Paris

1.1K 114 53
                                    

 Frederic menatap gelisah layar ponselnya. Sudah sejak pagi Lisa tidak memberinya kabar. Setelah lebih dari sepuluh kali mendial nomor yang sama,akhirnya Frederic menyerah. Dengan muka masam pria bermata biru laut itu menekan salah satu nomor emergensi yang cukup iya percaya untuk menjaga Lisa-Nya.

"Hallo." Suara berat khas milik Wonjae terdengar memenuhi indra pendengaran Frederic.

"Kau bersama Lisa,Wonjae?" Tak ingin basa-basi dengan pria yang merupakan manager Lisa,Frederic to the point bertanya.

"A-ah,Lisa-shi..." balas Wonjae terbata dan terdengar gugup membuat Frederic dengan mudah menangkap kejanggalan disana.

"Kalian bersekongkol?" bidik Frederic. Alis pria itu menukik tajam pertanda jika iya benar-benar serius sekarang.

"Lisa-shi,Mr.Frederic menelponku." Suara Wonjae menjauh dari panggilan,pria itu berteriak menyebut nama Lisa. Sesuai dugaannya,gadis itu pasti snegaja membuatnya panik dan tak memberinya kabar.

"Berikan ponselmu pada Lisa,Wonjae!" Ucap Frederic mulai kesal,Iya memijat pelipisnya yang tida-tiba berdenyut nyeri.

Frederic segera mengganti panggilan menjadi Vicall.

" Hallo.." Suara berat Wongjae berubah menjadi suara merdu milik Lisa yang sejak pagi tadi memenuhi pikirannya.

 " Kau meghilang lagi?" ucap pria itu masih dengan kekesalannya.

"Aku kehilangan ponselku saat turun dari pesawat,dan saat tiba di hotel Peter tiba-tiba menjemputku dan mengajakku untuk fiting baju." balas gadis itu menjelaskan. Matanya berbinar seperti biasa dengan wajah lelah.

Frederic menghela nafas berat, "Sudah coba mencarinya?" 

Lisa mengangguk dengan bibir maju setengah senti.

"Baiklah,aku akan menemuimu saat jam makan siang nanti. Lain kali tolong kabari aku jika terjadi sesuatu,sayang. Aku benar-benar mengkhawatirkanmu." 

Lisa mengangguk sekali lagi,matanya tiba-tiba berkaca membuat Frederic sedikit menyesal sudah bersikap cukup keras pada gadis itu.

"Kau bersama Peter sekarang?" tanyanya mengalihkan pembicaraan

"Umm." Jawab Lisa singkat,gadis itu mengalihkan wajahnya tak ingin menatap Frederic.

"Baiklah. Tunggu aku di sana bersama Peter aku akan menjemputmu satu jam lagi."

Lisa mengangguk. Sementara Frederic mematikan panggilan.

Pria itu segera kembali kemeja kerjanya. Akhirnya iya bisa lega sekarang setelah hampir sekarat karena khawatir.


Sementara Lisa yang masih melakukan fiting bersama Peter dan Hedie terpaksa pergi ke toilet untuk membersihkan wajahnya. Ponselnya benar-benar hilang saat iya turun dari pesawat subuh tadi. Wonjae telah membantunya dengan menghubungi pihak maskapai tapi sampai detik ini belum ada informasi apapun.

Tak ingin larut dengan perasaan,Lisa segera keluar setelah mengeringkannya wajahnya dengan tisu. Besok malam akan menjadi malam penting baginya,bagaimana pun iya harus menyiapkan segalanya dengan baik. Terutama karena  Ayah Frederic dan juga saudara pria itu akan hadir diacara yang sama dengannya.

Sebenarnya sejak keberangkatannya dari Korea menuju Paris,hatinya tak henti gelisah. Ucapan dan sikap Ayah Frederic menjadi alasannya. Pria paruh baya itu jelas tidak menyukainya,bagaimanapun Iya coba berfikir positif tapi kenyataannya memang demikian.

Lisa telah memikirkan segalanya,tapi iya tidak pernah berfikir tentang keluarga Frederic sebelumnya. Hubungan yang baru seumur jagung ini,Iya kira tidak akan sampai seserius sekarang. Namun takdir Tuhan memang sulit ditebak. Cincin yang melingkar dijari manisnya,sudah cukup menjadi bukti keseriusan si pangeran Arnault padanya.

Story About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang