Bagian 10 || Seminggu Tanpanya

174 115 123
                                    

☘️☘️☘️

Seseorang dengan pakaian kokok berwarna hitam dan kain sarung berwarna senada juga peci dikepalanya dan wajah serius membuatnya terlihat sangat tampan. Dia sedang mempersiapkan barang-barang dan memasukkanmya kedalam koper.

Gus Zakariya kemudian pergi keluar dari kamarnya dengan menarik benda beroda berwarna coklat, dirinya sudah siap untuk kembali ke Tharim menyelesaikan study nya yang tinggal 1 tahun lagi jika lancar (doakan saja lancar-lancar ya readers).

Tepat hari ini dirinya akan kembali meninggalkan tanah kelahirannya demi menempuh study nya di kota yang berada di negara yaman berjuluk Kota Seribu Wali yakni kota Tharim yang penuh dengan ulama bergaris keturunan Nabi Muhammad Saw.

"InsyaaAllah tahun depan Zaka pulang dengan membawa gelar, dan bisa membuat Abah dengan Ummah gak khawatir lagi karena Zaka jauh disana" Kata Gus Zakariya sekaligus memeluk Ummah.

"Cepet beres, cepet pulang, cepet nikah juga ya bwang" Ceu Nadhira menepuk-nepuk bahu Gus Zakariya yang berada dipelukan Ummahnya.

Gus Zakariya yang mendengar itu sontak melepaskan pelukannya dengan ummah dan menatap adiknya dengan tatapan tajam (setaham silet, eh nggak deng boong tapi setajam cintaku padanya jiakhhh).

"Bener Ra, biar makin rame ya rumah Abah" sahut Abah yang mendengar ucapan Ceu Nadhira.

"Noh... denger bwang!!!"

"Iye' Linta' nikah dong Gus" Kata Ning Fadhla menimpali dengan bahasa bugis makassarnya yang artinya 'Iya cepat nikah dong Gus'

"Haduh opo iki? Kabeh wong kepingin aku cepet nikah" jawab Gus Zakariya dengan bahasa Jawa.

"Udah ah gak usah mikir nikah dulu. Nanti kamu malah gak fokus disana" lerai Ummah menyudahi aksi ejek-mengejek mereka. Kemudian semuanya melangkah keluar rumah menuju parkiran mobil.

"Abang hati-hati ya, maaf Ifa gak bisa anter sampe bandara" Kata Zarifa sampai diparkiran mobil.

"Gak papa Ifa sayang. Abang berangkat yaaa" Jawab Gus Zakariya (udah sayang-sayangan aja nih Gus, Gus Kenz mana nih Gus Kenz).

Mendengar hal itu membuat Zarifa teringat kepada pernyataan Ustadz Fuad yang sekarang sudah tidak lagi mengabdi di Pondok Pesantren Al-Jabbar, karena sikapnya yang dirasa tidak sopan juga ada beberapa hal lainnya.

"Ya udah kamu hati-hati disini. Kita semua anter Zakariya dulu ya. Assalamualaikum" Kata Abah sembari membuka pintu mobil.

"Abah sama semuanya juga hati-hati ya. Waalaikumsalam..." Jawab Zarifa sembari menyalami tangan Ummah, Abah, Ning Fadhla, dan juga Ceu Nadhira.

☘️☘️☘️

Zarifa yang sedang duduk di kursinya, mempelajari materi "cara cepat menghafal dengan makhorijul huruf yang tepat" tiba-tiba tersadar karena 2 hari ini dia tidak melihatnya, kemudian Zarifa mencoba bertanya kepada Ustadz Khairi. Di ruang Asatidz, hanya ada mereka dan salah satu ustadzah yang mengeprint.

Jarak antara Zarifa dan Ustadz Khairi dengan Ustadzah itu cukup jauh, jadi tidak akan secara jelas terdengar, lagi pun Ustadzah itu juga lagi fokus mengeprint.

"Tadz... mau tanya boleh?" Tanya Zarifa hati-hati.

"Loh itu Ning tanya" jawab Ustadz Khairi sambil terus fokus membuka lembar demi lembar kertas yang dipegangnya.

"Maksudnya itu loh Tadz. Kan takutnya Tadz Khairi lagi gak mau diganggu gitu" Zarifa menjelaskan.

"Itu kan udah termasuk pertanyaan Ning, ngapain coba nanya cuma gitu doang?" Ustadz Khairi kembali berdebat dengan Ning.

Let Go of Love { SUDAH TERBIT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang