12- Bertahan atau pulang

1.8K 219 14
                                    

Setelah mendengar solusi dan masukan dari psikiater di depannya, Jennie bisa merasakan kondisinya lumayan membaik dan tenang. Ia menghembuskan nafas dan mengusap air matanya.

Selama menceritakan semua masalah yang hadir kemudian mendapat masukan, Jennie banyak menangis karena tak kuat menahan semuanya.

Perasaannya jadi was-was setiap kali mengingat perlakuan Taehyung. Ia sering kali merasa takut dan cemas.

"Dosisnya kita beri rendah dulu, ya? Nanti jika belum mempan, kita naikkan" ujar sang psikiater sambil tersenyum.

Jennie menganggukkan kepalanya, "Tapi ini tidak apa kan?"

"Semua akan baik-baik saja jika kau tidak terlalu memikirkan keadaannya, Jennie"

"Suzy bilang kau pernah mendapat pasien dengan kondisi yang sama sepertiku. Keadaannya pun sama. Dan pada akhirnya, dia pergi karena menyerah. Apa aku juga akan berakhir seperti dia?"

Psikiater wanita bernama Lea itu tersenyum simpul, di genggamnya tangan Jennie, "Kau bilang ingin menunggu suamimu mencintaimu balik kan?"

Jennie mengangguk nanar, walau hatinya berkata itu akan sangat mustahil terjadi.

"Nah, kau harus membantunya melakukan itu"

"Tapi dia penyebab aku duduk disini sekarang"

"Taehyung pasti akan mengingatmu, Jennie. Ikatan batin antara sahabat yang pernah dekat, tidak akan terpisahkan bagaimanapun caranya. Dia memang hilang ingatan, tapi dia akan kembali jika kau mau membantunya juga"

"Membantu?" Jennie terkekeh masam, "Bahkan untuk mendekat saja sudah membangunkan amarahnya, Lea"

"Jika aku bertanya apa aku mau kau bertahan atau tidak, maka aku bukan seorang yang di perantakan untuk membuatmu sembuh. Karena nantinya, kau akan memilih bertahan dan menciptakan rasa sakit jauh lebih dalam. Tapi aku bertanya sebagai seorang teman. Apa kau berkeinginan bertahan dengannya? Jauh dari lubuk hati terdalamu?"

Dengan penuh kepercayaan diri, Jennie menjawab, "Aku akan bertahan, meski nyawaku sekalipun yang menjadi taruhan"

Lea terkekeh dan menggelengkan kepala, "Tidak, Jennie. Sebagai seorang teman, aku tidak setuju dengan pernyataanmu. Kau akan di bumbuhi dengan tangis dan kegelapan sebelum Taehyung bisa menerima keadaan dan mengingatmu"

"Aku ingin dia mengingatku, Lea... " lirihnya kembali menangis.

"Penjahat jika aku mengatakan kau harus bertahan dan sabar, Jennie"

"Apa yang harus ku lakukan... "

Sembari berpikir, Lea menatap wajah dan tubuh Jennie dengan lekat. Ia memperhatikan postur badan rapuh itu, netranya tak sengaja menangkap pergelangan tangan Jennie yang lengan bajunya tersingkap. Bukannya kaget, Lea tersenyum melihat pahatan pisau yang terukir disana.

"Barcode?" tanyanya sambil menyentuh pergelangan yang penuh sayatan itu.

Jennie tersentak kaget, ia segera menjauhkan pergelangan tangannya dan kembali menutup luka-luka itu.

Lea tersenyum, "Tidak apa, Jen. Hal seperti ini bukan kau yang pertama ku temui"

"Aku hanya sedikit emosional tadi malam, jadi aku tak sengaja melakukannya... " lirih Jennie berusaha meyakinkan.

"Kau lupa jika aku psikiater, eoh? Sayatannya pun lebih dari 2 atau 3 goresan. Mana mungkin itu sebuah ketidak sengajaan" Lea terkekeh kecil, "Aku tahu kau akan mengatakan bahwa dengan itulah kau bisa melampiaskan emosionalmu. Hampir seluruh pasienku yang lain juga mengatakan demikian. Tapi bukan itu cara untuk melampiaskan emosionalmu, masih banyak cara lain untuk tidak menyakiti diri sendiri"

ME OR YOUR PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang