Part 49 : Atta Cemburu

2.2K 401 32
                                    

"Jadi saya minta tolong yang ayam utuh sejumlah 100 ekor diantar malam saja ya, Mbak Sofia. Lalu sisanya bisa siang."

"Baik, Bu."

"Jangan sampai salah, ya! Ini acara besar keluarga saya."

Mati-matian Sofia mempertahankan ekspresinya agar tidak berubah kesal ketika menghadapi wanita paruh baya di depannya ini.

"Jangan lupa, yang fresh ya, Mbak. Saya nggak mau kalau ada yang sudah dari awetan freezer." imbuh wanita paruh baya yang merupakan ibunda dari Lita.

Wajah Sofia memang tersenyum, namun percayalah, dalam hatinya berisik dengan kata-kata kesal. Bukan tidak terima, dia sering mendapat orderan seperti ini dan memang rata-rata konsumen nya meminta hal yang sama. Hanya saja, entah kenapa berhadapan dengan konsumen yang satu ini membuat Sofia gampang naik darah. Pasalnya, sejak awal tatapan ibunya Lita seperti merendahkan dirinya.

Tatapan yang jika diubah menjadi kata-kata kurang lebih seperti ini, 'Oh ternyata wanita seperti ini yang akhirnya menjadi istrinya Atta.'

Sejak satu jam yang lalu, dia ditemani Atta berkunjung ke rumah Lita. Meneruskan rencana pesanan ayam tempo hari. Acara pernikahan memang akan dilaksanakan di gedung, namun sebelum nya sesuai adat kebiasaan, keluarga ingin membuat syukuran dengan membagikan makan pada sanak keluarga. Untuk itu, keluarga Lita memesan ayam kepada Sofia. Entah apa tujuannya, padahal bisa saja mereka sekalian memesan menu jadi pada jasa catering. Sofia tidak ingin menaruh pikiran negatif, yang penting dia dapat rejeki halal.

"Saya sudah sering melayani pesanan hajatan besar seperti ini, Bu. InsyaAllah saya usahakan yang terbaik. Bahkan pernah ada yang pesan 250 ekor ayam tanpa jeroan dan tidak ada kendala apapun. Apalagi pesanan kali ini lebih sedikit. Insyaallah beres."

Bukan bermaksud merendahkan jumlah pesanan keluarga Lita, namun Sofia sudah kepalang kesal. Beruntung dia masih bisa menahan diri dan tetap membalas setiap ucapan ibunya Lita dengan tenan dan tetap tersenyum.

Atta melirik istrinya seraya tersenyum tipis. Saking tipisnya tidak ada yang sadar bahwa dia sedang tersenyum. Atta paham, Meski Sofia berbicara sambil tersenyum pada ibunya Lita, terselip rasa kesal dalam hatinya.

"Tapi kan yang mau saya kirim makanan ini kebanyakan pejabat, Mbak Sofia, walaupun lebih sedikit. Jadi saya mau yang terbaik. Kalau ada salah dikit, takutnya malah membuat makanannya tidak layak konsumsi."

Senyum Sofia semakin terlihat dipaksakan. Sejalan dengan itu hatinya juga semakin jengkel. Namun pikirannya masih jernih sehingga dia tetap tenang mengingat keluarga Lita masih ada hubungan saudara dengan Atta, tentu dia tidak ingin membuat masalah yang berpotensi menyeret Atta dan keluarganya. Jika Dita ada di sini, pasti gadis itu akan merasa bangga melihat kesabaran Sofia menghadapi orang yang menjengkelkan.

Masih sambil mempertahankan senyum, Sofia menjawab, "Saya tidak pernah tahu dan tidak pernah memilah untuk siapa orderan yang saya dapat, namun saya selalu menyediakan ayam fresh, Bu. Semisal setelah jadi dan tidak layak konsumsi, itu berarti bukan salah saya. Bisa jadi yang masak kurang pinter."

Senggo sedikit tidak masalah. Pikir Sofia.

Ibunya Lita menampilkan senyum canggung setelah mendengar jawaban Sofia. Kemudian dia memilih mengajak bicara hal lain dengan Atta. Jika bisa jujur, sejak tadi Sofia merasa asing. Pasalnya, sejak mereka sampai, ibunya Lita lebih sering berbicara pada Atta seolah tidak ada Sofia di depannya. Keperluannya pada Sofia hanya sebatas pesan memesan ayam.

Akan tetapi, rasa asing itu tidak berarti apapun karena Sofia merasakan suaminya selalu membawanya ke dalam obrolan. Sepertinya Atta juga menyadari bahwa Sofia seperti diabaikan oleh mereka. Bahkan setiap jawaban atas pertanyaan ibunya Lita, Atta selalu menceritakan Sofia meski sebenarnya ibunya Lita tidak bertanya tentang istrinya.

Seindah Bunga Hydrangea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang