Chapter 3

828 112 4
                                    

Chris lebih sering menginap di rumah sejak Seungmin tinggal di sana. Meski sikapnya masih dingin terhadap adiknya itu, tetapi Seungmin sudah mulai terbiasa dengannya dan tidak merasa canggung lagi. Terkadang Seungmin menyelonong masuk ke kamarnya dan menghiraukan kemarahannya karena ia tidak suka orang lain masuk ke kamarnya tanpa izin. Chris perlahan-lahan mulai mengenal Seungmin.

Seungmin menyukai yang berbau manis. Seungmin tidak menyukai minuman pahit, bahkan ia mencampurkan sirup ke dalam americano. Seungmin tidak suka dingin tetapi ia menyukai musim dingin. Seungmin selalu berpakaian yang rapi karena ia suka kerapian dan kebersihan. Seungmin juga selalu bangun lebih awal di saat Chris masih di alam mimpi. Seungmin suka telur, jeruk dan strawberry. Dan hal baru yang ia ketahui tentang Seungmin adalah Seungmin mahir memasak. Tetapi Seungmin tidak pernah membuatkan sesuatu untuknya. Entah apa alasannya. Mungkin karena ia jarang di rumah.

Hal kecil lainnya yang Chris ketahui tentang Seungmin adalah, Seungmin suka tersenyum. Berbeda dengan Dowoon yang suka tersenyum tapi malah terlihat aneh, justru senyuman Seungmin sangat manis dan ia menyukainya. Tidak ada yang salah jika kau menyukai senyuman adikmu.

"Hyung." Chris yang kesulitan memakai dasi menolehkan kepalanya ke sumber suara, yakni Seungmin sedang berdiri di depan pintu kamarnya yang sejak tadi terbuka.

"Kau kemarilah. Bantu aku memakai benda sialan ini." Seungmin langsung mendekati Chris. Tinggi badan mereka yang sama membuat Seungmin sedikit menunduk memasangkan dasi di leher sang kakak. Chris berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain, tapi tidak bisa. Aroma manis dari rambut Seungmin membuatnya hilang fokus. Apa Seungmin benar-benar laki-laki berusia 20-an? Kenapa aromanya seperti bayi?

"Sudah." Chris langsung berpura-pura melihat penampilannya di cermin ketika wajah Seungmin hampir bertabrakan dengan wajahnya.

"Kau kenapa memanggilku?" Tanya Chris.

"Oh itu, aku pikir kau tidak bekerja di hari libur. Aku ingin kau menemaniku ke rumah kaca."

"Kenapa kau terobsesi sekali ke rumah kaca?"

"Dowoon hyung selalu melarangku. Dia bilang aku harus meminta izinmu terlebih dahulu jika ingin masuk ke sana."

"Di sana tidak ada apa-apa. Hanya ada tumbuhan dan bunga."

Seungmin yakin tidak hanya ada itu. Ia sering melihat Chris ke sana sepulang dari bekerja.

"Dan kau jangan sesekali masuk ke sana tanpa izin dariku."

"Kenapa begitu? Bukankah kau bilang hanya ada tanaman di sana?"

"Jangan keras kepala Kim Seungmin." Chris lebih suka memanggil Seungmin menggunakan marga dari ayah kandung Seungmin.

"Kalau begitu berikan aku izin."

"Tidak."

"Ah wae?!"

"Aku bilang tidak ya tidak!" Tanpa sadar Chris membentak adiknya. Chris menatap Seungmin yang diam usai dibentak. Ia menghela nafas berat. Seungmin lama kelamaan seperti Berry.

"Kau boleh ke sana. Tapi jangan merusak apapun."

Senyuman mengembang di wajah sang adik. Ia bergegas pergi usai mendapat izin dari sang kakak.

Chris mengusap dadanya. Seungmin benar-benar menguji kesabarannya. Seungmin seperti sedang mengendalikan dirinya. Tidak, ia tidak boleh dikendalikan oleh bocah cengeng itu.

"Kau harus kuat Christopher. Jangan biarkan dia mengalahkanmu." Kata Chris pada pantulan dirinya di cermin.

.
.

Seungmin memasuki rumah kaca di temani oleh Dowoon. Dowoon hanya pasrah ketika Seungmi menyeretnya secara paksa. Seungmin tidak berani datang sendiri karena takut jika ternyata Chris menyimpan monster di sana. Dowoon sudah beberapa kali memasuki tempat ini ketika Chris menyuruhnya memindahkan benda-benda di sana.

Never Ending Story -CHANMIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang