Bab 25

975 101 2
                                    

Hari ini semua keluarga dan sahabat Freen sudah berkumpul di bandara khusus militer, Freen akan segera berangkat ke timur tengah untuk melaksanakan tugas Negara. Pesawat sudah siap, para prajurit diberikan kesempatan berpamitan dengan keluarga mereka, Freen mulai memeluk satu persatu keluarga dan sahabatnya, ia lalu mengambil Arabela yang berada di pelukan Laura Neneknya.

"Ara sayang sama deddy", tanya Freen

gadis kecil berpipi tembem itu mengangguk dan menciumi wajah Ayahnya. ",Daddy juga sayang sama Ara, jangan menangis selama Daddy tidak ada, nanti Ara jagain mommy sama adek bayi yah", ucap Freen kepada putrinya, dia lalu menciumi wajah Arabela.

Freen kemudian berjalan mendekati Becca yang sejak tadi tidak mau melihatnya, "tatap aku", ucap Freen

Becca lalu berbalik menatap wajah suaminya, wajahnya sudah dipenuhi air mata, Freen lalu menarik istrinya itu dipelukannya dan menghirup aroma yang akan sangat dia rindukan selama setahun nanti. Becca terus menangis, disana dia bukanlah satu-satunya istri yang akan ditinggalkan suami mereka bertugas, tapi dia tetap tidak siap dengan ini. "kau sudah berjanji padaku untuk tidak menangis", ucap Freen.

"Aku tidak bisa Freen, aku tidak bisa, kau akan pergi bagaimana aku bisa menerima ini", Becca terus menangis. semua yang disitu merasa sedih melihat kedua pasangan yang saling memeluk erat itu.

"Aku hanya pergi selama setahun, aku janji kita akan selalu berkomunikasi setiap hari", ucap Freen.

Becky melepaskan pelukannya, "Berjanjilah kau akan pulang dengan selamat, aku tidak mau apa-apa, aku hanya ingin suamiku pulang dengan selamat", ucap Becca ditengah tangisannya.

"Aku janji sayang, aku akan kembali lagi padamu dan anak-anak kita, dengarkan aku mereka semua menyayangimu dan anak-anak kita, apa pun yang kau butuhkan katakan pada mereka karena aku menitipkanmu dan anak-anak pada mereka", Freen lalu mengecup bibir Becca, "Kau bilang bayi kita nanti adalah seorang laki-laki kan?", tanya Freen dan diangguki istrinya, "Namanya adalah Richi Aladrik Chankimah, itu nama untuknya yang aku ambil dari nama mendiang kakakmu dan nama mendiang ayahku", ucap Freen.

Suara peluit menandakan sudah saatnya mereka berangkat pergi, bandara itu dipenuhi tangisan para istri, ibu dan anak-anak yang melepaskan orang yang mereka sayangi. Becca terus menggandeng tangan Freen, "aku akan sangat merindukanmu", ucap Becca. Freen lalu mengusap air mata istrinya, dia mencium kening, mata, hidung, pipi, bibir dan terakhir perut Becca yang membuncit, "aku akan selalu merindukan kalian, jaga kesehatanmu, jangan terlalu capek yah", Freen kembali mencium bibir istrinya itu, "aku pergi dulu".

Becca terus melambaikan tangan kepada Freen, dia terus menangis melihat suaminya itu, hingga berapa menit kemudian pesawat itu terbang membawa para prajurit ke tempat dimana mereka akan bertugas nanti, "cepatlah pulang, aku akan selalu menunggumu sayang". ucap Becky

Skip...

Waktu berlalu begitu cepat, saat ini usia kandungan Becca sudah memasuki usia sembilan bulan, dia hanya tinggal menunggu waktu melahirkan saja, setia hari Freen selalu menelponnya bahkan mereka melakukan video call satu sama lain, Becca selalu menceritakan perkembangan kehamilannya dan juga tentang Arabela. Meski pun mereka berbicara tidak lama, tapi itu sudah sedikit membuat kerinduan di hati wanita itu berkurang kepada suaminya.

"apa kau sudah memutuskan melahirkan nanti mau normal atau cesar sayang?", tanya Laura pada menantunya.

"Freen mengatakan jika aku kesulitan lebih baik di oprasi saja, tapi aku juga ingin melahirkan normal mam",

"Mami terserah kamu saja, mau normal atau oprasi yang penting kamu dan bayimu selamat", Laura sangat menyayangi menantunya itu, selama Freen tidak ada Becca tidak pernah meninggalkan Laura  sendirian. "sebaiknya kau pergi tidur, ini sudah larut malam", ucap Laura dan diangguki oleh Becca.

Becca lalu masuk ke dalam kamar, ia melihat putrinya sedang tertidur pulas di dalam box, Becca lalu mengusap sayang kepala Arabela dan menciumnya, "Maafkan mommy yang memarahi Ara hari ini", Becca meneteskan air matanya, hari ini dia kelepasan terhadap putrinya itu karena menumpahkan susunya ke baju yang ada di dalam lemari, Becca sangat menyesal melakukan itu, dia mengingat bagaimana Freen mewanti-wantinya untuk tidak memarahi Arabela walau apa pun kenakan batita itu. "Jika Daddy sampai tahu mommy memarahimu, daddy pasti akan memarahi mommy kembali", ucap Becca sambil terus membelai wajah putri kecilnya itu.

Becca lalu membuka lemari, dia mengambil jas yang digunakan Freen saat pelantikan kenaikan pangkat, jas itu tidak dicuci oleh Becca agar dia bisa terus menghirup aroma tubuh suaminya, dia lalu memeluk jas itu hingga tertidur.

Hari ini Becca merasa khawatir sekali, Freen belum juga menelponnya, biasanya suaminya itu menelpon Becca setiap jam 11 siang waktu Thailand tapi sekarang sudah jam 1 dan Freen belum juga menelponnya.

"Mungkin mereka sedang sibuk, Nak", ucap Jena ibu kandung Becca, dia datang berkunjung melihat anak dan cucunya.

"Tidak biasanya Freen begini mom", jawab Becca dengan penuh keresahan. Becca terus mondar - mandir memegang hp di tangannya.

"Auhhhh", ringis Becca

"Ada apa sayang?", tanya Jena yang berjalan mendekati putrinya itu.

Becca terus meringis menahan sakit sambil memegang perutnya, "Mom sakit sekali", ringis Becca.

Jena yang panik langsung memanggil Laura, sepertinya Becca akan segera melahirkan, akhirnya mereka membawa Becca ke rumah sakit. Di rumah sakit, Irin, Nam dan Orn tidak henti-hentinya mengurus Becca, Orn yang merupakan dokter kandungan mengatakan bahwa Becca baru mengalami pembukaan tiga, sesekali wanita itu meringis sakit. Becca juga sudah memutuskan akan melahirkan secara normal, karena dia sudah pernah menjalani oprasi saat hamil anak pertaman.

"Hiks...hiks...hiks...", Becca terus menangis.

"Apa sesakit itu sampai kau menangis seperti ini?", tanya Irin.

"Aku berharap Freen ada disini denganku", ucap Becca dalam tangisnya, semua orang menjadi sedih mendengar ucapan Becca.

Sementara di luar ruangan, Heng terus berusaha menghubungi Freen tapi tidak tersambung. "apa masih belum bisa dihubungi?", tanya Bili pada Heng.

Heng menggelengkan kepalanya, "mungkin dia sedang mengerjakan sesuatu".

"Katakan pada Becca seperti itu, aku takut dia bersedih, dia sangat membutuhkan Freen sekarang", ucap Bili

Saat Heng dan Bili sedang bebicara sambil mencoba menghubungi Freen, tiba-tiba Non dan Noey datang menghampiri mereka berdua, "ada kabar buruk", ucap Noey. "Qt bicara di tempat lain saja", tambah Non

Saat ini mereka berempat sudah berada di taman rumah sakit, "ada apa?", tanya Heng.

Noey dan Non saling menatap, "saat ini sedang terjadi perang disana, pamanku seorang jendral dia mengatakan saat ini mereka sulit menghubungi para prajurit yang ada disana", ucap Noey, "Mereka sedang tidak baik-baik saja", tambahnya lagi.

Heng dan Bili terdiam membeku, Becca tidak boleh tahu tentang ini, dia sedang dalam kesakitan sekarang, berjuang melahirkan anaknya dan Freen.

"Tidak ada yang boleh tahu tentang ini dulu", ucap Heng.

"Memangnya apa yang tidak boleh kami ketahui?".

You and SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang