Sejak terakhir kali Lisa mengangkat panggilan dari Frederic,pria itu jadi makin rajin mengiriminya pesan hampir disetiap waktu.Jujur saja awalnya Lisa tidak begitu nyaman,namun sejak dua hari lalu entah bagaimana hubungan mereka jadi makin dekat.
Dibalut gaun biru polkadot,Lisa berjalan menuju mobil miliknya yang dikendarai oleh Wongjae (manager barunya). Pria berdarah Korea itu cukup menyenangkan sejak awal perkenalannya dengan Lisa beberapa waktu lalu.Benar kata Kim,jika Lisa akan jauh lebih nyaman dengan Wongjae.Lihatlah betapa pengertiannya pria itu yang bahkan tak sungkan untuk membukakan pintu untuk lisa dan membawakan satu paper bag miliknya meski tanpa diminta.
Jalanan Soul malam ini cukup ramai namun tetap terkendali.Alunan musik Jazz yang diputar oleh Wongjae membawa perasaan Lisa ikut mengalun bersama suara merdu penyanyinya.
"Jisoo nuna menelponku sore tadi,menyuruhku untuk menunggumu apapun yang terjadi." ucap Wongjae membuka suasana hening diantara mereka.
Lisa menghela nafas pelan,sama sekali tak mengalihkan pandangannya pada pria itu. "Kalau begitu tunggu aku didalam saja,pesan makan dan minuman sesukamu."Lisa mengeluarkan salah satu kartu dari dalam wallet miliknya kemudian membarikannya pada managernya tersebut.
Sedikit bingung dengan sikap Lisa,Wongjae tak langsung menerima kartu yang diberikan gadis itu.
"Tidak masalah,aku biasa dengan Kim Oppa.Menunggu diluar akan sangat membosankan,selain itu kau juga bisa mengawasiku kalau-kalau sesuatu yang buruk terjadi." Lisa menyodorkan kembali salah satu kartu miliknya pada Wongjae,yang akhirnya dengan sungkan pria itu ambil.
Tiga puluh lima menit perjalanan,Rolls-Royce Phantom miliknya berhenti didepan salah satu restaurant paling mewah di Soul.Lisa keluar tanpa menunggu Wongjae,paper bag coklat miliknya iya ambil dari kursi belakang.
"Biar aku yang bawa."Ucap Wongjae setelah memberikan kunci mobil milik Lisa pada salah satu staf yang tadi menyambut keduanya untuk dibantu parkir.
Lisa menatap Wongjae tenang,senyumnya merekah sukses membuat pria yang kini menjabat sebagai managernya itu berdebar untuk beberapa saat. "Tidak perlu,aku bisa membawanya sendiri.Pilih meja manapun yang kau suka,aku akan langsung menuju ruangan yang telah kami pesan."balas Lisa
Wongjae mengangguk patuh.Iya kemudian memilih salah satu meja yang paling dekat dengan ruang VVIP yang telah dipesan Lisa bersama rekannya malam ini.Iya tidak ingin kecolongan apapun,dan akan melakukan tugasnya sebaik mungkin meski Lisa sendiri tidak menuntut apapun padanya.
Berselang sepuluh menit sejak Iya dan Lisa tiba,restaurant yang semula ramai tiba-tiba berubah kosong.Wongjae yang masih belum mengerti dengan keadaan melirik jam tangannya.Masih pukul delapan. Wongjae memang belum pernah masuk kerestaurant semewah ini,namun iya tahu jika jam operasional mereka diatas pukul sepuluh seperti kebanyakan restaurant lain.
Masih dengan kebingungannya,segerombol pria asing berpakian rapih tiba-tiba menerobos masuk kedalam restaurant.Beberapa staff yang seperti tidak asing dengan mereka menyambutnya hangat,begitupun dengan wanita yang Wongjae yakini merupakan manager restaurant buru-buru keluar ikut menyambut mereka.
Dua orang pria berbadan kekar,segera menutup pintu restaurant dan berdiri disana. Sementara tiga lainnya mengikuti satu pria paling menonjol sejak tadi menuju ruangan yang LISA masuki beberapa saat lalu.
Wongjae hampir tersedak minumannya. Apakah ini rekan Lisa?Astaga Daebak! Sepenting apa orang yang akan bertemu dengan rekan kerjanya itu sampai harus dijaga sebegitunya oleh empat orang pengawal.
***
Frederic masuk keruangan yang menjadi tempat pertemuannya dengan Lisa malam ini. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang,melakukan re-scadule seminggu kedepan,akhirnya moment ini datang juga.