Ch 18: Yang sama

28K 2.5K 46
                                    

"Aku tidak menerima apapun Deon."

Hadiah? Dia tidak pernah menerima hal seperti itu, selain perayaan pesta dan coklat mamanya tidak memberikan apapun. Ah, mamanya pernah menjanjikan sesuatu. Tapi William tidak pernah menerimanya. Jika William menerima, tentu dia akan segera memamerkannya ke seluruh saudaranya.

"Mama bilang kau mengabaikannya selama satu minggu. Hadiahnya telat 2 minggu dari yang dijanjikan mama. Apa kau benar tidak menerimanya?"

"Mama tidak memberikannya kepadaku Gideon."

William mulai tersulut emosi, Gideon memang paling susah untuk mengaku kalah dalam debat. Itu membuat William merasa kesal.

"Apa kakak yakin?"

Brakk.

"SUDAH KUBILANG TIDAK YA TIDAK DEON..."

Mendengar teriakan William semua orang menoleh. Remaja yang selalu kalem itu entah kenapa akhir akhir ini sering uring uringan. Meskipun mereka semua bisa menebak bahwa alasannya adalah karena hubungan keluarga Elleon dengan Alessia yang kembali merenggang.

"Apa kakak yakin? Yang sekarang kita bicarakan itu mama yang kehilangan ingatannya. Mama yang bahkan lupa tentang namanya. Jika mama tidak mengirimkannya ke rumah tentu kakak tau kemana mama akan mengirim hadiahnya. Aku dengar mama mengantar kakak saat final kompetisi kemarin?"

Setelah si pendiam berceramah pelan, remaja berkacamata itu meninggalkan ruang tamu dan berjalan menuju kamarnya. Remaja itu yakin kakaknya paham atas kalimatnya.

Hadiah mamanya dikirimkan ke sekolah William.

'Ah, pasti mamanya mengirimkannya di sekolah. Seminggu yang lalu... berarti sekitar classmeet.'

William merutuki dirinya, sikapnya yang juga ikut kekanakan seperti adiknya membuat mamanya mengantarkan hadiah ke sekolahnya. Dan jika itu minggu classmeet sudah jelas william berangkat lebih pagi karena dirinya bertanggung jawab atas kompetisi voli.

Berdasarkan kalimat Gideon, jelas bahwa mamanya yakin hadiah itu tersampaikan kepadanya.

Siapa? Mama menitipkannya pada siapa...? Ah, Alinea.

Hoek..

William rasanya ingin muntah. Jika benar Alinea maka William sangat bersalah. Dia lagi-lagi mempermalukan gadis itu di lapangan. Dan itu berarti bekal yang dibuangnya berasal dari mamanya.

"Shit."

Mendengar teriakan william semua orang kembali menoleh. Remaja yang selalu kalem itu entah kenapa juga mengumpat. Sebelum William meninggalkan ruangan, suara tegas Elleon menghentikan langkahnya.

"Kak, papa dari tadi diam. Tapi sikapmu hari ini sedikit berlebihan. Datang ke ruangan papa sekarang."

Bukannya menurut, sulung Elleon Gedith itu membuka mulutnya sebelum berjalan tergesa-gesa menuju kamarnya.

"Maaf pa, kakak akan menjelaskannya saat semuanya sudah jelas."

Mendengar jawaban putranya, perhatian Elleon kembali ke pekerjaannya.

"Papa akan menunggunya."

Tapi dipikir berkali kali pun William tahu, menghubungi gadis di malam hari apalagi seorang gadis yang selama ini nomornya dia blokir dan dia menghubungi hanya saat ada perlu itu sangat buruk.

'Besok aku akan bertanya.'

Di sisi lain si bungsu yang mengerti perdebatan kakaknya memahami bahwa, di sini kakak Williamnya yang salah. Mamanya memberikan hadiah ke kakaknya, itu... itu sedikit membuatnya iri.

Gedith Woman [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang