Part 42 : Dunia Sempit

2.4K 420 96
                                    

"Sepertinya salah setting, Mas."

"Kenapa?"

"Seharusnya hapus tatto nya jauh sebelum hari ini, atau besok sekalian. Ngilu-ngilu sedep rasanya,"

Tatapan Atta berubah serius dari yang sebelumnya terlihat bahagia.

Jelas dia bahagia, karena hari ini-tepatnya pagi tadi dia kembali mengucap akad atas nama Sofia di hadapan petugas KUA dan ratusan tamu undangan. Tak lupa menambahkan rasa syukur karena saat ini, status pernikahannya dengan Sofia telah resmi di hukum negara.

Meskipun bukan akad yang pertama, namun rasa haru dan sakral tetap menyelimuti acara yang diadakan di halaman rumah Sofia-yang telah disulap indah lewat tangan-tangan kreatif tim Bening Decoration milik salah satu keluarga Atta.

Pun dengan Irsyad, pemuda itu terlihat lebih terharu daripada ketika menikahkan kakaknya secara sirri. Ijab qabul sempat tersendat lantaran dia yang tidak bisa berkata-kata akibat kembali berurai air mata. Baru ketika ibunya mendekat untuk menenangkan, Irsyad bisa mengucap ijab dengan baik dan langsung dijawab oleh Atta dengan tak kalah baik.

"Mau ganti baju saja?" Atta memberi ide namun sangat tidak masuk akal bagi Sofia.

Tidak mungkin di tengah acara resepsi yang dihadiri banyak tamu, tiba-tiba harus masuk dan ganti baju. Terlebih tamu-tamunya bukan hanya kenalan mereka saja. Lebih banyak tamu yang berasal dari kenalan orangtua Atta karena malam hari selanjutnya diadakan pesta pernikahan di keluarga pria itu.

"Mas Atta mau di pelaminan sendiri? Nanti dikira kita dijodohkan dan pengantin wanitanya kabur,"

"Masalahnya sejak pagi kamu udah pakai baju seperti ini. Pasti rasanya tidak nyaman. Ditambah gerah."

Nyatanya, kipas angin blower dan ac portable yang terletak di berbagai titik tidak berperan banyak untuk mengurangi kegerahan di tengah acara itu. Terlebih lagi, Sofia memakai gaun yang cukup menambah gerah di tubuhnya.

Dan meski benar apa yang Atta katakan, Sofia memilih menolak ide tersebut. Tadinya dia hanya ingin mencari topik pembicaraan karena merasa jenuh akibat harus selalu tersenyum ketika ada tamu yang bersalaman. Tidak tahunya ditanggapi serius oleh Atta.

"Nggak jadi ngilu, Mas. Tadi cuma bercanda aja!" bisik Sofia agar Atta kembali fokus menyambut tamu-tamu yang tidak ada putusnya.

Jika disuruh memilih, jelas Sofia tidak ingin berdiri lama-lama di tengah ballroom hotel begini. Lebih memilih setelah akad, lalu berkumpul dengan teman-temannya.

Akan tetapi, malam ini bukan murni acara keluarganya. Melainkan acara keluarga besar Atta, yang mana tamunya orang-orang penting. Malam ini juga, Sofia baru menyadari seberapa terkenalnya keluarga sang suami.

"Bercanda beneran?"

"Iya, beneran bercanda."

"Jadi beneran apa bercanda? Kalau mau istirahat sekarang, tidak masalah. Acara hampir selesai, semua tamu sudah datang sepertinya."

Bola mata Sofia kembali berputar tanda jengah. Memang tidak ada manusia yang sempurna. Sekelas Atta yang menurut Sofia sudah mendekati sempurna untuknya pun masih ada hal-hal yang kadang membuatnya kesal-salah satunya terlalu susah diajak bercanda. Ya, meskipun dirinya sendiri mengakui bahwa kelakuannya lebih sering membuat Atta mengelus dada untuk memperluas kesabaran.

Untung saja ada hal lain yang mengalihkan perhatian Sofia. Atta yang tengah serius memperhatikan ketidak nyamanan sang istri, ikut menoleh ketika ada beberapa orang yang mendekat ke pelaminan.

"Mau bertemu?" Atta berbisik sebelum mereka sampai ke pelaminan.

"Maksudnya? Jika aku tidak mau, aku boleh pergi dari sini?"

Seindah Bunga Hydrangea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang