Thailand,2023
Lisa menatap pria yang kini ada dihadapannya. Masih menggunakan jas dan kemeja kerja seperti saat terakhir iya menelponnya beberapa menit lalu.
"Bagaimana bisa?" Ucapnya tak bisa menyembunyikan keterkejutannya,iya segera berhambur kedalam pelukan pria itu. Senyum bahagia tak luntur sejak pertama iya membukakakn pintu rumahnya lima menit lalu.
Frederic,segera menangkap tubuh kecil gadis pujaannya erat. Senyumnya pun tak luntur sejak iya melihat reaksi gadisnya yang sesuai dengan ekspetasinya. Padahal mereka belum lama bertemu,namun sepertinya rindu diantara mereka jauh lebih kuat hingga membuat dada keduanya tak berhenti berdebar karena bahagia kembali bertemu.
"Lisa,kenapa tamunya tidak diajak masuk_________" Chip,ibu Lisa segera menutup mulutnya menggunakan kedua telapak tangan saat melihat siapa tamunya hari ini.
Frederic segera melepas pelukan Lisa dari tubuhnya,kemudian beralih pada Chip yang juga begitu terkejut karena kedatangannya.Chip membuka tangannya lebar,memberikan pelukan hangat pada pria yang beberapa bulan lalu telah dikenalkan oleh putri sematawayangnya sebagai kekasih.
Ini bukan pertemuan pertama mereka,karena sebelumnya mereka telah bertemu saat Lisa mengadakan konser di Los Angles bersama grupnya.
"Bagaimana kau bisa disini,nak." Ucap Chip masih belum percaya,iya memeluk erat tubuh Frederic layaknya seorang anak.
"Aku memiliki pekerjaan di Singapore dan Jakarta,jadi aku memutuskan untuk mampir Bu." Mendengar Frederic memanggil Ibunya dengan panggilan yang sama dengannya,membuat Lisa tersentuh. Sebelumnya Lisa pun telah bertemu bahkan melakukan liburan bersama keluarga besar Frederic disela kegiatan konsernya selama beberapa hari. Itu menjadi moment paling menyenangkan bagi Lisa. Dan hari ini,seperti hadiah dari langit. Untuk pertama kali Frederic datang menemuinya dikampung halamannya.Bukan hanya bertemu dengannya namun juga kedua orang tuanya.
"Astaga,harusnya kami menyiapkan kejutan untuk menyambutmu,nak." Ucap Chip dengan suara khas keibuannya yang begitu tenang,iya segera menarik Frederic untuk masuk kedalam rumahnya. Kemudian berteriak memanggil suaminya yang masih ada diteras belakang bersama dengan dua anjing kesayangannya.
Pria bertubuh besar dan tinggi itu segera menghampiri Chip.Dan seperti Chip serta Lisa,pria berdarah Swiss itu terlihat begitu terkejut dengan keberadaan Frederic dikediaman mereka.
"Duduk,nak.Anggap rumah sendiri." Fred tidak segera menuruti perintah Chip,iya berjalan mendekati Marco,ayah Lisa kemudian menjabat tangannya dan memeluk pria paruh baya itu hangat. Ini merupakan pertemuan pertama mereka,meski sebelumnya untuk beberapa kali mereka sempat melakukan komunikasi melalui panggilan telephon.
Chip segera berlari menuju dapur,menyiapkan minuman dingin dan juga cemilan. Tak lupa iya menarik lengan putri sematawayangnya untuk membantunya.
"Senang bertemu dengan anda,Mr Bruswailer." ucap Frederic sopan
"Senang bertemu denganmu juga,nak." Mereka saling berpelukan hangat untuk bebeberapa saat
Frederic duduk disalah satu kursi didepan Ayah Lisa. Berbeda dengan ibu Lisa yang bisa langsung akrab dipertemuan pertama,Ayah Lisa lebih banyak dam dan mengamati. Dia jelas merupakan sosok pria yang tegas yang tidak muah untuk didekati.
"Maafkan kami yang tidak memiliki makanan spesial,tapi aku harap kau akan menyukai cookis buatan Lisa ini nak." Lisa mendelik mendengar ucapan ibunya yang terlampau blak-blakan pada kekasihnya. Secara harfiah Frederic telah mengetahui jika Lisa sama sekali tidak bisa masak,meski faktanya iya merupakan putri tunggal dari seorang cheff terkenal.
Lisa melirik Frederic yang kini tengah tersenyum pada ibunya,tangannya dengan cekatan mengambil satu potong cookis dihadapannya. Lisa segera meletakkan teh panas tanpa gula milik Frederic diatas meja bersama dengan milik Ayahnya.
"Lisa tidak bisa masak,tapi akhir-akhir ini dia belajar untuk membuat kue."Chip duduk disamping suaminya,sementara Lisa duduk berhadapan dengan Frederic. Pria itu menatapnya,dengan bibir yang mulai mengunyah cookis buatanya. Sudut bibirnya tersenyum simpul membuat Lisa jadi salah tinngkah,pipinya sedikit memerah dengan dada yang terus berdebar.
Dengan keahlian Chip untuk mencairkan suasana,pembicaraan diantara keempatnya menjadi begitu akrab. Marco yang sebelumnya banyak diam,kini mulai banyak bicara bahkan tanpa ragu mulai menceritakan setiap hal tentang Lisa pada pria itu.
Lisa tersenyum senang,menyadari interaksi ketiga manusia paling berharga dalam hidupnya yang begitu hangat dipertemuan pertama mereka di Thailand. Frederic merupakan kekasihnya yang begitu Lisa cintai. Perjuangan pria itu untuk mendapatkan hatinya tidaklah mudah,dan proses setelahnya juga bukanlah hal mudah. Kesibukan Lisa sebagai seorang Idola dan Frederic yang merupakan seorang pengusaha membuat mereka tak jarang menelan rindu yang berakhir tangis pilu yang menyesakkan dada.
Namun apakah Lisa yakin pada pria itu? Akankah Frederic jadi pelabuhan terakhir seorang Lalisa Manoban.