Bab 2

1.2K 134 0
                                    

"Apaa? kamu jadi salah satu tim yang diutus rumah sakit ke kementrian pertahanan?, isshh....kenapa kamu ga bilang ke dr. Saint kalau aku juga mau ikut sih?", rengek Irin

"Mana aku tau kalau dr. Saint tiba-tiba memilihku".

"Tapi kan aku pengen ikut juga kesana, siapa tahu jodohku adalah salah satu prajurit disitu", Irin masih terus berharap

"Kau tidak usah ikut, lebih baik pergi dan rawat para pasienmu itu, siapa tau di antara mereka adalah jodohmu", Ledek Orn

"Tutup mulut mu Orn, kau dilarang berkomentar".

"Sudah diamlah, lagi pula kami hanya tiga hari disana". Ucap Becca

"Memang kapan kalian akan berangkat?"

"Besok".

Kediaman Chankimah

Sebuah mobil Marcedes hitam baru saja tiba,  pengawal langsung membukakan pintu dan tampak seorang lelaki paru baya namun masih terlihat keren dan tampan keluar dari mobil tersebut dia adalah Aladrik Chankimah. Lelaki itu berjalan gagah masuk ke dalam rumah yang bak istana tersebut, melihat suaminya baru pulang Laura langsung menghampirinya.

"Laura, besok siapkan hidangan makan malam special, saya mengajak teman sekaligus rekan bisnis saya makan malam di rumah ini, dia akan datang bersama istrinya juga", Ucap Aladrik

"Baiklah, aku akan mempersiapkan semuanya".

"Ah, satu lagi, katakan pada Putra kesayanganmu itu selama makan malam jangan coba-coba dia menyentil tentang keinginannya menjadi seorang prajurit, aku tidak mau dia merusak acaraku".

"Memangnya kenapa? menjadi abdi negara juga pekerjaan baik dan mulia, kau jangan seperti itu pada Freen, dia juga putramu", Laura menatap suaminya sendu

"Lakukan saja yang aku perintahkan, jika dia tidak bersedia lebih baik dia tidak usah ikut makan malam", Aladrik lalu berjalan meninggalkan Laura yang menatap punggungnya. "Ibu dan anak sama saja", katanya dan masih terdengar oleh Laura

Didalam kamar, Freen tampak sedang mengemas beberapa pakaian, besok dia akan tinggal di asrama karena akan menjalani beberapa tes untuk masuk sebagai prajurit di kementrian pertahanan.

"Kamu mau kemana nak?", tanya Laura yang baru saja masuk ke kamar putranya itu

"Mulai besok aku akan tinggal di asrama, ada beberapa tes yang harus kami jalani Mam".

"Ya Tuhan Freen, bisakah kau membatalkan niatmu ini? jangan terus melawan, Papimu sangat tidak suka dengan ini".

"Bukankah Papi sudah memiliki Kenzo di sampingnya?".

Skip...

Hari ini rombongan beberapa dokter dan perawat yang telah ditunjuk pihak rumah sakit, sedang menuju ke kantor Pertahanan untuk melaksanakan Tugas selama tiga hari disana, sesampainya di lokasi tim medis langsung di arahkan oleh beberapa prajurit senior ke tiap pos yang telah mereka siapkan. Becca dan Nam mereka berada di pos yang sama bersama dua orang perawat lainnya, saat ini mereka sedang mempersiapkan alat medis untuk melakukan pemeriksaan kepada calon prajurit baru .

"Aku dengar, disini banyak prajurit tampan", ucap Nam kepada Becca

"Memangnya kenapa kalau mereka tampan dok?",  Jawab Becca polos

"Ya ampun anak ini, yah...siapa tau saja ada yang akan menarik perhatianmu kan?",

"Sepertinya tidak dok, aku tidak suka pacaran dengan prajurit",

"Jangan bilang begitu, nanti kamu kena karma",

Semua tampak sibuk, pemeriksaan sudah dimulai, beberapa calon prajurit bahkan sudah selesai diperiksa.

"dr. Nam, saya izin ke toilet dulu", Ucap Becca

"Baiklah".

Becca menuju ke toilet, rasanya dia benar-benar sudah kebelet buang air kecil, setelah selesai dia membuka pintu toilet itu tapi, "Heemm....kenapa pintunya tidak bisa dibuka?", pintu toilet itu tiba-tiba tidak bisa di buka, Becca berusaha memanggil tapi tidak ada yang mendengarnya karena posisi toilet yang cukup jauh kebelakang, dia mulai panik pasalnya dia bahkan tidak membawa hp, "Kenapa pintu ini tidak bisa dibuka sih, hiks...hiks...hiks", Becca mulai menangis, sudah hampir setenga jam dia berada di toilet itu.

"Apa ada orang di dalam?",

Becca mendengar suara dari luar, "Iya ada, tolong buka pintunya, aku terkunci disini sejak tadi", dia terus saja menangis

"Baiklah, bisa kau mundur ke belakang? aku akan mendobrak pintu ini",

"Khaa", Becca lalu mundur

Braaakkkkk

Dua kali dobrakan akhirnya pintu itu terbuka, Becca menatap seorang pria berpakaian kaus putih dan celana trening menatapnya panik.

"Oh, dokter tidak apa-apa?"

"Huuaaaaaaa...kenapa kau baru datang?", Becca menghambur ke pelukan pria tersebut, tunggu dulu mereka belum saling mengenal. Becca sesegukan rasa panik, takut dan senang menjadi satu, pria itu mengusap kepalanya lembut, "Kasian sekali dokter ini", katanya

Menyadari dia sedang memeluk orang tidak dia kenal, Dia refleks menjauh, "Ya ampun kenapa aku memeluknya", gumamnya dalam hati

"Maafkan aku, aku terlalu senang kau datang menyelamtkanku".

"Apa kau dari tadi terkunci disini?"

"Iyaa, jika kau tidak datang pasti aku sudah pingsan di dalam saking takutnya".

"Sepertinya kau sudah rabun yah?"

"Hemmm, rabun? kenapa dia mengataiku rabun? haisss...dasar", batin Becca

"Maksudmu apa?"

"Apa kau tidak melihat tulisan itu? coba lihat, kalau tidak terlihat biar aku tunjukan dan bacakan untukmu tulisan itu".

Becca berbalik dan melihat sebuah tulisan yang di tempelkan di samping pintu "Pintu kamar mandi ini rusak", "sialan"  umpatnya

Pria itu kemudian berjalan meninggalkan Becca sambil tertawa, sedangkan Becca menatap pria itu dengan kesal, "Untung saja dia menyelamatkanku, kalau tidak aku akan menyuntiknya dengan obat bius".

Malamnya, di kediaman Chankimah, sebuah meja makan berukuran besar telah tertata rapi dengan aneka hidangan makan malam yang lezat, Aladrik sudah siap menyambut kedatangan tamunya, tidak berselang lama tamu yang ditunggu-tunggu sudah datang.

"Heiii lihat siapa yang datang", sapa Aladrik

Dia berjalan menuju temannya itu

"Aladrik apa kabarmu?"

"Aku sangat baik, bagaimana kabarmu John? Lihatlah kau sudah tua tapi tetap masih terlihat tampan", Aladrik memuji temannya yang bernama John tersebut, "Owh...siapa wanita cantik ini haaa?", Aladrik berjalan menghampiri seorang wanita yang terlihat sangat anggun di usia yang sudah hampir 50an.

"Jangan menggodaku, aku tidak akan bisa secantik Laura".

"Kau sangat berlebihan Jena",

Mereka saling bercengkramah satu sama lain, Aladrik dan John tidak hentinya tertawa menceritakan kenangan masa kecil mereka, sedangkan Laura dan Jena hanya tertawa menyaksikan suami mereka.

"Tunggu dulu, apa kau Kenzo?", tanya John

"Iya, paman saya Kenzo".

"Lalu yang satunya lagi dimana? Dimana putra bungsumu Al?".

"Dia sedang di luar negeri",

Laura menatap suaminya sendu, dia merasa iba pada putra bungsunya itu, "kasihan kamu nak".

You and SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang