🍵🍵🍵
William akhirnya sampai di tempat papanya. Dia diberitahu bahwa dia harus berada di pesta sampai selesai, tapi ada beberapa kolega papanya yang baru datang dan dia diminta untuk menyapa. William merasa bahwa ini adalah acaranya dibanding Alinea, bahkan papanya memintanya tetap di aula setidaknya selama sepuluh menit. Papanya pasti sadar bahwa dirinya muak dengan acara ini dan mereka akan pulang setelah sepuluh menit, setidaknya papanya masih memiliki hati nurani.
Suasana di mobil milik Elleon terasa sangat berat. Berbeda dengan saat berangkat dimana William duduk di depan, saat pulang remaja itu bersikeras duduk di belakang bersama papanya. Alasannya jelas bukan karena ingin bermanja dengan papanya, karena dirinya hanya memandang ke luar jendela setiap waktu dan tidak membuka mulutnya saat sudah memenangkan kursi di samping papanya.
Mobil itu akhirnya sampai ke apartemen milik Ara untuk mengantarkan perempuan itu. Setelahnya Elleon berbicara singkat dengan sopir dan sang sopir meninggalkan pasangan ayah dan anak itu untuk memberikan mereka waktu. Seseorang yang bekerja sebagai sopir keluarga Gedith itu menunggu dengan sabar taksi online yang mengantarkannya pulang, lumayan ongkos transportasi bisa untuk makan besok atau bisa saja sampai lusa.
Sekitar sepuluh menit saling diam akhirnya Elleon membuka percakapan. Dia tahu ada sesuatu yang akan dikeluhkan putranya itu.
"Ada apa denganmu hari ini? Tidak biasanya kau diam saat pergi ke acara seperti ini."
"Bukankah itu berarti papa tidak terlalu mengenalku?"
Meskipun Elleon bertanya tapi dia bisa mengetahui penyebab mood putranya itu lebih buruk dibandingkan biasanya. Acara tadi William tidak datang sebagai putranya tetapi sebagai undangan pada umumnya. Dia tidak bisa bersama Wlliam sepanjang waktu dan William tidak bisa selalu mengikutinya, tentu saja beberapa orang dengan sekrup longgar pasti membuat putranya itu merasa buruk.
"Cukup kau abaikan saja mereka. Anggap saja mereka serangga yang mendengung."
"Kalau begitu singkirkan saja mereka."
Elleon terkejut sekaligus merasa lucu, anaknya itu tahu kalau dirinya bercanda kan?
"Kalau dibiarkan juga akan pergi sendiri."
"Apa papa selalu seperti ini? Aku tidak peduli kalau mereka menghina papa, tapi mereka bukan hanya merendahkan papa, tapi kita semua. Aku, adik-adik, dan mama... Apa papa tidak bisa membela kita?"
"Huh... Dengarkan ini William, mereka itu cuma serangga pengecut yang hanya berani mengatakan itu di belakang papa, mereka hanya bisa saling berkumpul dan berbicara tentang kita sambil berbisik. Mereka terlalu bodoh dan menyebalkan berurusan dnegan orang bodoh. Satu-satunya yang mereka bisa adalah diam dan menjilat saat di depan papa."
Elleon melirik sebentar ke arah putranya sebelum kembali melihat jalanan di depannya.
"Papa lebih suka mengusik milik mereka daripada mereka sendiri. Tapi mereka terlalu bodoh untuk sadar bahwa kesialan mereka ada karena papa. Kau tahu seberapa frustrasinya itu? Bahkan jika papa melakukan sesuatu karena sikap mereka, mereka tetap tidak sadar. Kebodohan orang yang tidak bisa menjaga mulut mereka itu tidak terbatas William."
Sebenarnya Elleon ingin menggunakan diksi 'merusak' dibanding 'mengusik' namun filter akal sehatnya mampu menghentikannya tepat waktu. Dia tidak ingin mengatakan kata-kata tidak pantas di depan putranya. Tapi dirinya memang tidak sekadar diam dan mendengar orang-orang itu berbisik. Dirinya menyerobot klien penting, menghentikan kerja sama, dan beberapa hal yang lainnya. Bagaimanapun juga Elleon tidak sekalipun menganggap dirinya berada di sisi putih bersih.
"Kalau papa ingin mereka berhenti bukankah hanya tinggal menjauh dari Tante Ara. Paling tidak mereka tidak berkata seperti itu di depanku. Dulu memang aku tidak terlalu paham dan menganggap hubungan papa dan tante wajar, tapi sekarang..."
Remaja enam belas tahun itu mengepalkan tangannya erat, mau tidak mau dirinya harus bisa memperjelas pikiran kalutnya. William sebenarnya takut dengan jawaban papanya, tapi ada hal yang perlu diperjelas di sini.
"...Apa papa menjalin hubungan di belakang mama dengan tante Ara?"
"Apa begitu kalian melihat papa?"
William mengalihkan pandangannya ke jendela sebelah kirinya.
"Mungkin hanya aku. Bagi yang lain pertemuan papa dan Tante Ara hanya sekadar urusan kerja, hanya aku di antara mereka yang tahu seberapa sering kalian bersama. Perkataan Orion beberapa waktu lalu ke mama, aku juga ingin mengatakan hal yang sama kepada papa..."
"...kalau papa menyakiti kami, aku tidak akan pernah memaafkan papa dan aku tidak tahu hal gila apa yang aku lakukan jika itu terjadi. Tapi aku sedikit lebih yakin bahwa apa yang aku lakukan akan lebih buruk dari Orion."
.
.
.
Mereka berdua sampai di rumah cukup malam untuk orang lain masih terjaga. William tanpa berpamitan segera masuk ke kamarnya. Elleon memastikan semua jendela dan pintu sudah tertutup, hari ini cukup melelahkan karena dirinya harus bolak-balik dan menanggapi pemberontakkan putranya. Masa puber remaja itu menyusahkan bagi mereka, tapi juga sulit bagi orang tua mereka, setidaknya jika orang tua itu berusaha peduli.
Elleon masuk ke kamarnya di lantai dua. Dia bisa melihat istrinya itu tidur di sisi kasur, Alessia menyisakan sisi lainnya untuk Elleon saat pria itu tiba. Tapi mungkin karena suara pintu yang dibuka Elleon, Allesia terbangun dari tidurnya.
"Kau sudah pulang?"
"Iya maaf, sudah membuatmu terbangun, tidurlah lagi."
"Kau dari mana El?"
Elleon melepas dasinya dan duduk di kasur, masa bodoh mandi, dia terlalu lelah. Dia bisa mandi besok.
"Ini hari ulang tahun anak temanku yang waktu itu aku ceritakan."
"Kau pergi dengan William?"
Jujur saja sekarang William ingin mengumpati Orion dan yang lain, dirinya harus menghadapai Alessia yang ingin tahu tapi dirinya lelah. Apa hari ini putra-putranya sedang balas dendam kepadanya? Kenapa Orion dan yang lain tidak bercerita ke istrinya?
"Hm, aku pergi dengan William."
"Kata Orion kalian juga pergi dengan Ara."
Sudah cukup, Elleon sangat lelah hari ini. Dirinya membaringkan tubuhnya dan memeluk istrinya itu. Bukan untuk menenangkan istrinya, tapi lebih ke membuat dirinya sendiri tenang.
"Setelah kau beristirahat tadi aku pulang untuk menjemputmu dan William, tapi William belum pulang dan kata anak-anak kau sedang tidak enak badan. Kakakku bilang rasanya aneh kalau memberikan kado ulang tahun cek ke anak usia enam belas tahun. Aku ingin meminta bantuanmu memilihkan hadiah, makanya aku datang tadi sore."
"Seharusnya kau membangunkanku."
"Hm, kau benar. harusnya aku membangunkanmu."
Elleon mengeratkan pelukkannya ke Alessia, hubungan mereka sebelumnya memang sempat buruk tapi rasa nyaman yang tidak pernah berubah saat dirinya bersama dengan alessia, tentu saja kecuali mode marah istrinya. Elleon yang nyaris terlelap sedikit dikejutkan karena Alessia tertawa pelan.
"Ah, maaf mengejutkanmu... tapi kalau dipikir hadiahmu memang aneh. Tapi yang lebih lucu adalah William sempat memikirkan ide yang sama denganmu."
Rasa kantuk Elleon tiba-tiba menghilang, putranya tidak benar-benar memberikan cek kan? Itu terlalu mengerikan untuk dibayangkan. Mana ada anak SMA yang memberi kado seperti itu. Dia memang terbangun, tapi kepalanya juga pusing.
"Tidur lagi El, dan kapan kau ada waktu?"
"Aku bisa mengosongkan jadwalku besok. Tapi sayang, William tidak benar-benar memberi cek kan?"
"Sudah ayo tidur saja."
Rasa kantuk Elleon mampu mengalahkan rasa penasaran sekaligus khawatir akan hadiah William. Elleon akhirnya terlelap saat matahari mulai mengintip.
🍵🍵🍵
Ketiduran gaiss,
KAMU SEDANG MEMBACA
Gedith Woman [END]
ChickLitAlessia terbangun kembali sejak malam dirinya diculik oleh orang yang tidak dikenal. Dirinya bangun di tubuh perempuan yang lebih tua enambelas tahun dengan nama yang sama, Alessia. Alessia terbangun di tubuh istri seorang antagonis dan memiliki lim...