45. Terjebak Bersama(mu)

13 1 0
                                    

Eclipse - Sudden Shower

HAI! APA KABAR?

JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

HAPPY READING!

____________________________________________________

Mengambil kesempatan atas ketidakberadaan Sadika di rumah, Kala menemui sang ibunda dalam rangka curhat. Hari ini banyak kejadian yang membuat hatinya patah hingga galau tak karuan, jadi Kala sangat membutuhkan yang namanya deep talk. Kebetulan, si cowok blasteran Korea-Indo-Jepang mendapat panggilan dari pamannya sepulang sekolah. Katanya akan kembali setelah makan malam dengan pamannya. Jadi, Kala bebas dari pengganggu untuk beberapa jam ke depan. Terlebih, ayahnya yang super posesif itu belum waktunya pulang kerja.

“Bunda....”

Menutup pintu kamar, Kala dengan cepat bergerak mendekati sang bunda. Cowok itu merangkak menaiki ranjang, dengan sukarela merebahkan kepala di paha Sekar saat wanita itu menepuk-nepuknya, mempersilahkan putranya berbaring di sana sembari tersenyum hangat.

“Ada apa, Sayang?” Sekar Ayudia Atama bertanya dengan lembut. Sementara Kala yang sudah dalam posisi berbaring tengah memejamkan mata, menikmati elusan di kepalanya, “Anak Bunda mau cerita apa?”

Membuka kedua matanya, Kala mengulas senyum di wajahnya yang tampak lelah. “Bunda emang yang paling ngertiin aku,” ucapnya terharu.

Sekar kembali tersenyum. “Harus dong. Kamu kan, anak Bunda yang paling ganteng.”

Mendengar pujian dari wanita yang melahirkannya, Kala menyengir, “Hehehe.” Tak lama, karena Kala langsung memiringkan tubuhnya, menghadap ke perut Sekar di balik daster yang dipakainya. Kemudian, dia dengan penuh cinta mengecupinya, “Hai, Adek. Hari ini kamu nggak nakal kan, sama Bunda?”

Sekar yang tak berhenti tersenyum pun mengambil satu tangan Kala, lalu diletakkan ke perutnya, “Enggak dong Abang. Hari ini Adek nggak nakal,” nada suaranya dibuat seperti anak umur lima tahun.

Kala tertawa kecil. “Duh, pinternya adek Abang.”

“Ya kan, adeknya Abang.” Kala dan Sekar tertawa bersama. Saat Kala memainkan jari-jarinya di perut sang bunda, wanita yang tak berhenti mengelus kepalanya itu bertanya lagi, “Gimana? Abang udah siap cerita belum? Adek juga mau denger nih,” dia mengusap pelan perutnya yang sedikit buncit. Bulan ini, kehamilannya memasuki trimester kedua.

Mendengar perkataan Sekar, Kala terkikik, merasa lucu. Lantas karena penasaran, cowok itu mendongak, kemudian bertanya, “Emang beneran bisa denger, Bun?”

Tersenyum, Sekar menunduk sembari memposisikan satu tangan menutupi hidung dan mulut, lalu berbisik, “Adek pinjem telinganya Bunda, Abang.”

Kala tertawa. Hilang sudah raut wajah cemberut yang sejak tadi Sekar perhatikan. Sementara wanita yang hampir memasuki kepala empat itu merasa lega melihat putra tunggalnya sudah dalam mood yang baik. “Jadi, kita mulai sekarang?”

Kala tersenyum, lalu mengangguk. Tapi kemudian, raut wajahnya berubah jadi ragu, “Tapi....”

Sekar yang mengerti, lantas tersenyum. Tangannya yang sebelumnya berhenti mengelus kepala Kala, kini digerakkan lagi. “Kalo kamu malu cerita ke Bunda, ya udah, tutup aja mata kamu.”

Kala akhirnya menatap Sekar, “Tapi Bunda tutup mata juga ya?” Sekar tersenyum, kemudian mengangguk, mengiyakan saja.

Memastikan sang bunda telah menutup kedua matanya, Kala pun ikut memejamkan mata. Kedua tangannya bergerak menggenggam tangan Sekar yang sejak tadi mengelus kepalanya. “Bunda,” panggilnya untuk memulai.

Our TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang