38- Belahan jiwaku

1.9K 162 49
                                    

Di sisi lain, Taehyung baru saja tiba di Seoul selepas perjalanannya dari Busan. Taehyung dan Jimin tiba pada pukul 9 malam dan langsung bergegas ke kantornya lagi.

"Ku rasa meeting dan beberapa anggaran sudah di selesaikan semua hari ini. Aku bersyukur semua selesai lebih cepat dari perkiraan" pungkas Jimin sembari meletakkan beberapa berkas di meja Taehyung.

Taehyung menghela nafas, "Syukurlah. Ah, boleh aku meminjam handphonemu? Handphoneku lowbat, aku belum sempat mengabari Jennie sejak sore tadi"

Sambil menyerahkan handphonenya, Jimin menyeringai, "Khawatir sekali, eoh? Pria dingin tampaknya telah berubah menjadi pria romantis"

Taehyung mengidahkan lontaran kalimat Jimin yang menurutnya tidak berfaedah itu, tangannya terus mengotak-atik handphone dan menghubungi nomor Jennie berkali-kali.

Tapi tidak ada balasan. Nomor istrinya itu nampak tidak aktif.

Jimin yang melihat Taehyung semakin cemas segera menimpal, "Wae? Tidak di angkat?"

Yang di tanya mengangguk, "Chaeng.. coba hubungi Chaeng atau Lisa. Mereka hangout bersama seharian ini"

Kemudian Jimin bergerak menghubungi kontak kekasihnya itu.

"Hallo? Chaeyoung-ah?"

"Nee, Chagi-ya?"

Taehyung mengambil alih handphone Jimin, "Chaeyoung-ah? Kau masih bersama Jennie?"

"Mwo? Tidak, Oppa. Kami sudah pulang sejak tadi. Jennie Eonnie juga mengatakan akan langsung pulang. Waeyo?"

"Handphone Jennie tidak aktif, aku belum menghubunginya sejak tadi."

"Oppa? Kau masih berada di luar?"

"Tentu, aku baru tiba di Seoul"

"Di luar hujan deras, Oppa. Sebenarnya aku takut menyalakan handphone seperti ini. Tapi aku khawatir, Jennie Eonnie---"

Tanpa mengidahkan penuturan Chaeyoung, Taehyung bergerak membuka gorden jendelanya. Dan benar saja, hujan deras telah menyelimuti jalanan kota Seoul malam ini. Pergantian cuaca sangat spesifik. Padahal ia dan Jimin baru saja tiba dan masih belum hujan.

"Taehyung-ah, bagaimana? Di luar hujan deras?"

Tak lama, suara gemuruh petir turut menyertai. Entah kenapa cuaca malam ini terkesan sangar nemcekam dengan datangnya hujan dan petir yang tiba-tiba.

Taehyung melotot kaget, ia kelimpungan.

"Jennie.. Jennie di rumah sendirian. A..aku harus pulang, Jimina"

Jimin yang juga turut panik pun, segera membereskan berkas-berkas tadi, "Ara.. kau pulanglah."

Keduanya menyusuri lift dan turun ke bawah. Taehyung dan Jimin menaiki mobilnya masing-masing.

"Hati-hati di jalan, Taehyung-ah. Jalanan pasti sangat licin. Jennie menunggumu, jadi jangan sampai terluka, arasseo?" peringat Jimin sebelum pada akhirnya keduanya melesatkan mobil masing-masing untuk pergi ke arah yang berbeda.

Di mobil, Taehyung masih dengan pikiran yang cemas. Apalagi suara petir terus bersahutan.

"Jennie.. tunggu aku"

Mobil yang di kendarainya semakin menambah kecepatan. Tak peduli dengan peringatan Jimin.

Yang ia khawatirkan adalah bagaimana kondisi Jennie di rumahnya saat ini. Taehyung tahu wanita itu sangat takut pada suara petir yang menggelegar.

ME OR YOUR PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang