Playing with Fire - Blackpink
Yang mau request silahkan...
JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!
HAPPY READING!
_____________________________________
Dengan emosi tertahan, Senja masuk ke dalam toilet yang tengah kosong, kemudian menutup pintu rapat-rapat, tanpa peduli pada bel masuk yang baru saja berbunyi. Gadis dengan hati yang kacau itu mendekati wastafel, kemudian membasuh wajah dengan cepat, hingga akhirnya menumpukan kedua telapak tangan di tepi meja wastafel, dan menatap bayangannya sendiri pada cermin besar di hadapannya. Dengan nafas memburu, air matanya menetes begitu saja, membuat emosi tertahan dalam dirinya perlahan-lahan keluar.
Tubuh Senja merosot ke bawah, terjongkok di lantai dengan tangis tersedu-sedu. Nyatanya, sekuat apapun gadis itu berusaha mendirikan pertahanan, pertahanan itu selalu diruntuhkan oleh hal-hal yang menyakitkan, layaknya sayatan-sayatan tak kasat mata. Sampai pada puncaknya, gadis itu menenggelamkan wajah pada satuan paha dengan tangan yang memeluk lutut.
"Apakah ada, obat paling nikmat untuk membunuh rasa sakit?"
🌥️🌥
Dari luar ruangan, Senja mengintip ke dalam kelas XI MIPA I. Melihat tidak adanya guru di sana, gadis berambut coklat tua itu masuk ke dalam kelas begitu saja, dan membuat para teman sekelasnya bingung. Karena tidak biasanya, seorang Senja Emerallie yang terkenal ramah tidak mengucapkan salam ketika memasuki kelas.
Senja berjalan ke bangkunya yang tadi sudah dipindahkan di dekat dinding, yang tentunya berseberangan dengan tempat duduk Helga, Geva, dan Gwenny. Di depan bangku gadis itu ada seorang Vagissa Angelona yang kini menatapnya, bahkan sampai menoleh ke belakang ketika ia mendudukkan diri.
"Kalo lo mau, lo bisa cerita ke gue Nja," ucap Gissa. Memang, setelah Helga, Geva, dan Gwenny, Senja dekat dengan sang bendahara kelas yang galak itu.
"Makasih Gis. Tapi enggak dulu ya," ucap Senja yang tengah bersandar pada kepala kursi dan dinding.
"Hm, oke," Gissa mengangguk.
Setelah beberapa detik terdiam, Gissa meminta teman sebangkunya untuk pindah tempat duduk dengannya. Gadis itu mengangkat kursi yang sebelumnya diduduki teman sebangkunya, kemudian membawanya mendekat ke arah Senja, dan duduk di sana dengan tenang.
"Penyanyi favorite gue ngerilis lagu baru nih. Bagus loh. Lo mau denger nggak?" ucap Gissa.
"Boleh deh," ucap Senja yang kemudian duduk biasa, tak lagi bersandar dan menatap Gissa dengan antusias.
Setelah mengambil earphone bluetooth di dalam saku jas almamater hitamnya, gadis itu memasangkan satu di telinga Senja, dan satunya lagi di telinganya sendiri. Ketika lagu mulai diputar, senyum Senja perlahan terbit, yang kemudian bernyanyi dengan tersendat-sendat bersama Gissa. Ya kan baru denger, masa langsung hafal? Ya kan baru aja jatuh cinta, masa langsung patah hati? Haha. Ups.
Dengan menggerak-gerakkan kepala ke kanan dan ke kiri dengan kompak, Gissa dan Senja sama-sama tersenyum dan bernyanyi riang meskipun terputus-putus. Setelah lagu selesai diputar, kedua remaja itu kompak bertepuk tangan dan tertawa riang. Bahkan, kedua mata mereka sampai menyipit.
"Terimakasih untuk kebahagiaan yang sederhana ini."
🌥️🌥
Di saat para murid tengah menuju ke kantin, Senja justru memilih untuk pergi ke sebuah ruangan yang tak banyak didatangi para murid SMA Segitiga. Gadis berwajah datar itu menatap sejenak papan yang tertulis di atas pintu ruangan yang ditujunya, sebelum akhirnya mengetuk pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Twilight
RomanceSetelah semestanya menggelap secara tiba-tiba, Senja diharuskan membangunnya kembali, bersama pemuda-pemudi yang satu persatu datang ke dalam lingkaran semestanya. Bersama keajaiban yang membuat Senja harus menyesuaikan diri lagi dan lagi. Termasuk...