32. Harus bagaimana?

7 0 0
                                    

HAPPY READING!!☁️

Malam berlalu dengan begitu saja. Syala saat ini sedang berada dikamarnya dan Juan sudah pulang kerumahnya dengan raut wajah yang sedikit berbeda. Suram.

Syala sudah tidak syok dengan perlakuan Juan tadi malam, ia hanya sedang berfikir apa yang harus ia lakukan untuk kedepannya.

ddrrrtttt ddrrtttt.

"Halo? siapa dan kenapa?" ucap Syala yang langsung mengangkat telepon tersebut tanpa melihat siapa orang yang menelepon itu.

"Syala, ini aku Evan, kamu ga baca usernamenya ya?"

"Eh, maaf kak aku ga baca, ada apa ya kak?" -Syala.

"Kamu ga masuk? kenapa? padahal aku mau ngajak kamu ke taman buat ngomongin sesuatu." ucap Evan yang sudah tertebak alurnya oleh Syala.

"Iya, kurang enak badan. Dideket rumahku ada taman, kesana aja. Kalau udah nyampe kabarin nanti aku nyusul." ucap Syala sebelum menutup teleponnya. Sepertinya Syala sudah malas berkomunikasi dengan Evan, apakah Syala akan memilih Juan? ah, entahlah.

"O-oke".

••••••

"Udah lama ya? maaf ya." ucap Syala dan mendudukkan dirinya disebelah temoat Evan duduk. Hanya Syala dan Evan.

"Gapapa, pemandangan disini bagus jadi gak terasa." sahut Evan.

"Mau ngomong apa kak? to the point ya, aku masih kurang enak badan, pengen cepet cepet istirahat lagi." Lanjut Syala dengan nada judes andalannya.

"Soal kemarin, maaf ya? itu ga kayak yang kamu pikir Syal." ucap Evan dengan nada datar.

"Maksudnya?" -Syala.

"Aku bener-bener ga sadar kemarin, awalnya aku marah sama Valerry karena dia ngasih racun dipie yang dia kasih kekamu, makannya aku minta pie itu dari kamu karena aku rasa aga yang ga beres dan ternyata benar, Valerry udah masukin racun kesitu. Dan yang kamu lihat tadi itu ga tepat, kamu cuma liat saat aku terhupnotis oleh tatapan Valerry. Valerry terlalu licik untuk bisa menguasai mood ku, maaf ya Syal? Maaf juga karena aku kamu jadi sepanik itu kemarin." ucap Evan panjang lebar, sedangkan Syala sudah mengalihkan pandangannya ke langit agar tidak menangis.

"Niat banget jelasinnya? ngumpetin sesuatu ya?" ucap Syala dengan nada sedikit bergetar, sangat sedikit dan hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

"Ngga ada, aku cuma mau minta maaf, dan kalo kamu ga mau maafin aku bakal lakuin semua yang kamu mau biar aku di maafin. Ya, Syal? Please" lanjut Evan yang kini menatap Syala sembari mengambil tangannya untuk digenggam.

"Lucu ya? bukannya kakak udah pacaran sam kak Valerry? dari lama? dan kakak deketin aku karena aku mudah untuk dideketin? iyakan, jujur aja lah." Syala kembali bicara dan menghempas ringan tangan Evan yang mulai menggenggam nya.

"Kata siapa?" tanya Evan sedikit terkejut.

"Ga kata siapa siapa karena aku yang cari tau sendiri". Evan tercengang tidak tahu harus bicara apa.

"Maaf, aku belum bisa jelasin semuanya"
"Maaf, maaf, maaf, i'm so sorry" ucap Evan yang mulai menundukkan kepalanya.

"Udah ya, aku mau pulang, cape. Bye" final Syala sebelum melangkah pergi.

Kini Syala sangat bingung dengan kisahnya sendiri, entah mengapa rasanya ia tak mau kehilangan Evan si ketos idamannya, tetapi Syala pun tidak mau Juan selaku sahabatnya sendiri itu sakit hati karena dia.

•••••

Evan pov.

"Argh bangs*t" teriak Evan menggelegar diruangan tersebut.

"Berisik. Lo yang mulai, lo juga yang harus nanggung resikonya. Gue udah bilang gausah mainin hati cewe" Emil kembali bersuara karena sudah terlalu muak mendengar Evan yang selalu teriak frustasi.

"Gue gamau pisah sama Valerry, kalo gue pisah sama dia usaha gue selama ini hancur Mil. Lo harusnya ngerti."

"Dan gue.. suka Syala. Gue sayang sama Syala. Iya gue sadar awalnya gue cuma mau mainin dia karena dia orang pertama yang suka sama gue, gue rasa dengan cara deketin dia dan buat dia berharap sama gue itu pada akhirnya dia cape dan bikin gue puas, tapi ternyata gue salah besar Mil. Gue jatuh kedalam dunia Syala, gue suka sama dia."

"Valerry? emang gue marah sama dia, tapi gue gabisa mutusin dia gitu aja, dia sumber mata uang gue Mil." Ucap Evan.

"Sadar, lo udah terlalu jahat Van. Lo manfaatin Valerry demi dapet uang dan kepuasan dari dia? sedangkan lonjuga mainin Syala biar ga bosen sama Valerry dan sekalian mau dapet kepuasan dari Syala juga? Lo bukan Evan yang gue kenal. Lo bukan temen gue lagi dan lo harus tau kalo gue nyesel udah bantuin lo deketin Syala selama ini." sambung Emil lalu meninggalkan ruangan yang biasa dijadikan tempat tongkrongan ia dengan Evan.

"EMIL. MUNAFIK LO JADI TEMEN, NYESEL GUE JUGA UDAH MINTA TOLONG SAMA LO. LO GA BISA MEGANG JANJI LO WAKTU ITU." teriak Evan kembali dari dalam ruangan. Evan mendudukkan dirinya pada sofa yang ada dan memejamkn matanya karena ia terlalu pusing dengan keadaan sumber kesenangannya ini.

••••••

tbc

KETOS AGAIN!! (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang