Part 30 : Bertemu Rendi

2.1K 470 87
                                    

Gaes.. Author lagi sibuk tenan. Sibuk mikir hajatan orang kok nggak selesai2, alhamdulillah 😅
Bulan ini terlalu bagus apa ya, sampai banyak orang pada nikah bulan ini? Seneng dapat besek-an enak-enak, tapi pusing mikir isi amplop. Wkwkwk.
Eh malah curhat.

Ini nulisnya sambil rewang, maaf kalau ngalor-ngidul nggak karuan. Karena kasihan dengan kalian, tersiksa rindu itu menyakitkan, 😂
Eh pada rindu nggak sih? 🤭

Dan juga author butuh pengalihan, sejak seminggu yang bosen lihat pemandangan lemper terus. Haha

Happy Reading



🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️






Rencananya, Dita ingin mengeluarkan semua kekesalannya karena tertinggal momen penting akad Sofia-meskipun berulang kali Sofia jelaskan bahwa dia juga tidak tahu menahu akan dinikahkan malam itu juga.

Tapi rencana tinggal rencana, karena yang terjadi justru sebaliknya. Sejak setengah jam bertemu dengan sahabatnya, ia malah gencar menggoda meski hanya ditanggapi datar oleh Sofia.

"Ayo lah! Ceritakan, gimana malam pertama kalian!"

Kembali lagi mata Sofia memincing. Kesal dengan Dita yang tidak berhenti mengusiknya.

"Tidak terjadi apa-apa, hanya ngobrol. Sekali lagi kamu bertanya, aku pastikan nomor kamu aku blokir!"

Dita akhirnya menelan rasa penasarannya karena jika Sofia sudah mengancam, maka yang akan terjadi bukan hanya sebuah ancaman melainkan kenyataan. Padahal dia hanya penasaran bagaimana seorang Atta bisa meluluhkan sahabatnya yang galak ini, tentu tidak akan bertanya detil malam pertama mereka.

Berdecak penuh sesal, lalu Dita akhirnya mengalah, tidak lagi penasaran bagaimana awal mulanya mereka membangun hubungan sebagai suami istri.

"Lalu kenapa kamu kelihatan gundah gulana seperti itu? Belum diberi jatah sama mas Atta hingga hari ini?"

Sofia terdiam sebentar. Mau seperti apa kelakuan sahabatnya ini, dia memang tidak pernah gagal membaca mimik wajah Sofia. Sofia sering kesulitan menyembunyikan sesuatu dari Dita-sahabat satu-satunya yang dimiliki ini.

Akhirnya setelah berpikir lama, Sofia berniat menceritakan kegelisahannya kepada Dita. Dulu, ia cenderung enggan menceritakan isi hati pada orang lain. Akan tetapi, sesuai ucapan Atta waktu itu, bahwa tidak baik jika selalu merasa bisa sendiri.

"Apa aku pantas menjadi istrinya?"

Segera saja Dita mengernyitkan dahi. "Pertanyaan yang sangat terlambat, Sof!"

Sofia tahu. Tapi kegelisahannya belum hilang jika belum menceritakan masalah-masalah yang terjadi pada Atta. Dan sayangnya hingga detik ini ia belum bercerita.

"Masih nikah sirri. Sangat mudah diputus."

Satu pukulan Dita hadiahkan tepat di tangan Sofia karena ucapan ngawurnya. "Kenapa sih? Jangan bikin pusing!"

Sofia menghela napas panjang, kemudian menceritakan apa yang terjadi pada dirinya dan Baim. Salah satu tujuannya bertemu Dita adalah ingin menceritakan perihal Baim karena ia pikir Dita juga perlu tahu.

"Yang masalah Ipan, aku dan yang lain sudah dengar. Waktu jenguk bareng ke rumah mas Atta itu kan keluarga Ipan meminta maaf dan menjelaskan bahwa Ipan terprovokasi oleh orang lain."

"Oh, ya? Jadi keluarga mas Atta sudah tahu siapa yang membuat Ipan ngamuk?"

Dita menggeleng. "Salah sendiri kenapa waktu itu nggak ikut jenguk. Bang Udin nggak nyebut nama Baim, dan juga waktu itu papanya mas Atta sudah menutup masalah itu. Beliau mengatakan semua itu musibah, tapi tetap tidak berkenan jika mas Atta kembali ke kampung kita. Tapi anehnya malah dinikahkan sama Lurah kampung."

Seindah Bunga Hydrangea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang