Part 6 : Saling Mempengaruhi

2.3K 435 70
                                    

"Enam jenis orang yang mendapat konsekuensi harus tetap imsak meskipun puasanya telah batal. Siapa saja orang itu? Yang pertama, orang yang sengaja membatalkan puasa tanpa ada udzur  atau alasan yang diterima.  Lalu yang kedua, orang  yang lupa tidak niat puasa wajib pada malam hari,"

Atta duduk dengan seksama, ikut mendengarkan kakeknya yang sedang memberi ceramah menjelang buka puasa di salah satu masjid yang mengundangnya. Dia sedang gencar-gencarnya ikut banyak kegiatan di keluarganya. Dan karena ia dan Alfa sedang tidak punya jadwal simaan, jadilah ia menawarkan diri untuk mengantar Sang Kakek.

"Lanjut yang ketiga. Yaitu, orang yang makan sahur  karena menyangka belum subuh, padahal sudah masuk waktu subuh. Sama hal nya dengan itu, orang yang keempat adalah orang yang berbuka puasa karena menyangka sudah waktunya tapi ternyata belum. Kemudian orang kelima adalah orang yang menyangka hari tersebut masih tanggal 30 sya'ban, padahal sudah masuk 1 ramadhan. Dan yang terakhir adalah orang yang karena kecerobohannya sehingga menyebabkan tertelan air ketika berkumur wudhu."

"Nah, keenam jenis orang tadi mendapat dua konsekuensi. Pertama, tetap imsak artinya tetap menahan tidak makan dan tidak minum sampai maghrib. Dan kedua, tetap harus meng-qadla puasanya di kemudian hari."

Sang Kakek mengarahkan pandangannya ke seluruh jamaah, kalau-kalau ada yang ingin bertanya.

"Pak kyai, kalau saya masih punya utang puasa tahun kemarin, bagaimana? Kemarin belum selesai meng-qadla tapi sudah keburu datang ramadhan lagi." Salah seorang jamaah bertanya yang membuat Atta tersenyum dalam diamnya.

"Tenang, Pak. Anda tidak sendiri. Banyak temannya." jawab Sang Kakek yang membuat jamaah ikut tertawa. "Kalau semisal alasannya tidak sempat meng-qadla itu karena ada udzur seperti sakit maka insyaallah hanya wajib dengan meng-qadlanya nanti ketika Ramadan selesai. Namun jika alasannya karena lalai, maka dapat tiga hal. Yang pertama dosa karena dianggap melalaikan, yang kedua wajib meng-qadla nya, kemudan yang ketiga wajib membayar fidyah sebagai denda keterlambatannya."

"Bahkan menurut pendapat Al-ashah atau yang terkuat, fidyah kategori ini bisa berlipat ganda sesuai jumlah tahun yang ditinggalkan. Semisal, Bapak punya utang puasa 1 hari di ramadhan dua tahun lalu dan sampai sekarang belum dibayar, maka fidyahnya berlipat, menjadi 2 mud. Kalau qadla puasanya tetap 1 hari. Begitu ya?"

Sahutan tanda paham terdengar dari para jamaah sehingga membuat kakeknya Atta menyudahi ceramahnya karena waktu berbuka puasa sudah hampir tiba. 

"Yang terakhir, mari kita sama-sama mendekatkan diri ke Gusti Allah di waktu yang sangat berharga ini. Mari kita atur hati dan pikiran kita. Jangan dirusak dengan sifat-sifat ujub dan sombong. Mungkin saat ini kita masih diberi kemudahan sama Allah untuk bisa puasa, tarawih, tadarus, tapi jangan lantas membuat kita memandang rendah orang-orang yang belum melakukannya. Kita doakan saja agar hidayah segera Allah berikan pada mereka."

Atta sudah hafal jika di akhir ngaji, kakeknya selalu menyelipkan nasehat dan ajakan sejenis itu. Namun kali ini, ia merasa sangat tersindir. Ia kembali diingatkan kejadian beberapa hari yang lalu ketika ada seorang gadis yang menusuknya dengan kata-kata tajam. 

Pikiran dan hatinya tak tenang, bahkan sampai beberapa waktu berlalu dan kini ia telah berada satu mobil dengan kakeknya menuju rumah setelah selesai berbuka lanjut sholat maghrib.

"Puasa itu yang paling susah menahan nafsu hati ya, Kek!" Ia mencoba sedikit berbicara untuk meluruskan pikirannya yang kusut.

Sang Kakek tersenyum tipis. "Makanya ada tiga tingkatan dalam puasa itu. Pertama, puasanya orang awam yang hanya cukup menahan lapar dan haus. Lalu puasanya orang-orang sholih, selain menahan tidak makan dan minum, mereka juga menjaga anggota tubuh agar tidak melakukan dosa, seperti menjaga mulut agar tidak berbicara yang tidak berfaedah. Terakhir, puasanya para nabi, yang ini tingkatan yang paling tinggi, puasanya para nabi itu benar-benar hanya karena Allah, hati dan pikiran, anggota tubuh, semuanya hanya untuk Allah." 

Seindah Bunga Hydrangea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang