Bab 26

2.1K 141 5
                                    

"Memang apa yang tidak boleh kami ketahui?", tanya seorang wanita kepada keempat orang pria yang sedang berbicara di taman rumah sakit.

"Mami?!", ucap keempat orang itu.

Laura mendekati keempat sahabat putranya itu, dia sedang berjalan menuju ruangan dimana Becca berada tapi langkahnya terhenti saat melihat Heng dan yang lain berbicara di taman, karena penasaran Laura mencoba menghampiri mereka.

"Ada apa?, Mami mendengar kalian sedang membicarakan sesuatu, apa yang sedang kalian sembunyikan dari kami?", tanya Laura lagi.

Heng dan yang lain saling menatap, ini bukan momen yang tepat tapi meraka tahu bahwa Laura adalah wanita paling peka dengan keadaan sekitarnya, "Mam, semuanya baik-baik saja, sebaiknya kita ke ruangan Becca saja", ucap Heng.

Lauran menatap ke arah mata pria itu, tatapannya membuat Heng tertunduk takut, "Bicaralah, mami baik-baik saja", ucap Laura tenang.

Heng menatap ketiga sahabatnya dan mereka mengangguk, pria itu menarik nafas sejenak, "Mam, saat ini pemerintah kesulitan menghubungi tim militer yang berada di timur tengah", ucap Heng dengan tenang. Laura hampir jatuh tapi dengan sigap di tahan oleh Heng, jantungnya berdetak kencang, wanita paru baya itu sangat ketakutan tapi dia berusaha terlihat biasa saja, "Ayo ke ruangan Becca, pastikan tidak ada yang tahu tentang ini", Lalu dia berjalan diikuti keempat anak muda itu.

Skip...

Becca semakin mengalami kontraksi, sejak tadi rasa sakit itu sudah tidak berhenti, Orn dibantu Irin dan Nam sedang mempersiapkan Becca yang akan dibawa ke ruang bersalin.

Laura mendekati Becca yang sedang mengelus perutnya, "apa dia akan segera keluar?", tanya Laura, Becca hanya mengangguk kecil, kerutan di keningnya menandakan rasa sakit luar biasa yang sedang ia tahan.

"Kuatlah dan bertahan untuk anak-anakmu, Mami ada disini untuk kalian", ucap Laura sambil memeluk menantunya itu, Becca merasa ada yang aneh dengan ibu mertuanya, "Mam, Freen sudah tahu aku akan melahirkan?", tanya Becca di sela ringisannya. "dia tahu, Freen ingin kamu kuat dan melahirkan dengan selamat", Laura berusaha menahan gemuruh di hatinya, menantunya tidak boleh tau apa yang terjadi saat ini.

Becca sudah di ruang bersalin, semua orang sedang menunggu dengan cemas di luar. sejak tadi Laura hanya fokus menunggu kabar dari Heng yang sedang mencari informasi tentang putranya sekarang. tiga puluh menit kemudian perawat keluar menyampaikan kabar bahagia, Becca dan bayinya selamat, semua orang bahagia.

Saat ini Becca sedang menatap bayi laki-lakinya yang dibaringkan di atas dadanya, bayi itu sangat tampan seperti ayahnya Freen. "Hy Richi, sapa Jena kepada cucu laki-lakinya itu", mereka sangat bahagia tapi tidak dengan Laura, dari tadi dia diam saja. tiba-tiba hpnya bergetar, sebuah nama tertera disana dengan gugup dia mencoba mengangkat telpon itu.

"Bagaimana?", tanyanya

"Mam....", terdengar helaan nafas di kejauhan sana, "mereka sudah mendapat kabar, terjadi serangan bom disana, Thailand kehilangan sepuluh orang marinir dan Freen salah satu di antara sepuluh orang itu", ucap Heng, bahkan suara itu sudah bergetar menahan tangis.

Laura mematung, handphone di tangannya jatuh ke lantai. dadanya terasa sakit dan sesak, dia berada di luar ruangan ia merasa kakinya sudah sulit untuk menopang tubuhnya hingga wanita itu terjatuh di lantai. Laura menangis menahan kesedihannya, apa yang harus ia katakan pada Becca yang baru saja melahirkan itu. Perlahan Laura masuk kembali ke dalam ruangan, semua orang menatapnya heran karena mata wanita itu terlihat sembab sekali.

"Mami kenapa?", tanya Becca.

Laura tidak menjawab, dia hanya menatap sendu ke arah menantunya, "Freen baik-baik sajakan Mam?", tanya Becca, semua orang saling berpandangan heran.

You and SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang