Sal Priadi & Nadin Amizah - Amin Paling Serius
Yang mau request silahkan...
JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!
HAPPY READING!
____________________________________________
Kafe Rumah Pohon. Tempat yang saat ini menjadi naungan bagi Kala dan Senja menikmati makan malam. Menurut sejarahnya yang ditulis dengan indah di bagian depan kafe, tempat outdoor ini membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga selesai dibangun. Hal itu karena mempersiapkan pohon-pohonnya, mulai dari tinggi, bentuk, ketahanan, dan yang paling penting pertumbuhannya. Semuanya melalui proses penelitian dan eksperimen. Terlebih, areanya cukup luas.
Karena tinggi pohon yang sengaja dibuat berbeda-beda, jumlah bangunan rumah di setiap pohon pun berbeda. Paling banyak tiga, sedangkan yang paling sedikit hanya satu. Yang paling tinggi delapan meter, dan yang paling rendah hanya satu setengah meter. Tangga menuju rumah pohon dibuat dengan aman dan nyaman, untuk yang paling tinggi sekalipun, jadi setiap pelanggan yang datang tidak perlu merasa khawatir mengenai hal itu.
Pengantaran sajian menu dilakukan dengan menggunakan teknologi canggih yang dapat terbang, dan dijalankan melalui remote control. Beralih ke suasananya. Tak hanya asri, tapi Kafe Rumah Pohon ini dihias dengan sangat indah. Penuh lampu yang gemerlap. Uniknya di setiap rumah pohon, bentuk lampunya berbeda, yang terdiri dari berbagai macam bangun ruang. Tapi yang paling spesial adalah bentuk bulan, bintang, dan juga hati.
Sebenarnya, Kafe Rumah Pohon ini bukan satu-satunya, melainkan ada cabangnya. Hanya saja ada yang istimewa dari tempat ini, yaitu kafe ini hanya diperuntukkan bagi pasangan, entah itu pacar, tunangan, atau pasangan suami-isteri. Tinggal menyerahkan bukti hubungan saja pada resepsionis. Dan kebetulan untuk malam ini, khusus bagi pasangan suami-isteri. Tapi tampaknya, semesta sedang membocorkan sedikit rencananya untuk masa depan. Kalau begitu semestinya, kisah ini akan berakhir dengan manis dan indah.
Mengerjap dengan cepat, Kala berdeham, membuat Senja langsung menatapnya, “Apa?” tanyanya dengan mulut penuh.
“Gue belum ngomong apa-apa lo udah ngegas duluan,” Kala berucap dengan heran, terlihat santai. Tapi matanya menatap ke kanan-kiri, mencari sesuatu untuk dijadikan alasan.
“Lo tau antipati, kan?”
“Antisipasi kali.”
“Iya itu.” Kala berdecak. “Mau bilang apa lo?”
Kala menghela nafas. “Lo itu cewek.”
“Yang bilang gue cowok siapa?”
Kala berdecak lagi. “Gue belum sesuai ngomong.”
Senja menoleh dengan wajah tanpa dosa, “Tinggal dilanjut, kan?”
Kala menghela nafas lagi. “Kalo keluar malem pake baju pendek, lain kali jaketnya yang bener.”
Senja menatap jaket jeans hitamnya, “Ini bener kok, bukan jaketnya alien,” ucapnya dengan sengaja bicara ngaco.
Kala menghela nafas sekali lagi, kali ini benar-benar lelah. Memilih mengalah, cowok dengan kaos putih berlengan panjang itu berdiri, mengambil jas hitamnya di gantungan dekat pintu, lalu dengan tanpa perasaan melemparnya pada Senja yang sedang mengunyah makanan. Jas legam tersebut memang tidak mengenai makanan di piring Senja, tapi terdampar menutupi wajah gadis itu. Mengenaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Twilight
RomanceSetelah semestanya menggelap secara tiba-tiba, Senja diharuskan membangunnya kembali, bersama pemuda-pemudi yang satu persatu datang ke dalam lingkaran semestanya. Bersama keajaiban yang membuat Senja harus menyesuaikan diri lagi dan lagi. Termasuk...