Hollaaaa
Vee up buat kalian yang lagi menangisi nasib kejombloan🤣 ciee kasian yang gak punya gandengan buat malem mingguan.
Btw, jari Vee tiba tiba punya kekuatannya ying, bisa nulis cepet sampe 3000 kata lebih😭😭 untung gak keseleo ya kan.
Dan--di part ini ada beberapa bagian tentang medis yang jujurly, Vee gak tau bener enggaknya😭😭 yang pasti Vee nulis setau Vee aja, jadi mohon koreksi kalau ada yang salah ya.
Baca part ini pelan pelan aja yes, jangan buru buru.
Happy reading❤️
○○○
"Morning Love."
Cia tersenyum tipis saat sapaan itu masuk kedalam pendengarannya. Tangannya bergerak mengelus rahang lelaki yang berada di sampingnya dengan lembut. Tanpa membuka matapun Cia tau jika itu Gala, lelaki yang memang hampir tak pernah meninggalkan Cia sedikitpun.
"Morning."
"Kiss me, Love." Cia melebarkan mata mendengar ucapan Gala, apa lelaki itu tak sadar dengan ucapannya tadi? Gala terkekeh tipis, sadar dengan keterkejutan Cia, ia mengetuk pipinya dengan telunjuk.
"Disini."
Menghela nafas lega, Cia membubuhkan satu kecupan di pipi kanan Gala, menuruti keinginan lelaki yang kini tersenyum lebar itu.
"Breakfast?"
Cia mengangguk tipis.
"Mau waffle buatan kamu."
"Sure, aku buat dulu. Di depan ada pengawal kalau kamu mau apa apa, atau kamu bisa panggil pelayan lewat interkom, understand Love?"
Cia bergumam yakin.
Beberapa hari ini Cia memang kehilangan nafsu makannya, ia kehilangan 8 kg berat badannya hanya dalam waktu seminggu, tentu hal itu semakin membuat Gala kelimpungan. Cia sebisa mungkin memaksa diri untuk makan, sayangnya hal itu malah membuat Cia muntah muntah hebat kemudian.
Setelah kejadian hari itu, baik Gala maupun keluarganya yang sesekali berkunjung tak lagi memaksa Cia makan, gadis itu akan makan sesuai dengan keinginannya, itupun tak banyak, hanya sesuap dua suap, tak heran jika kini Cia harus di infus agar tak lebih banyak kehilangan cairan.
Dan kini, saat gadis itu setuju untuk sarapan, Gala tentu tak ingin membuang waktu lebih lama, jika di tanya ia bisa masak makanan keinginan Cia tadi atau tidak, tentu saja jawabannya tidak, namun sebelum itu ia sudah mengantisipasinya lebih dulu, Gala sudah mempekerjakan chef terbaik serba bisa yang pastinya bisa mengajarinya membuat apa yang gadisnya mau.
Bunyi pintu yang di tutup perlahan membuat Cia memejamkan mata, ia menepuk dadanya sedikit keras mencoba menghalau sesak yang hadir dari awal ia bangun tadi.
Tujuannya meminta Gala pergi bukan karna ia lapar, jujur saja hanya dengan mendengar kata makanan perutnya sudah bergejolak mual, namun ia tak ingin Gala melihatnya kesakitan.
Huk.
Huk huk.
Cia mengernyit, merasakan basah pada telapak tangannya saat meredam suara batuknya tadi. Otaknya merasa de javu, bukan karna ia yang pernah mengalami hal serupa, namun ia teringat film film yang pernah ia tonton.
Mencoba berpikir positif, Cia menurunkan tangan, berharap itu hanya lendir yang keluar, namun bercak merah yang ia dapati di sana membuat netranya beralih cepat.
Tangannya tremor mengambil buru buru tisu yang berada di atas nakas, ia takut jika sampai ada yang melihat, terlebih jika itu Gala, setidaknya Cia tau jika ia akan mati cepat atau lambat, namun tidak dengan Gala yang sudah berharap besar akan kesembuhannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You CIA! End✔️
Teen Fiction○ DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ○ Sederhananya, ini kisah tentang Elicia dan kehidupan keduanya. Bersama dengan empat orang lelaki gila berdarah dingin yang hobi menyiksa. Mereka, keluarga terkuat dan pemilik perdagangan senjata terbesar di...