Nafas gadis itu tertahan saat sengatan sakit terasa bersama dengan kesadarannya yang mulai kembali, kerutan keningnya terlihat dalam, dengan lenguhan yang terdengar bersama desisan tipis saat dentum berat di kepalanya semakin terasa.
Bau besi menguasai penciuman, netra hazelnya dengan paksa ia buka saat terasa tangannya di ikat ke belakang, sontak pandangannya menatap sekeliling memastikan keberadaannya, sebuah hotel? Dengan ia yang berada di sebuah ranjang dengan posisi tangan dan kaki terikat, ia di sandera? Namun bagaimana bisa---
Melupakan kenyataan Cia?
Sampai suara itu terdengar membuat Cia mengarahkan netranya ke arah depan, tepatnya pada sebuah laptop terbuka yang tanpa sadar luput dari penglihatannya tadi, matanya memicing, meyakinkan jika netra hazelnya tak salah lihat saat seorang gadis yang hari ini pergi bersamanya tampak disana dengan kepala meneleng kesamping dan seringai yang perlahan tercipta.
"Mil."
Lo bangun lebih lama dari apa yang gue kira, Elicia Xaviera Nixon, ah lega rasanya, gue pikir lo mati bahkan sebelum ngerasain pembalasan dari gue.
Cia mengatupkan rahang, ingatan tentang kejadian di makam tadi terlambat masuk kedalam ingatannya, benar benar tak habis fikir dengan kenyataan yang menamparnya sekarang, gadis itu terlalu menjalani perannya dengan baik. Bodohnya, mengapa Cia tak pernah sadar dengan dendam yang selalu Milea katakan saat bersamanya.
"Pengecut! Lo gak punya nyali buat tampil jadi musuh sampai lo harus pakek topeng temen kayak sekarang?!"
Seringai Milea berganti dalam sekejap mata, tatapan gadis itu mengarah tajam pada Cia yang kini juga menampilkan sorot yang sama.
Ucapan lo itu, terlalu berani buat seorang sandera yang gak bisa di pastiin bakal tetep hidup dalam satu jam kedepan atau enggak Cia. Lagi pula--bukan gue yang pengecut disini, tapi kalian yang terlalu bodoh dan mau aja di kelabuhin, hahahha.
Cia menggeram tertahan, tangannya mengepal sembari beberapa kali bergerak memutar berusaha melepas simpul dari tali yang terasa terlalu kuat, namun nihil, satu centi pun tali itu tak bergerak melonggar, Cia hanya bisa merasakan saat tangannya mulai terasa perih dan memanas sekarang.
"Shit!! lepasin gue Milea!!!"
Tawa lepas Milea menjadi penyambut sedetik setelah Cia mengatupkan mulut, gadis iblis itu tampak puas hingga tak menghentikan tawanya dalam beberapa detik kedepan.
Tak hanya memiliki jiwa iblis, Cia sangat yakin jika Milea juga punya gangguan jiwa sebenarnya.
Lo bener bener kocak Ci! Hahahah bodoh! Harusnya sebelum ini gue ajarin lo cara memohon yang bener, meskipun mustahil buat gue bakal luluh sama muka menyedihkan lo itu!
"Sialan! Lo gila Milea!"
Yes, i'm. and your biggest mistake is dealing with this madman, Cia.
Cia menendang laptop yang menampilkan wajah Milea hingga benda itu terpelanting ke bawah, telinganya semakin panas mendengar ocehan tak berguna Milea, masih bisa ia dengar suara tawa Milea dari laptop yang tak mampu di jangkau penglihatannya, namun semua itu terasa sia sia saat kini televisi menyala secara tiba tiba dan menampilkan wajah dengan posisi yang sama di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You CIA! End✔️
Teen Fiction○ DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ○ Sederhananya, ini kisah tentang Elicia dan kehidupan keduanya. Bersama dengan empat orang lelaki gila berdarah dingin yang hobi menyiksa. Mereka, keluarga terkuat dan pemilik perdagangan senjata terbesar di...