Ekstra part

5.4K 292 41
                                    


Seorang lelaki tampan dengan setelan celana vans hitam dan kemeja berwarna senada itu memasuki sebuah toko bunga yang dua tahun ini menjadi tempat rutin yang selalu ia kunjungi seminggu sekali.

Denting dari bel yang di taruh di atas pintu terdengar saat ia membukanya, senyum hangat dari pegawai di sana ia jawab dengan anggukan, tanpa merespon lebih ia melangkah dengan satu tangan yang di masukkan kedalam celana, menuju sebuah tempat biasa ia mengambil rangkaian bunga lili putih, bunga yang selalu ia beli disana.

Sesingkat itu kedatangannya, dan tanpa basa basi ia menuju kasir untuk membayar bunga dalam genggamannya, berlanjut dengan ia yang kembali menuju mobilnya berada.

Tatapan tajamnya fokus pada kemudi saat roda rodanya mulai bergerak, sesekali hembusan nafas beratnya terdengar, kenangan itu berputar dengan apik setiap harinya hingga sekarang, terlebih hari ini, hari yang sama dengan saat ia kehilangan seseorang yang cukup berarti dalam hidupnya.

Dua puluh menit ia mengemudi, sampai akhirnya roda roda itu melambat seiring dengan mobilnya yang mulai memasuki sebuah pekarangan rumah sederhana.

Lelaki itu turun disana, sekali lagi menghembuskan nafas berat sebelum melangkah menuju sebuah pintu kaca yang terkunci, tangannya merogoh saku celana, mengeluarkan kunci disana untuk membuka pintu di hadapannya.

Ceklek.

Suara pintu terbuka terdengar bersama matanya yang terpejam, aroma itu masih sama dengan saat ia terakhir berkunjung minggu lalu, netranya menyendu saat tatapannya mengarah menuju sebuah bingkai foro seorang gadis dengan senyum menawan dan rambut hitamnya yang tergerai, ia mengedip cepat, menghalau rasa perih yang tiba tiba menghantam netranya.

Ia melangkah setelah sebelumnya sempat menutup pintu kembali, bergerak mendekat menuju satu satunya pusara dengan marmer putih, tepat seperti keinginan gadisnya--dulu.

Tangannya mengambil bunga lili putih yang sudah layu, menggantinya dengan bunga baru yang berada dalam genggamannya, ia mendekat kearah figura yang menampilkan sosok yang begitu dicintainya, menyapunya pelan di susul dengan hembusan nafas panjang, rasa tak nyaman itu masih bisa teraba sampai sekarang.

Tak ada satu katapun yang keluar, setiap kali ia kesana lelaki itu memang hanya akan diam menyapu foto gadisnya sebelum beberapa menit kemudian pergi dari sana.

Getar pada ponselnya membuat gerakan tangannya terhenti, refleks tersenyum tipis saat melihat deretan kata yang ada pada layar ponselnya.

My girl❤️

Cepet pulang, mau ice cream 🥺

○○○○

Galaska Calix Chrysander.

Lelaki dengan sejuta pesona meski tak pernah menunjukkan wajah ramahnya pada siapapun--tentu terkecuali untuk seorang gadis di hadapannya yang kini mengerutkan bibir sebal.

"Lama banget sih Kak, kebiasaan!" Seruan itu mengundang kekehan Gala mengudara, selanjutnya tanpa ragu, ia mengecup singkat bibir yang tadinya mengerucut itu hingga sang gadis refleks melipat bibirnya kedalam.

"Jangan cium cium ih! Ayah ada di dalem."

"I don't care, Love."

Cia semakin kepalang kesal. Iya, Cia. Gadis itu benar benar kembali dan menjadi tunangan lelaki itu sekarang.

Flash back

"Stop, Ga."

Gala tak mengubris, tangannya masih terus memberikan rangsangan pada tubuh Cia, ia tak ingin kehilangan gadisnya, tak bisa dan tak boleh siapapun membuatnya kehilangan Cia, namun hingga beberapa detik kemudian tak ada perubahan yang terlihat.

Thank You CIA! End✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang