"Mas, udah ya?"
"Sekali lagi, Sofia!"
"Ah sudah, aku nggak kuat lagi, Mas."
"Kuat! Percaya padaku."
"Beneran nggak kuat,"
"Kuat, kamu tinggal nurut padaku!"
Sofia terpaksa menutup wajahnya dengan kedua tangan. Pusing sudah melanda namun Atta tetap memaksanya.
"Ya sudah, nanti malam lagi!"
Kepala Sofia langsung terangkat dengan semangat mendengar kemurahan yang Atta berikan. Ia sebut sebagai kemurahan karena sejak satu jam yang lalu, Atta tetap duduk di depannya dengan membawa mushaf untuk menyimak beberapa lembar juz 1 yang masih ia ingat untuk dihafal. Sofia sudah ampun-ampunan untuk berhenti karena kepalanya yang pusing mengingat Deretan ayat itu. Namun Atta masih dengan semangat meminta sang istri mengulang hafalan.
"Tapi ingat, satu hari setor satu lembar setiap habis maghrib."
Tatapan mata Sofia kembali memancarkan keberatan. Belum melalui nya saja Sofia sudah pusing membayangkan harus setor satu lembar setiap hari pada Atta. Suaminya benar-benar ingin membuat asam lambungnya naik. Sofia terheran kenapa suaminya ini berubah jadi susah dirayu lagi.
Setelah mengetahui bahwa Sofia pernah punya hafalan lima juz, Atta tak henti untuk menyemangati dan membimbing Sofia agar bisa memperbaiki apa yang telah hilang.
"Kok sekarang Mas Atta jadi kejam, ya?"
Atta meletakkan mushaf ke nakas sambil merengut bingung. "Kejam bagaimana? Justru kalau tidak begini, malah nanti di akhirat kita—"
Ucapannya terhenti saat Sofia membungkam mulutnya. Wanita itu sudah paham apa saja isi kalimat yang akan Atta ucapkan.
Niat hati ingin menghentikan ucapan suaminya yang sudah ia dengar lebih dari dua kali, Sofia jadi salah tingkah sendiri ketika Atta menahan tangannya yang masih berada di bibir Atta dan kini beralih mendapat banyak kecupan dari sang suami.
"Mas Atta, udah! Bikin gemetar." Sofia berkata jujur berharap Atta akan berhenti menghujani tangannya dengan kecupan.
Hal itu membuat Atta tertawa karena lambat laun ia sudah tahu bagaimana cara menjinakkan Sofia. Dan jangan dikira Atta berhenti, dia malah semakin semangat membuat istrinya gemetar.
"Pantas saja orang-orang pada seneng banget ya kalau pacaran, tapi sayangnya mereka nggak mau sabar. Padahal pacaran setelah menikah itu jauh lebih seneng. Banyak ganjarannya lagi."
Sontak saja Sofia terbatuk karena tersedak padahal sedang tidak makan atau minum.
"Nyindirnya di depan mata banget, Mas!"
"Loh, aku nggak nyindir, Sofia. Tapi ngatain!" Lalu Atta tergelak melihat wajah Sofia yang semakin mengerut karena ledekannya. Namun kemudian tiba-tiba saja pikiran Atta tertuju pada suatu hal. "Kamu pernah sampai dicium sama gus-gus pacar kamu itu dulu?"
Ya, tiba-tiba saja hal itu melintas di pikirannya. Atta mengajukan pertanyaan random dengan enteng, namun sanggup membuat Sofia panas dingin.
"Pernah?" Atta mengulang pertanyaannya karena penasaran, ditambah Sofia yang hanya diam. Entah takut, atau tidak ingin membahas masa lalu.
Akan tetapi pada akhirnya Sofia menjawab. "Cium di tangan pernah. Yang lain nggak pernah."
"Berarti sering salaman?"
Sofia meringis, sungguh merasa berdebar karena tiba-tiba saja Atta membahas masa lalunya yang tidak pantas itu.
"Ya nggak sering juga. tiap kali diam-diam ketemu terus pisah pasti salim, cium tangan gitu. Latihan jadi suami istri katanya tapi nggak pernah jadi nyata. Mungkin di kerajaan setan ada tingkatan pangkatnya ya? Buktinya sekelas gus aja bisa terbujuk rayuan setan, pasti setannya yang pangkat tinggi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Bunga Hydrangea
General FictionCerita tentang seorang pemuda bernama Atta yang sejak lahir sudah dimanjakan dengan hidup yang berlimpah materi, berlimpah ilmu agama, berlimpah pendidikan dan kasih sayang. Sehingga ia tumbuh menjadi sosok baik hati dan bijaksana. Berhasil menjadi...