Cia meneliti penampilannya di depan cermin dalam walk in closed yang di dominasi perlengkapan laki laki itu, ada setidaknya 4 lemari hitam berdiri tegak dengan rak rak sepatu yang berjejer membuat Cia menggelengkan kepala, semua perlengkapan itu milik lelaki yang hari ini menjanjikan untuk mengantarkannya pulang, tentu siapa lagi kalau bukan Galaska.
Tak jauh berbeda dengan hampir semua outfit yang lelaki itu miliki--maksud Cia tak jauh dari warna hitam, kini Cia juga mengenakan dress santai berbahan brokat hitam dengan panjang lengan tiga per empat, di bagian pinggang terdapat mutiara yang di tata sejajar melingkar membentuk salur, cukup sederhana, namun dari brand yang Cia lihat pasti memiliki harga yang tak sesederhana kelihatannya.
Merasa cukup dengan penampilannya, Cia keluar dari ruangan yang di dominasi barang berwarna hitam itu, tubuhnya refleks berjengit saat mendapati Galaska berada tepat di depan pintu, beruntung mulutnya cukup tau tempat hingga tak terlepas mengeluarkan umpatan, sedang lelaki itu mengangkat sebelah sudut bibir menikmati ekspresi terkejut yang wajahnya berikan.
Gala sialan!
Namun apalah daya jika umpatan itu hanya bisa tertahan di ujung lidahnya.
"Lama."
Cia berusaha untuk menyeimbangkan badan saat Gala menarik pinggangnya dan melingkarkan tangannya di sana, netra hijau nya tampak meneliti penampilan Cia hingga membuat gadis itu menggerakkan kakinya gelisah, padahal ia tak sedang dalam acara peragaan busana.
"Lumayan, lain kali jangan kenakan pakaian terbuka, aku tidak suka."
Gaun ini bahkan gak lebih terbuka dari seragam sekolah. Dan sayangnya, Cia hanya bisa menganggukkan kepala.
Mereka keluar kamar dengan posisi yang masih sama, maksud Cia dengan tangan Gala yang tak pernah lepas dari pinggangnya, selama hampir 24 jam Cia berada di sana, ini untuk pertama kalinya Cia keluar dari kamar yang di dominasi warna hitam--putih--abu milik Galaska, rumah itu sangat luas bergaya maditarenia modern hingga memberikan kesan hangat dan nyaman khas negara eropa, dengan entah berapa lantai, dan ornamen ornamen unik yang ada di sepanjang lorong.
Cia bahkan tak sadar saat senyum tipisnya mencuat keluar, ia sangat menyukai rumah dengan gaya klasik modern seperti ini, jika di beri pilihan, Cia akan dengan senang hati untuk menyusuri rumah ini lebih dulu sebelum benar benar keluar dari sana.
"Suka?"
Cia mengangguk semangat dengan cengiran lebar, benar 'kan apa katanya tadi, suasana rumah ini terasa sangat nyaman hingga memberikan kesan positif yang membuat Cia tak terlalu gugup walau berada dalam lingkupan lengan Gala.
"Sangat, huniannya nyaman tapi juga ada sentuhan modern, aku suka rumah kayak gini, kesannya lebih kayak rumah aja, hangat, nyaman, klasik, dan punya unsur seni tinggi."
"Berkeliling?"
"Boleh?"
"Tentu."
Galaska tentu akan lebih senang jika Cia lebih lama berada di sana, terimakasih pada Axe yang memilih membangun hunian seperti ini, sebelumnya Galaska tak terlalu mempermasalahkan mereka akan tinggal di mana selama di wilayah timur ini, yang ia mau hanya kamarnya dengan nuansa monokrom tak terlalu mencolok, selalu menjadi ciri khasnya yang terkesan tak tersentuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You CIA! End✔️
Novela Juvenil○ DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ○ Sederhananya, ini kisah tentang Elicia dan kehidupan keduanya. Bersama dengan empat orang lelaki gila berdarah dingin yang hobi menyiksa. Mereka, keluarga terkuat dan pemilik perdagangan senjata terbesar di...