025

162 15 0
                                    

Sekarang Yeji sudah berada di rumahnya setelah menghabiskan waktu malam bersama dengan Yeonjun. Gadis itu duduk terdiam di ruang tamu sambil memegang gelas yang berisi teh. Mengingat perkataan Yeonjun sebelumnya, membuat gadis itu tersenyum.

"Waeyo eonni?" tanya Yuna saat ia melihat kakaknya senyum sendiri. "A-ah aniyo" ujar Yeji sambil kembali minum tehnya. Yuna tersenyum licik sambil menghampiri kakaknya dan duduk di sampingnya. "Hokshi..apakah ini karena Yeonjun oppa?" tanya Yuna. "Kau tidak perlu tau itu" jawab kakaknya.

"Eeii..hajima" ujar Yuna sambil menyenggol pundak kakaknya dengan sikunya. "Yang langgeng ya eonni" ujar Yuna. "Gomawo Yuna" ujar Yeji sambil terkekeh kecil. Yuna tersenyum lalu ia memeluk kakaknya dari samping. "Awas ada gelas di tanganku" ujar Yeji berhati-hati.

Mereka berdua sempat hening, dengan mata yang fokus ke layar TV yang sedang menampilkan acara channel tersebut. "Eonni" panggil Yuna, dijawab deheman oleh Yeji. "Kita harus terus bersama ya eonni, walaupun appa dan eomma sudah di penjara, tapi kita gaboleh berpisah" ungkap Yuna. Yeji terdiam mendengarnya, gadis itu meletakkan gelas di atas meja dan ia mulai memeluk balik adiknya.

"Kita akan terus bersama Yuna, kamu adalah adikku dan aku adalah kakakmu. Kita membutuhkan satu sama lain untuk bisa bekerja sama dan juga saling melindungi" ujar Yeji. Yuna tersenyum mendengar ucapan Yeji, "Gomawo eonni" . Kedua adik kakak menghabiskan waktu malam natal di rumah mereka, dengan suasana yang meriah dan hangat, tidak ada kekerasan.

•~•

Di sisi lain, pemuda sedang berdiri melihat pemandangan salju turun dari dalam ruangannya. Sudah 1 jam ia berdiri tanpa gerak, entah apa yang dipikirkan namun ia merasa terganggu dengan kedatangan seseorang.

"Tuan Choi, dia sudah disini" ujar GongYoo. Yeonjun mengikuti arahan GongYoo dan memasuki ruangan besar yang tidak diperizinkan masuk oleh orang lain, termasuk Yeonjun. Yeonjun baru pertama kali memasuki ruangan tersebut, di sisi kiri dan kanan dihiasi dengan rak buku dan vas bunga, memberikan aura elegant namun rustic.

GongYoo menghampiri pemimpinnya dan membisikkan keberadaan Yeonjun. Pelayan tersebut membungkuk dan pergi meninggalkan ruangan. Yeonjun kebingungan namun ia masih berdiri di situ. "Bagaimana perusahaannya?" tanya pria paruh baya. Yeonjun mendengar suara yang familiar, pemuda itu mulai risih dengan keberadaannya.

"Lancar, perusahaan Choi sudah mulai bekerja sama dengan perusahaan luar dan juga investor dari sana tertarik bekerja sama dengan kami. Produk kami juga naik dengan pesat dan kami tidak mengalami kerugian sepeser pun"

Pria paruh baya membalikkan badannya agar menghadap ke Yeonjun. Yeonjun menatap pria tersebut dengan kesal dan risih, menatap pria tersebut dengan tajam. "Good work son" ujar ayahnya. Sang ayah menghampiri anaknya dan sekarang mereka berdua saling bertatapan. "Jangan sampai buat ayah kecewa, teruskan naik perusahaan, ayah menginginkan duit"

Yeonjun terdiam mendengar perkataan ayahnya. Menginginkn duit dari hasil perusahaan untuk digunakan semena-mena. Ayahnya ingin korupsi dan Yeonjun tidak suka melihat itu, bahkan semua kerja keras ini berkat Yeji juga. Hampir semua gadis itu memecahkan masalah bisnisnya. "What? Money is everyting, you cant live without money" ucap sang ayah sambil terkekeh.

"But thats a worst idea to do it. Apakah kau akan menanggung jawab kejahatanmu itu?" tanya Yeonjun dingin. "Ani, you are. I have a friend yang bekerja di kantor polisi jadi dia akan menghapus namaku, melainkan akan diisi dengan namamu" ujar sang ayah.

"Besides you are just puppet of mine, son. Kau tidak ada spesialnya buat saya. Mungkin spesial buat ibumu but not for me"

Sang Ayah tertawa puas dan ia meninggalkan Yeonjun sendirian di ruangan tersebut. Pemuda itu merasa emosi, amarah sudah meluap dan menguasai sekujur tubuhnya. Yeonjun menginginkan balas dendam untuk ayahnya, menghapus nama ayahnya dari keluarga, termasuk hidupnya.

~+ timeskip +~

Seperti biasa, Yeji kembali bekerja di perusahaan lelakinya. Namun anehnya, gadis itu diberi tugas yang cukup banyak dari sekretaris Lee. Tidak hanya dia, satu lantai mendapatkan yang sama. Entah apa yang terjadi, namun Yeji merasa bahwa sikap Yeonjun kembali seperti semula.

Terdengar suara pintu lift terbuka, pegawai lantai tersebut langsung berdiri dan membungkuk kepada pria paruh baya. Yeji melihat pria tersebut memasuki ruangan Yeonjun. "Eonni, nugueyo?" tanya Yeji.

"Itu ayahnya tuan Choi. Dia suka datang di setiap akhir bulan. Memeriksa perusahaan, melihat progress pegawai, dia pemilik perusahaan ini" jawab Ryujin diangguki oleh Yeji. "Geundae bedanya, kita harus tetap berdiri sampai ayahnya balik. Gerak sedikit udah ampas" bisik Ryujin. "Waeyo?" tanya Yeji yang kebingungan.

Ryujin menunjuk ke sisi sisi ruangan, terdapat sekretaris ayah tuan Choi yang menatap setiap pegawai dengan tajam sambil memegang sebuah papan data para pekerja. "Sekretarisnya mencatat semuanya dan akan dilaporkan ke ayahnya tuan Choi" ujar Ryujin. Yeji merasa tertekan karena seperti ujian militer, namun mau bagaimana lagi. Yeji hanya seorang bawahan dan mengikuti perintah atasannya.

Tiba-tiba pria paruh baya keluar dari ruangan anaknya, semua di ruangan itu kembali menunduk menghormatinua sedangkan pria tersebut tetap hirau dan terus berjalan, diikuti oleh anak buahnya dari belakang. Setelah kepergiannya, semua pekerja menghembuskan nafas panjang karena atmosfer yang sangat tegang.

"Jinjja, aku harap tidak bertemu dengan dia lagi" ujar Ryujin sambil kembali ke tempat kerjanya, diikuti dengan Yeji dengan tawa kecilnya saat mendengar ucapan Ryujin.

•••

To be continued

Sorry buat slow update, aku punya kegiatan kampus yg harus dikerjakan. Soalnya bentar lagi masuk😭

Mr. Choi • YEONJI ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang