Part 20 : Jamu Kuat

2.2K 472 166
                                    

Bagi Sofia, bertemu dan ngobrol berdua dengan laki-laki adalah hal biasa. Dulu, sewaktu dia masih menjadi abg labil yang mudah termakan kata-kata gus nya, ia sering diam-diam bertemu dengan pria bernama Faqih itu. Yang paling nekat adalah, ketika dia pamit pulang pada bu Nyai, tapi pada kenyataannya dia pergi dengan gus Faqih ke sebuah tempat wisata yang berada di  Kabupaten berbeda. Tujuannya agar tidak kepergok oleh orang-orang yang mengenal mereka.

Ya, memang sebadung itu Sofia di masa lalu sebelum Allah menganugerahkan hidayah padanya lewat kematian Sang Bapak.

Berbeda dengan Sofia yang berusaha tenang dan santai, Atta justru terlihat gusar dalam duduknya sejak setengah jam yang lalu mereka bertemu. Pertama kalinya ia duduk berhadapan dengan wanita yang bukan mahram, dan bukan juga dari saudara. Katakanlah ia terlalu nekat, karena berani mengambil resiko besar bertemu dengan Sofia.

"Maaf ya kalau tempatnya agak jauh, Sof,"

Sofia membalasnya dengan senyum yang sedikit meremehkan.

"Takut ada yang lihat ya, Mas? Tapi kalau Penyamarannya saya akui sudah cukup baik,"

Atta lalu menelisik diri sendiri. Hari ini ia memakai pakaian yang tidak seperti kebiasaannya. Sengaja memakai celana jeans, hoodie dan sepatu kets. Jika ada yang bertanya seberapa niat Penyamarannya? Tentu itu adalah penyamaran yang sangat penuh effort, karena yang ia pakai hari ini semuanya baru. Dibeli kemarin dengan harapan tidak ada yang mengenalinya.

Selain berpakaian lain dari kebiasaan, Atta juga mengajak Sofia bertemu di tempat yang cukup jauh dari jangkauan orang-orang yang mengenal mereka. Ia memilih sebuah cafe yang letaknya cukup tersembunyi, namun ramai dikunjungi orang. Ia menemukan cafe itu lewat salah satu sosial media yang mengatakan bahwa cafe itu adalah salah satu hidden gem di Jawa Tengah.

"Terbaca sekali ya niat penyamaran saya?"

Sofia tertawa karena terlalu hafal dengan cara-cara yang dilakukan pria di masa lalunya ketika mengajaknya bertemu.

"Saya hargai niatnya, Mas. Karena bertemu dengan saya itu pasti resikonya besar, resiko yang lebih ke hal negatif,"

Jika saat mengatakan itu Sofia terlihat santai, bahkan masih sambil tersenyum tipis. Justru Atta merasakan hal sebaliknya. Sama sekali ia tak berniat menyinggung perasaan Sofia, ia hanya ingin menjaga semua hal yang terkait dengan dirinya terutama keluarga besarnya. Misal pun yang ada di depannya saat ini bukan Sofia, ia tetap akan melakukan hal yang sama.

"Saya sudah niat mengambil resiko besar, dan saya harap saya pulang tidak dengan tangan kosong, Sofia."

Sejak awal sampai hingga detik yang lalu, Sofia terlihat lebih menguasai keadaan karena ia yang lebih santai dan tenang. Namun detik ini juga, ia hampir kehilangan itu semua karena kini jantungnya kembali berdetak tak normal.

Nada suara Atta yang tegas dan penuh kayakinan, membuat ketenangannya perlahan terkikis. Bahkan sejak tadi ia tak mampu menatap Atta lebih lama. Lebih sering mengarahkan pandangan ke minuman dan makanan yang mereka pesan, sesekali juga melempar pandangan ke sekeliling.

"Tentang ucapan saya beberapa hari yang lalu, itu bukan lagi kesalahan pemilihan kata atau lidah saya yang kepleset. Tapi itu benar-benar niat saya yang ingin saya sampaikan ke kamu hari ini,"

Sebenarnya Sofia sudah bisa menebak, tapi ia tetap bertanya, takut salah sangka dan berakhir konyol di depan Atta.

"Tentang apa?"

Keadaan sepenuhnya berbalik. Sofia sampai harus meneguk minuman coklatnya demi menekan rasa gugup sementara Atta terlihat jauh lebih tenang dari sebelumnya. Bahkan saat ini ia tertawa kecil.

Seindah Bunga Hydrangea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang