|| Thirteen'th Day ||

118 53 194
                                    

[FANFICTION]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[FANFICTION]

Biasanya, sekolah bergengsi macam Joseon memiliki satu hari yang digunakan untuk sebuah perayaan. Hari tersebut mungkin bisa identik dengan sesuatu yang menyenangkan karena kegiatan belajar juga ditiadakan. Dengan begitu, baik siswa maupun tenaga pendidik, dapat menikmati hari tersebut dengan suka cita.

Joseon pun memiliki acara yang seperti itu, meski dalam konteks yang berbeda. Namanya Thirteenth Day atau Hari Ketiga Belas. Sebuah acara—lebih tepatnya, doa bersama—yang dibuat khusus oleh pihak sekolah sebagai bentuk penghormatan atas kematian Lee Jeno dan Park Jisung. Sesuai dengan namanya, Hari Ketiga Belas selalu diadakan di tanggal tiga belas. Walau sekadar doa biasa, pihak sekolah sudah menetapkan jika kegiatan tersebut termasuk kegiatan wajib bagi di Joseon. Hal yang tentunya mengundang pro dan kontra di antara para siswa, sebab tidak semuanya menerima hal tersebut.

Pagi ini, Jaemin datang terlambat. Pemuda itu bangun kesiangan setelah bermain sampai larut malam kemarin. Alhasil, kini dia sedang berlarian di koridor untuk bisa sampai di auditorium. Walau sering dihukum dan masuk deretan siswa yang tidak disenangi guru, sekali pun Jaemin tidak pernah tidak hadir di acara ini. Sebagai saudara sepupu yang baik, dia cukup sadar diri untuk tidak meninggalkan hari ini hanya untuk bermain. Pikirnya, hanya di waktu inilah pemuda itu bisa berdoa dengan sungguh-sungguh untuk Lee Jeno.

Sesampainya di depan pintu auditorium, Jaemin tersenyum karena masih melihat beberapa guru yang berlalu-lalang—tandanya acara masih belum dimulai. Sambil mengatur pernapasannya, pemuda itu masuk ke dalam dengan ragu dan satu harapan; ada bangku kosong. Tidak ada satu pun orang yang dia kenali di sini, bahkan Lee Haechan pun sepertinya tidak juga datang.

"Jaemin Sunbae."

Saat seorang memanggil namanya, Jaemin refleks menoleh ke belakang. Pemuda itu sedikit bingung saat melihat Kim Mirae yang tersenyum padanya. Gadis itu perlahan mendekat. "Ada apa?"

"Apa Sunbae sedang mencari tempat duduk?"

Jaemin mengangguk ragu. Sedikit merasa heran karena Mirae mengetahui hal tersebut. "Kenapa?"

"Oh, aku hanya ingin menawarkan," kata Mirae sambil menatap Jaemin. "Masih ada satu bangku kosong di sebelahku. Kalau Sunbae mau, Sunbae bisa duduk di sana."

Sejenak, mata Jaemin berbinar. "Benarkah?"

Jaemin tidak bisa menahan senyumnya saat melihat Mirae mengangguk kecil. Namun, lagi-lagi pemuda itu terlihat ragu dan tidak langsung mengiyakan tawaran tersebut karena teringat dengan ancaman Choi Beomgyu. Jaemin benar-benar tidak ingin berurusan dengan orang itu.

"Jaemin Sunbae boleh menolak jika memang tidak mau." Mirae tersenyum manis, agaknya menyadari keraguan yang terlihat jelas di wajah Jaemin. "Aku tidak memaksa, kok. Jangan terlalu dipikirkan."

Mendengar itu, Jaemin menggeleng. Kalau pemuda itu menolak, kesempatan ini tidak akan datang lagi. "Aku akan terima tawaranmu. Kau duduk di mana?"

"Ayo, ikut denganku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reminder! Death ListTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang