Bab 24

1K 108 5
                                    

Hari demi hari dilalui oleh Freen dan Becca dalam mengarungi rumah tangga mereka, kedua pasangan itu selalu saling menjaga dan menghormati satu sama lain, bukan berarti mereka tidak pernah bertengkar, tapi setiap kali ada perbedaan pendapat baik Freen atau pun Becca selalu berusaha untuk menyelesaikan masalah mereka dengan cepat.

Becca sedang di rumah sakit, dia baru saja selesai melakukan pemeriksaan pada pasien. di kehamilan kedua yang memasuki usia tujuh bulan, Becca merasa lebih cepat lelah. sepertinya kehamilan ini berbeda dengan kehamilan pertamanya.

"Apa kau butuh bantuan?", Irin mendekati Becca yang sedang duduk di sofa ruang khusus dokter, dia melihat sahabatnya itu seperti kecapean.

"Kemarilah, tolong elus pinggangku sebentar", ucap Becca. Irin kemudian duduk di sampingnya dan mengelus pinggang sahabatnya itu.

"Sebaiknya kurangi aktivitasmu, semakin bertambah usia kehamilanmu semakin kau terlihat lemah begini",

"Aku baik-baik saja Irin, Orn mengatakan ini hal yang wajar, aku merasakan fase kehamilan yang sesungguhnya di kehamilan keduaku ini, kau tahu sendirikan saat aku hamil Arabela aku bahkan tidak merasakan apa-apa", ucap Becca

Irin tidak dapat menjawab lagi perkataan sahabatnya itu, memang benar Becca terlihat lebih sulit di kehamilan kedua dari pada yang pertama, mungkin karena sekarang dia sudah memiliki Freen di sampingnya.

Skip ...

"Apa Becca sudah tahu tentang ini?", tanya Heng kepada Freen, saat ini mereka sedang berada di Caffe dekat kantor militer tempat Freen bertugas.

"Aku belum bicara dengannya".

"Aku tidak yakin dia akan setuju, istrimu sedang hamil dan dia akan sangat membutuhkan kamu disisinya",

"Aku tahu tapi ini tugas negara, mau tidak mau aku harus melaksanakannya", ucap Freen

Heng hanya menatap sahabatnya itu, "jika kau sudah kembali dari bertugas, pensiunlah lebih awal dan jalankan bisnis keluargamu", ucap Heng dan hanya dibalas senyuman oleh Freen.

Pukul sepuluh malam Freen tiba di rumahnya, seharian ini mereka mempersiapkan acara kenaikan pangkat besok. Saat masuk ke rumah dia melihat ibunya sedang duduk sendiri di ruang keluarga. "Mami belum tidur?", tanya Freen

Laura menatap putranya itu, "Mami menunggumu pulang, kemarilah", Freen berjalan mendekati ibunya dan duduk di samping wanita itu, "Becca sudah tidur?", tanya Freen. "entahlah, setau mami tadi dia pamit ke kamar karena Ara sudah mengantuk", jawab Laura

"Mami ingin bertanya sesuatu padamu", ucap Laura.

"Mami mau tanya apa?".

"Freen, apa benar setelah pelantikan besok kau akan bertugas ke timur tengah?".

Freen menatap ibunya, "dari mana Mami tahu tentang ini?",

Laura langsung menangis, sebagai seorang ibu dia sangat khawatir masalahnya Negara yang akan Freen datangi sedang berkonflik dengan negara lain, Laura takut terjadi apa-apa pada putranya itu, "Tentu saja mami tahu, apa kau tidak bisa mengundurkan diri? istrimu sedang hamil Freen".

"Mami jangan begini, aku harus menjalankan tugasku sebagai abdi negara, lagi pula kami kesana untuk menjalankan misi perdamaian, aku mau mami tetap kuat agar aku bisa tenang meninggalkan Becca selama menjalankan tugas", Freen lalu memeluk ibunya, jujur saja dia merasa berat jika harus meninggalkan keluarganya itu.

Freen lalu berjalan menuju kamarnya, dia melihat dua orang kesayanganya sedang tidur berpelukan di atas tempat tidur. Freen mengecup pipi Arabela dan Becca bergantian, merasakan gerakan membuat Becca terbangun, "kau sudah pulang sayang?", tanyanya, Freen hanya tersenyum mengangguki pertanyaan Becca.

"Tidurlah lagi, aku mau mandi dulu". ucap Freen.

"Aku menunggumu pulang, tapi Ara sudah mengantuk jadinya aku ikutan tertidur bersamanya",

Freen menangkup pipi tembem istrinya lalu mengecup lama bibir wanita itu, "aku selalu bilang padamu, jangan menungguku pulang sayang, kau harus menjaga kesehatanmu dan bayi kita", ucap Freen. "aku mandi dulu, setelah itu aku akan memijit kakimu", lanjutnya dan di angguki oleh Becca.

Inilah aktivitas setiap malam bagi Freen, sejak Becca hamil anak kedua mereka dia selalu memanjakan Becca, bahkan walau pun dia kelelahan seharian menjalankan tugasnya, dia tetap berusaha memanjakan istrinya walau hanya sekedar memijat kaki atau pinggang Becca.

Selesai mandi, Freen naik ke tempat tidur dan meletakkan kaki Becca di pangkuanya lalu mulai memijat kaki istrinya itu. "Sepertinya kakimu mulai bengkak sayang", ucap Freen. "Ini hal yang wajar bagi ibu hamil sayang, kalau aku sudah melahirkan bengkaknya akan hilang", jawab Becca.

"Seharian ini aku lelah sekali, di rumah sakit banyak pasien dan saat aku pulang Ara membuatkan bertambah lelah", keluh Becca pada suaminya. Saat ini Arabela sudah berusia tiga tahun, anak itu sedang aktif-aktifnya bermain kesana kemari.

"memangnya apa yang dia lakukan?", tanya Freen

"Ara mengeluarkan semua bajunya yang sudah aku lipat di dalam lemari, dia juga menaburkan bedak di jas yang akan kau pakai besok di pelantikan", Becca bercerita tentang kenakalan Arabela tapi wanita itu tersenyum mengingat keaktifan putrinya.

Freen tertawa kecil mendengar pengaduan istrinya, "tapi kau tidak memarahi putriku kan?", tanya Freen.

"Tentu saja tidak, Ara belum tahu apa yang dia lakukan, lagi pula di usianya sekarang dia memang sedang aktif-aktifnya".

Freen menatap wajah istrinya itu, sepertinya dia harus mengatakan ini kepada Becca. "ada yang ingin aku katakan padamu", ucap Freen, dia mengehentikan pijatannya di kaki Becca, Freen lalu mengambil tangan Becca dan menggenggamnya kuat. "Setelah pelantikan besok, aku akan menjalankan tugas kenegaraan di timur tengah selama setahun", ucap Freen

Deg.....

Tidak ada jawaban dari Becca, dia hanya menatap wajah suaminya dengan tatapan yang sulit diartikan, Becca lalu menarik tangannya dan berjalan keluar kamar meninggalkan Freen. Wanita itu berjalan menuju balkon, dia duduk di kursi balkon dan menangis menutup mulutnya, bagaimana bisa dia menerima ini? sejak menjadi istri Freen ada banyak hal memang yang harus dikesampingkan oleh Becca mengingat dia bersuamikan seorang abdi negara, tapi sekarang dia sedang hamil, jika Freen pergi itu berarti dia akan melahirkan tanpa suami disampingnya, katakanlah ini egois tapi Becca masih sulit menerima ini.

Freen melihat Becca sedang menangis di balkon, dia mendekati istrinya itu dan berjongkok di depannya. Freen menghapus air mata yang terus menggenangi kedua mata Becca, "apa yang harus aku lakukan agar kau tidak menangis seperti ini? kasihan bayi kita, dia juga akan merasakan kesedihanmu", ucap Freen sambil mengelus perut buncit istrinya.

"Jangan pergi, aku mohon jangan pergi, dua bulan lagi aku akan melahirkan, kau tahu aku sangat membutuhkan dirimu disampingku, bagaimana kalau Ara tiba-tiba menanyakanmu, kau tahu betul putrimu itu sangat manja padamu, aku bahkan harus membujuknya sedemikian rupa agar dia mau tidur karena terus menanyakanmu", Becca terus menangis, dia tidak sanggup dengan ini.

Freen memeluk istrinya itu, dia mengusap lembut punggung Becca, "ini hanya setahun sayang, jika misi ini selesai aku tidak akan pergi lagi dan akan memilih bekerja di kantor saja, aku hanya ingin kau tetap kuat untukku, seandainya bisa aku ingin membawamu tapi semua itu tidak mungkin. Kau sudah berjanji padaku untuk tidak akan pernah mengeluh dengan tugasku, maka sekarang aku ingin menagih janjimu itu", ucap Freen.

Becca terus menangis, dia menyesali janji yang pernah dia ucapkan pada Freen di hari pernikahan mereka dulu. Tidak ada pilihan lain untuknya, siap tidak siap, mau tidak mau, Becca harus merelakan Freen meninggalkannya demi tugas Negara

You and SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang