44. Semua Abu-Abu

18 1 0
                                    

Nabila Taqiyyah - Hanya Lolongan

Yang mau request silahkan...

HAI! APA KABAR?

JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

HAPPY READING!

____________________________________________________

Dari kantin SMA SEGITIGA, Senja, Gissa, Dewi, dan Nathan berbondong-bondong menuju ke rooftop. Keempat remaja itu memenuhi panggilan dari Dewa yang mendadak mengadakan pertemuan. Merasa hal tersebut sangat penting, mereka pun bergegas pergi.

Ketika Senja membuka pintu rooftop, Dewa langsung menyambut dari balik pintu. Sepertinya cowok itu tengah berjaga di sana. Tapi Senja merasa terkejut sampai jantungnya berdetak lebih cepat dari yang seharusnya. Gadis itu reflek menyentuh dadanya, bersamaan dengan Dewa yang tampak merasa bersalah melalui tatapannya yang sarat akan permintaan maaf.

Sedikitnya, pemilik nama Senja Emerallie itu merasa terpesona.

Setelah mengunci pintu rooftop, Dewa membawa teman-temannya menuju ke area titik buta CCTV. Karena memang, cukup banyak. “Lo kok keren banget sih bisa dapet kunci pintu rooftop? Kalo gini kan, kita jadi nggak ada yang ganggu. Spill strategi dong,” Nathan membuka suara begitu duduk di sebuah kursi tak terpakai setelah meniupnya demi menghilangkan debu.

Plak!

“Kebiasaan!” ucap Gissa setelah memukul kencang paha Nathan.

Sembari meringis kecil, Nathan dengan pasrah berkata, “Iya maaf.”

Ekhem!

“Calon suami-suami takut istri nih,” Senja berkomentar mengejek sembari tersenyum jahil.

Pfft!

Itu suara tawa tertahan dari Mahadewi. Sementara di sebelahnya, Gissa terlihat mengomel dan mengamuk pada Senja , hingga membuat yang lainnya tertawa. Karena posisi kelima anak remaja itu yang duduk melingkar, Dewa mempersiapkan hal yang ingin diperlihatkannya. Cowok itu meletakkan satu kursi tanpa sandaran di tengah-tengah, lalu meletakkan sebuah laptop di atasnya. Dan yang paling penting, dia menancapkan sebuah flashdisk berwarna hitam berlogo SMA SEGITIGA. Untuk memulai, dia menceritakan kejadian yang dialaminya tadi pagi dengan sedikit improvisasi.

“Tadi pagi sebelum naik lift ke lantai dua, gue nggak sengaja denger sesuatu. Meskipun suaranya nggak keras, tapi masih kedengaran jelas,” Dewa mulai membuka suara, langsung pada bumbu kebohongannya. Tidak mungkin kan, cowok itu berkata jujur bahwa dia mendengar suara hati orang?

Gue culik Senja waktu itu udah beresiko banget. Sekolah berkuasa ini nggak nemuin apapun soal keterlibatan gue... itu sebuah keberuntungan.”

“Kalo bukan karena terpaksa, gue juga nggak sudi. Apalagi cewek itu belum bayar gue full, masih kurang setengah. Dia juga udah nggak masuk dua hari. Awas aja sampe hari ini dia nggak masuk lagi.”

“Tapi karena lagi rame banget, gue nggak bisa pastiin itu siapa. Apalagi, suaranya asing buat gue. Dan karena gue baru di sini, gue nggak kenal mereka siapa aja.” Dewa menjelaskan lebih lanjut.

“Jadi lo ke ruang CCTV buat minta rekamannya, supaya lo tau wajah siapa aja yang ada di sekitar lo tadi pagi?” Nathan menebak.

Gissa melanjutkan, “Karena kalopun lo nggak kenal mereka, lo tau lo punya kita yang mungkin bisa ngenalin mereka?” Dewa akhirnya mengangguk.

Our TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang