30. Romansa Dalam Segiempat

18 9 0
                                    

ZB1 - Our Season

Yang mau request silahkan...

JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

HAPPY READING!

____________________________________________

Senja merasa amat beruntung. Ketika pergi ke apotek untuk membeli satu box masker, dia melihat paper bag besar berwarna coklat muda tergantung di dekat etalase. Senja mengambilnya satu.

“Kebetulan sekali kamu butuh. Itu gratis,” seorang wanita di balik etalase bersuara. Dilihat dari wajahnya, usianya belum mencapai setengah abad.

“Gratis?” tanya Senja meminta penjelasan.

“Temanku punya pabrik kertas. Paper bag itu terbuat dari kertas bekas di pabriknya, karena itu warnanya polos. Dia menitipkannya di sini, dan itu gratis.” Wanita berseragam merah muda apotek itu tersenyum. Dari penjelasannya, Senja tahu dia pemiliknya.

Selesai dari apotek, Senja menuju ke parkiran di kedai kebab. Dan keberuntungannya yang lain menghampiri. Ternyata tidak hanya ada hoodie dan topi saja di bagasi motor Sangga. Tetapi juga ada celana training. Mengambil semuanya, gadis itu memasukkannya ke dalam paper bag.

Daerah sekitar taman kota ini dipenuhi berbagai jenis bangunan, terutama toko. Tapi tidak ada toko yang menjual kacamata di sini. Ketika Senja hendak masuk ke toilet umum di taman kota, matanya melihat kacamata hitam di gerobak penjual mainan keliling yang kebetulan berada tak terlalu jauh darinya. Senja tersenyum. Lengkap sudah.

“Jangan pergi dulu, Cewek Sialan. Lo harus terima kejutan kecil dari gue.”

⛅⛅

Di balik pohon beringin, Senja duduk bersandar. Tangan kirinya yang tergantung paper bag masuk ke dalam saku hoodie. Tangan kanannya menggenggam ponsel di telinga. Sesekali kepalanya menoleh ke belakang, mengintai target.

“Kak, mau ice cream nggak?” Senja menatap cafe di seberang jalan.

“Hah? Lo dimana sih tiba-tiba nanyain es krim?” tanya Sangga penuh rasa terkejut.

“Nggak mau?”

“Gratis nggak nih? Coklat-vanila dong.”

“Oke. Batu sama kayu,” balas Senja tak nyambung.

Sangga tergelak. “Lo Apin apa–”

Senja menutup sepihak sambungan telepon, kemudian memasukkan ponsel ke dalam saku hoodie. Sekali lagi, gadis itu menoleh ke belakang, menatap seorang gadis yang kini duduk sendirian di kursi taman. Salisa Eviera Ambyatma. Entah kemana perginya dua perempuan yang tadi bersama gadis itu. Tepat ketika dilihatnya gadis itu berdiri, Senja ikut berdiri.

Untuk terakhir kalinya, Senja meneliti dan membenarkan penampilannya. Hoodie merah kebesaran, celana training hitam, topi putih, marker hitam, kacamata mainan berwarna hitam yang terlihat seperti asli, dan paper bag berisi barang-barangnya, serta sepasang sepatu sneaker putih.

Our TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang