Why? - Lee Thanat
Yang mau request silahkan...
JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!
HAPPY READING!
_____________________________________
Sesampainya di ambang pintu kelas XI MIPA I, Senja disuguhkan dengan beberapa teman sekelasnya yang sudah duduk rapi di bangku masing-masing, termasuk tiga siswi yang dulunya pernah menjadi sahabatnya yang berharga, sebelum pengkhianatan itu merubah segala status dan perasaan yang ada.
"Gue mau lihat, gimana respon kalian nanti," batin Senja yang ditunjukkan untuk tiga mantan sahabatnya.
"Eh Nja!" sapa seorang gadis membuat semua penghuni kelas menoleh. Sementara Senja membalasnya dengan mengangguk sembari tersenyum pada gadis itu, yang kini berjalan menghampririnya bersama dengan beberapa siswi lain. "Lo kapan balik? Kok tiba-tiba udah nongol aja di kelas?" tanyanya, Vagissa Angelona, atau yang biasa disapa Gissa.
"Ha? Balik apa?" batin Senja.
"Iya nih!" ucap temen sekelasnya yang lain. Sementara tiga siswi di bangku samping dinding hanya menatap tanpa berniat menghampiri.
"Gue-"
"Permisi," ucap seseorang menginterupsi, membuat semuanya menoleh, menatap seorang cowok yang berdiri di depan kelas, tak jauh dari tempat Senja berdiri.
"Kenapa?" tanya Senja.
"Senja, dipanggil ke ruang kepala sekolah," jawab cowok itu datar.
Tapi hal penting yang disampaikan cowok itu tak membuat Senja terkejut, karena sedari awal memasuki area sekolah, gadis itu sudah memprediksinya. "Oke," ia mengangguk singkat.
🌥️🌥
Dengan tas yang tak lagi berada di bahunya, Senja berjalan di sebelah seorang cowok bernama Seloka Rezadiga Atama, anak kelas XI MIPA III yang menjadi salah satu tangan kanan kepala sekolah. Iya, tangan kanan, karena setiap tahunnya, kepala sekolah SMA Segitiga selalu memiliki tiga tangan kanan, dan harus satu dari kelas X hingga kelas XII.
Sebelum menjadi tangan kanan kepala sekolah, para murid yang tertarik harus diseleksi, baru bisa menjadi tangan kanan kepala sekolah. Bagi para murid baru, ajang ini selalu banyak diikuti di setiap tahunnya, karena selain memiliki hak yang hampir setara dengan guru, menjadi tangan kanan kepala sekolah juga digaji sesuai dengan tugas yang didapatkan. Tentunya, dengan sebuah surat perjanjian. Tapi tahun lalu, Senja tidak mengikuti seleksi karena tidak tertarik.
Dan Seloka, atau yang biasa dipanggil Selo ini terkenal cuek, datar, dan tidak banyak bicara jika menurutnya tidak penting, makanya di sepanjang perjalanan tidak ada perbincangan antara keduanya. Begitu sampai di tempat tujuan, Senja menoleh, menatap Selo yang kini mendudukkan diri di kursi depan ruang kepala sekolah.
"Masuk," ucap suara dari dalam ruang kepala sekolah setelah Senja mengetuk pintu, membuat gadis itu membuka pintu, masuk ke dalam ruangan, dan akhirnya dipersilahkan duduk. "Senja Emerallie Ambyatma," ucap sang kepala sekolah, Hartono Mujatdi, yang menyatukan kedua tangan di atas meja sembari tersenyum menatap Senja.
"Iya Pak, saya," ucap Senja yang menahan amarahnya karena nama Ambyatma disebut dalam namanya.
"Mau menebak kenapa kamu dipanggil ke ruangan saya?" Harto kemudian tersenyum. Sementara Senja jadi mengernyit kecil sembari menggerakkan kepala. "Ayo tebak. Saya tunggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Twilight
RomantizmSetelah semestanya menggelap secara tiba-tiba, Senja diharuskan membangunnya kembali, bersama pemuda-pemudi yang satu persatu datang ke dalam lingkaran semestanya. Bersama keajaiban yang membuat Senja harus menyesuaikan diri lagi dan lagi. Termasuk...