2 Minggu kemudian...
Seorang wanita yang tak lain adalah Zarifa dengan setelan Abaya juga Khimar syar’i menutup dada tengah duduk di kursi tempatnya, wajah serius namun terlihat tenang sembari pulpen di genggamannya menuliskan nilai para santriwati diatas kertas daftar nilai. Dan juga beberapa asatidz yang sibuk dengan kesibukannya masing-masing.
Tok… tok… tok…
Suara ketukan pintu ruangan itu terdengar dengan jelas, karena memang suasana didalam ruangan pun tidak begitu berisik. Kemudian kembali terdengar suara khas dari orang tersebut.“Assalmualaikum” ucap salam seorang lelaki dengan kaos putih yang ditutup oleh jas hitam juga kain sarung hitam yang dikenakannya, tak lupa peci hitam yang bertengger diatas kepalanya membuat ketampanan lelaki itu semakin bertambah.
“Waalaikumsalam warohmatullah” jawab para Asatidz yang sebagiannya menoleh memastikan siapa yang datang, sebagian lagi menjawab tanpa memedulikannya.
Ustadz Khairi yang sedang sibuk mengeprint laporan kegiatan pun menoleh ke arah sumber suara dengan bahagianya dia tersenyum, kemudian berkata,
“MasyaaAllah Ahlan Wasahlan Gus Muda kita yang dipertanyakan keberadaannya oleh beberapa santri” Ustadz Khairi menghampiri dan menjabat tangan Gus Kenzhi.
“Gimana kabarnya ustadz?” Gus Kenzhi bertanya sambil membalas jabatan tangan, dan tangan satunya merangkul pundak Ustadz Khairi. Kemudian bergantian menyalami para Asatidz lainnya.
Zarifa yang mendengar suara itu lantas menoleh sekejap, kemudian kembali fokus pada kertas dihadapannya. Sepertinya saat ini prinsipnya adalah ‘fokusku bukan kamu, tapi kertas daftar nilai para santriwati dihadapanku’.
“Khair Alhamdulillah… Antum Kaifa?” Tanya balik Ustadz Khairi.
“Seperti yang terlihat sekarang, Alhamdulillah sudah lebih baikkan” Gus Kenzhi dan Ustadz Khairi duduk di shofa yang ada diruangan tersebut.
“Mau kopi Gus?” tanya Ustadz Khairi menawarkan.
“Gak perlu tadz, nanti kalau mau saya bikin sendiri aja”
“Makanya Gus cepet punya isteri biar ada yang bikinin kopi” sahut salah satu Ustadz yang sedang membuat kopi, dia adalah Ustadz Fayad.
“Aishhh Tadz Fay bisa aja. Otw cari calon lah saya, hehhehe” Gus Kenzhi menjawab candaan itu sambil tertawa diikuti tawaan beberapa Asatidz lainnya juga.
Gus Kenzhi melirik kepada salah seorang perempuan yang tengah serius menulis, posisinya terlihat begitu tenang, anggun, juga mencuri perhatian mata Gus Kenzhi tentunya.
Zarifa merasakan ada yang memperhatikannya, kemudian melirik kepada orang yang meliriknya, hanya lirikan sekejap yang langsung tergantikan oleh delikkan tanpa senyuman. Gus Kenzhi merasakan ada perubahan sikap Zarifa yang sepertinya tak menyukai dirinya saat ini.
Pada akhirnya, Gus Kenzhi melanjutkan kembali obrolannya bersama Ustadz Khairi dan beberapa Asatidz lainnya sesekali tergelak tawa.
☘️☘️☘️
Saat ini di ruang Asatidz hanyalah ada Gus Kenzhi dan Ustadz Khairi, Asatidz lainnya tengah sibuk dengan kesibukkannya masing-masing.
“Tadz, saya ngerasa gak ada harapan deh buat jadi suami Ceu Ifa” ucap Gus Kenzhi tiba-tiba dengan posisi dirinya menggoyang-goyangkan pulpen ditangannya.
Ustadz Khairi yang asik bersholawat tiba-tiba terdiam dan menoleh kepada Gus Kenzhi yang terlihat pasrah.
‘Apa perempuan itu isterinya Gus Kenzhi ya?’ Tanya Ustadz Khairi dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Go of Love { SUDAH TERBIT }
Teen Fiction"Dunia ini tidak membutuhkan Saya, tapi Dunia yang Saya Jalani ini membutuhkan kamu. Bersediakah kamu menjadi isteri saya dalam kehidupan di Dunia yang saya jalani?" ~ Gus Kenzhi ~ "Saya yakin kamu bisa tanpa saya, Tapi saya tidak yakin bahwasannya...