"Mas, mau tanya?"
Atta mempersilakan ketika Anto mengangkat tangannya untuk bertanya ketika Atta memberi kesempatan.
Malam ini, seperti biasanya Anto dan para pemuda pemudi kampung lainnya kembali berkumpul dalam acara rutinan yang malam ini bertempat di rumah salah satu pemuda yang bernama Ridwan. Rumahnya cukup jauh karena terletak di perbatasan kampung lain.
Berbulan-bulan menjadi warga kampung di tempat tinggal Sofia, Atta memang memiliki beberapa kegiatan ngaji rutin. Ada yang secara umum di masjid, ada untuk ngaji anak-anak di sore hari yang lebih banyak dipegang oleh Sofia dan beberapa pemudi lain, ada juga yang khusus untuk pemuda dan pemudi. Seperti malam ini. Setiap malam jumat, secara bergilir mereka mengadakan majelis yasinan, lalu dilanjut ngaji kitab oleh Atta.
"Katanya setiap manusia hidup itu pasti dikasih ujian. Tapi kadang aku berpikir, kenapa orang-orang kaya itu seperti tidak pernah mendapat ujian dalam hidupnya? Kayaknya hidupnya seneng terus. Mau beli apa tinggal beli, pengin pergi ke mana tinggal berangkat. Terkadang aku paksa untuk berpikir positif, Mas. Mungkin sebelumnya orang-orang kaya itu sudah melewati hidup susah, dan sekarang tinggal menikmati hasil sabarnya. Tapi kok susah ya, Mas? Pikiran buruh seperti aku ini bawaannya iri terus,"
Pertanyaan Anto sempat mengundang tawa sebelum akhirnya sebagian dari mereka juga ikut berpikir.
"Bener juga," sahut Baim.
Terlebih dulu Atta tersenyum seraya membiarkan mereka kasak kusuk membicarakan tema yang Anto angkat. Setelah beberapa saat, dia mengalihkan atensinya pada Anto.
"Kamu kira ujian itu hanya berbentuk kesusahan ya, To?"
Hanya dengan mendengar satu kalimat tanya dari Atta, Anto sudah terdiam dan mendapat sebuah pencerahan. Pun dengan yang lain, akan tetapi kendati seperti itu mereka tetap ingin mendengarkan kelanjutan jawaban Atta.
"Sebuah kesenangan yang tiada henti itu juga sebuah ujian. Allah sedang ingin menguji, apakah dengan diberi kesenangan secara terus menerus orang itu akan pandai bersyukur atau tidak. Akan memakai kesenangan itu dalam jalan yang benar dan bermanfaat apa tidak. Ataukah harta itu hanya akan semakin membuat semakin sombong dan jauh dari Allah. Segala yang kita punya ini nantinya bakal dihisab sama Allah. Bayangkan jika orang yang punya banyak harta tapi tidak menggunakan hartanya dalam jalan yang benar. Akan seberapa banyak dan beratnya hisab dan tuntutan yang dia terima?"
Suasana masih cukup hening. Beberapa bisik-bisik membenarkan ucapan Atta. Ada juga yang bisik-bisik membicarakan salah satu orang yang kebetulan hidupnya mirip dengan apa yang Atta ceritakan. Punya banyak harta, namun pelit.
"Ada memang apa yang dimiliki sekarang itu adalah hasil dari perjuangan dan kesabarannya menghadapi ujian di masa lalu. Tapi ada juga yang memang itu bentuk ujian dari Allah. Tahu kan apa arti istidraj?"
Baik Anto dan yang lain mengangguk paham.
"Istidraj itu ibarat sebuah jebakan kesenangan yang Allah berikan untuk orang-orang yang jarang beribadah dan lalai. Karena Allah ingin benar-benar ingin membalas orang-orang seperti itu dengan seberat-beratnya balasan. Jadi, Anto, dan yang lainnya, untuk diri saya sendiri juga, mari jangan merasa iri terhadap nikmat dan kesenangan yang orang lain miliki. Semua pasti bakal ada hisab nya sendiri-sendiri. Terlepas itu adalah bentuk Istidraj atau memang buah kesabaran. Kita syukuri apapun bentuk pemberian Allah pada kita. Karena sejatinya Allah itu paling tahu apa yang terbaik untuk kita."
Hampir seluruh yang hadir mengangguk setuju. Serasa mendapat angin surga sebagai pencerahan, meski suatu saat juga akan ada kalanya bakal mengeluh lagi dengan keadaan yang dihadapi saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Bunga Hydrangea
General FictionCerita tentang seorang pemuda bernama Atta yang sejak lahir sudah dimanjakan dengan hidup yang berlimpah materi, berlimpah ilmu agama, berlimpah pendidikan dan kasih sayang. Sehingga ia tumbuh menjadi sosok baik hati dan bijaksana. Berhasil menjadi...