan, Senja melepas earphone-nya dengan kaget. Sekitar satu meter di depannya, ada Dewa yang menatapnya dengan senyum kecil. Sebuah headphone coklat terpasang di telinganya. Dari cowok blasteran Indo-Perancis itu, sejujurnya ada yang selalu mengusik Senja.
Setiap kali menatap Mahadewa, selalu ada kedamaian yang menyelimuti Senja. Tak bisa dijelaskan walau perasaan bekerja keras mengusahakannya. Mata cowok itu seolah secara otomatis menghipnotisnya. Meski tak tahu bagaimana itu bisa terjadi, tapi Senja memilih menikmatinya, kemudian menyimpannya rapat.
Senja menoleh, “Dewi.”
“Hm? Why?”
“Kalo Dewa pake headphone, dia nggak bisa denger isi hati orang kan?” bisik Senja memastikan.
Dewi menatap jahil, “Lo ngomong yang enggak-enggak ya di dalam hati?”
Senja tersenyum. “Iya. Yang enggak-enggak tentang lo.”
Dewi memicing. “Example?”
“You short?”
“No! You overdose! One hundred and seventy five centimeters? It's not normal!” Dewi menyebutkan tinggi badan Senja yang setara dengan saudara kembarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Twilight
RomanceSetelah semestanya menggelap secara tiba-tiba, Senja diharuskan membangunnya kembali, bersama pemuda-pemudi yang satu persatu datang ke dalam lingkaran semestanya. Bersama keajaiban yang membuat Senja harus menyesuaikan diri lagi dan lagi. Termasuk...