3. Daftar Hitam

94 68 2
                                        

Fight of Your Life - Curley Gao

Yang mau request silahkan...

JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

HAPPY READING!

_____________________________________

Di tengah derasnya hujan, dan di bawah awan mendung yang menguasai langit, Senja melangkah pelan di tepi jalan. Gadis yang tengah memakai payung hijau muda itu menatap lurus ke depan, tatapannya datar, tapi wajahnya pucat dengan mata sembab dan hidung memerah. Pikirannya benar-benar kosong saat ini, seakan yang terjadi padanya setengah jam yang lalu seolah bukan apa-apa.

Sejujurnya, segala hal yang terjadi hari ini memberikan dampak yang besar untuk hati dan pikiran Senja, sampai-sampai ketika Danigra Wijaya memberikan payung hijau muda itu padanya, gadis itu menerimanya begitu saja, mengucapkan terima kasih, kemudian pergi setelah berpamitan singkat. Lalu setelah benar-benar keluar dari rumah mewah berlantai dua milik kedua orang tuanya, pikiran gadis itu jadi kosong.

Senja berhenti melangkah secara tiba-tiba, kemudian terdiam sampai akhirnya air matanya menetes, membuatnya memejamkan mata selama beberapa detik. Gadis berambut coklat tua itu menunduk, kemudian terisak, dan semakin lama, isakan itu semakin keras. Meski bagaimanapun ia marah, rasa sedih dan keinginan untuk meluapkan kekecewaan dengan menangis kencang itu tetap ada. Luka yang didapatkannya begitu dalam untuk bisa diterima begitu saja. Apa lagi setelah mengulang kenyataan bahwa keluarga tercintanya telah mengkhianatinya, dan yang paling menyakitkan adalah, dirinya telah dibuang.

Sembari mengeratkan genggaman tangan kirinya pada tangkai payung, Senja mengeratkan kepalan tangan kanannya yang berada di sisi kanan tubuh. Gadis dengan punggung gemetar itu berteriak dengan sedikit tertahan, kemudian terisak lagi, dan kali ini lebih memilukan dari sebelumnya. Hujan kali ini memang deras, jadi suara teriakan gadis itu teredam. Tapi meskipun tidak deras, gadis itu akan tetap berteriak, karena dia merasa tidak kuat untuk memendam duka itu tanpa melampiaskannya. Nyatanya, menjadi seseorang yang kuat dan tegar tidak semudah itu.

Beban yang tengah ditanggung Senja terlalu menyakitkan untuknya. Gadis itu butuh seseorang untuk menjadi tempatnya bersandar dan mengadu, tapi tidak ada yang bisa didatanginya, mengingat ketika Handra Wiguna, dokter muda yang merawatnya mengatakan bahwa ketika dirinya koma, hanya tiga orang yang menjenguknya, terdiri dari Dani, Laras, dan kepala sekolahnya. Hanya itu, tidak lebih. Kabar itu sudah cukup untuk menyatakan bahwa kini, Senja tidak punya siapa-siapa. Kini dia sendirian, dan itu sangat menyakitkan, ketika berada di tengah keramaian, tapi tidak ada satu pun orang yang bisa menyambutnya dengan pelukan dan usapan lembut.

Dalam isakannya, Senja mengangkat kepala dan menarik nafas, kemudian menghembuskannya dengan kasar. Bersama keputusan dan tekad yang baru saja ia rancang secara tiba-tiba di dalam hati dan pikirannya, gadis yang masih sesenggukan kecil itu mengusap pelan air matanya, kemudian mengeratkan genggaman pada tangkai payung dan kepala tangan kanannya. Sembari sesenggukan, gadis itu mulai melangkah lagi, kali ini dengan langkah tegap dan tatapan datar di balik wajah pucat juga mata sembabnya.

Senja sudah bertekad, bahwa dalam permainan takdir ini, dirinya tidak boleh kalah. Dan untuk menang, dirinya harus menjadi sosok tangguh yang tegar. Apapun rintangannya, bagaimanapun caranya, seperti apapun jalannya, ia harus memenangkan permainan takdir ini. Akan ia tunjukkan pada Tuhan dan orang-orang yang mengkhianatinya, bahwa seorang Senja Emerallie Ambyatma, ralat, bahwa Senja Emerallie, bisa menghadapi takdir dengan caranya sendiri.

Our TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang