Berjuang

3.2K 245 22
                                    

Cia tak mengerti mengapa dari kemarin ia selalu memimpikan sosok Cia--maksudnya sosok Cia asli--bahkan saat gadis itu hanya menutup mata sekilas, bayang bayang Cia selalu menghampirinya, bukan seperti biasanya yang selalu mengajaknya bicara, kali ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cia tak mengerti mengapa dari kemarin ia selalu memimpikan sosok Cia--maksudnya sosok Cia asli--bahkan saat gadis itu hanya menutup mata sekilas, bayang bayang Cia selalu menghampirinya, bukan seperti biasanya yang selalu mengajaknya bicara, kali ini gadis itu hanya diam, tersenyum, dan itu bersama dengan lelaki yang sebelumnya bahkan tak pernah Cia sangka akan mencintai Cia sebesar itu, iya--seorang Diego Panca Zachary, seakan menunjukkan jika mereka sudah bahagia berada di alam yang berbeda dengan cinta sejatinya.

Maksudnya, Cia bahkan tak pernah bertemu dengan sosok Diego sebelumnya, lalu mengapa lelaki itu juga turut berada dalam mimpinya, seperti ada yang ingin mereka sampaikan. Apa? Tentu saja Cia tak tau, mereka tak bicara apapun selain membungkam.

Menghembuskan nafas pelan, Cia mengambil nafas panjang saat merasa ia perlu melakukannya, mengenai masker oksigen, dokter yang Cia tau sebagai dokter pribadi Chrysander itu sudah melepaskannya dari kemarin, jika kalian bertanya mengapa, tentu saja karna Cia yang memaksa pada Gala, beralasan jika hal itu semakin membuatnya tak nyaman.

Suara pintu terbuka menyita perhatian, Cia menengok mendapati lelaki yang dari kemarin menemaninya, Cia sempat heran kemana perginya empat bujang Nixon itu, mengapa mereka bahkan tak menengoknya sedikitpun, dan itu terjawab dengan Gala yang memgatakan jika ia sengaja tak memberitau mereka karna ke empatnya berada di luar indonesia, percaya tak percaya, namun Cia mengangguk saja.

"Gak istirahat?" Memutar bola mata malas menjadi respon pertama yang Cia berikan.

"Dari kemarin kerjaan aku cuman istirahat terus, dari pagi, siang, malem, bahkan kaki aku aja udah kangen nyentuh lantai tau!"

Gala tak merespon lebih selain mengecup gemas pipi kanan Cia, lelaki itu terkekeh tipis saat Cia mendorong wajahnya dengan tak manusiawi menghentikan tindakannya tadi.

"Ada yang sakit?"

"Enggak ada, dari semalem juga nanya itu mulu. I'm fime Galaska, just want to go home, harus berapa kali sih aku bilangnya."

Cia menatap Gala dengan raut frustasi, sebelumnya ia bahkan tak pernah masuk rumah sakitdi raganya yang dulu, sempat penasaran bagaimana rasanya namun setelah tau---maaf maaf saja, Cia tak ingin mengulanginya lagi, tiga hal yang pasti, bosan, bosan dan bosan, tak ada hal menyenangkan yang bisa Cia lakukan disini.

"Tunggu beberapa hari lagi Love, dokter belum izinin kamu pulang."

Huh! Itu lagi yang Gala katakan. Padahal Cia tak menemukan alasan sedikitpun mengapa ia tak di perbolehkan pulang.

"Oke, tapi jawab dulu kenapa aku harus stay disini, even though I feel like I'm fine. Aku mau pulang ke mansion aja, sekalipun aku sakit ada dokter pribadi ayah yang bisa tanganin aku, dulu waktu aku hampir mati juga gitu--"

"Shut up Love!"

Cia tersentak saat suara Gala meninggi, gadis itu bahkan menatap Gala dengan pandangan nyalang, sudah dua kali Gala menyentaknya dari kemarin, pertama saat ia baru sadar dan berniat melepas masker oksigennya, yang kedua sekarang, sebenarnya ada apa dengan lelaki itu? Dari raut gusar yang Gala keluarkan Cia yakin ada hal berat lelaki itu sembunyikan, pertama kali bagi Cia melihat sisi Gala yang sekarang.

Thank You CIA! End✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang