Verse: He's Back

220 113 195
                                    

[FANFICTION]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[FANFICTION]

"Yoongi-ya. Kau melamun lagi, hm?"

Suara lembut itu terdengar jelas di kedua telinga Yoongi yang kebetulan sedang membaca komik di kantin. Kepalanya terangkat dan menemukan seorang pemuda tinggi tengah tersenyum ke arahnya.

"Sedang apa kau di sini, Hyung?"

Yoongi yang bingung dengan sosok di hadapannya---Kim Seokjin---sontak saja melontarkan pertanyaan. Dia hanya merasa aneh menemukan kehadiran anak serajin Seokjin yang berkeliaran di kantin.

"Cari makan dong," kata Seokjin sambil menarik nampannya. "Kau pikir aku ke kantin untuk apa? Meminjam buku?"

Yoongi mengangkat bahu tak peduli dan kembali membaca komiknya. Tak lama kemudian, seseorang menarik bangku di sebelahnya.

"Selamat pagi, Yoongi Hyung." Yang dibalas anggukan kepala dari Yoongi. "Neo gwaechanha?"

Suara berat dari seorang pemuda di sampingnya sontak membuat kedua mata Seokjin menyipit. Mencoba untuk menemukan kejanggalan dari wajah Yoongi.

"Ne, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku."

Yoongi menjawab dengan singkat---seolah-olah dirinya memang tak ingin menjawab. Sebab, Yoongi sangat tahu jika Kim Taehyung bisa membaca pikiran seseorang, meski hanya lewat tatapan.

Seokjin lantas menatap Yoongi. "Benarkah? Lalu, kenapa kau terus menunduk seperti itu? Memangnya lehermu tidak pegal?"

Yoongi mengangguk kecil, tetapi memilih untuk tetap fokus pada bukunya. Meski mereka cukup dekat di kelas, Yoongi masih sering merasa canggung dengan semua perhatian yang diberikan Seokjin. Yoongi bahkan seperti membatasi diri dengan orang-orang seperti Seokjin dan Taehyung. Pemuda itu hanya tak ingin masalahnya memberatkan orang lain, apalagi Seokjin. Walau terkadang teman sebangkunya itu terkesan menyebalkan dan memaksa, harus Yoongi akui jika Seokjin adalah satu-satunya manusia yang selalu peduli kepadanya.

Tiba-tiba saja, Seokjin terkekeh pelan. Namun, sorot matanya terkesan sinis---yang membuat Yoongi sedikit takut.

"Aku tahu kau sedang berbohong, Yoongi-ya. Di kelas pun, kau tampak tak konsentrasi seperti biasa. Ada apa?"

"Ah, tidak ada yang penting, Hyung." Yoongi menggeleng ragu dan Taehyung melihatnya jelas. "Tapi, anak itu kembali."

"Mwoya!" pekik Seokjin.

Suara Seokjin yang terdengar nyaring membuat penghuni kantin memperhatikan meja mereka. Taehyung bahkan sudah menutup wajahnya dengan tangan agar tidak ikut malu akibat perbuatan Seokjin.

"Bagaimana bisa?" Seolah-olah mengerti keadaan, Seokjin memelankan suaranya. "Kau bilang dia sekolah di Jepang, 'kan? Lalu, buat apa dia kembali ke Korea?"

"Mana kutahu, Hyung. Appa baru memberitahuku tadi pagi. Parahnya lagi, dia akan didaftarkan di sini."

Seokjin mendadak kesal. Entah kenapa, dia tidak pernah suka dengan sikap Ayah Yoongi yang semena-mena---tidak berwibawa seperti yang sering ditampilkan di televisi. Sering kali, Seokjin merasa jika Kwanjin terlalu menganaktirikan Yoongi dan terkesan tidak peduli. 

"Kalian sedang membahas siapa, sih?"

Mendadak, Yoongi merasa sekelilingnya berubah hening. Seokjin bahkan tidak membuka suara untuk beberapa detik---mungkin menunggu Yoongi untuk memulai bicara---sampai akhirnya, terdengar helaan napas dari keduanya.

"Adik angkatku," ucap Yoongi cepat. "Kau tidak perlu tahu."

Taehyung mengerucutkan bibirnya, terlampau kesal dengan jawaban Yoongi yang dingin dan datar. Lantas, dia memutar matanya dan menunjukkan wajah memelas pada Seokjin. "Hyung~"

"Waeyo, Taehyung-ie?"

Mendapat respon positif dari Seokjin sontak membuat Taehyung tersenyum lebar. "Coba jelaskan padaku, apa yang sedang kalian bicarakan?"

"Bagaimana, ya?" Seokjin terdiam sejenak. Menatap makanannya yang masih belum tersentuh sama sekali. "Kami sedang membicarakan adiknya Yoongi. Lalu, apalagi?"

Seokjin menatap Yoongi yang kembali fokus pada gambar di buku. Seokjin pun tahu, jika Yoongi sebenarnya sedang merasa gelisah. Berhubung Yoongi terkenal dengan sifat tenangnya, anak itu memilih untuk melampiaskan rasa gelisahnya dengan membaca buku. Dengan begitu, Seokjin berpikir perasaan Yoongi akan segera membaik.

Walau kenyataannya tidak semudah itu.

"Namanya kalau tidak salah Jeon---ah, ralat. Maksudku, Min Jungkook." Seokjin terkekeh pelan saat melihat Yoongi yang meliriknya. "Semisalnya dia sekolah di sini, mungkin anak itu akan sekelas denganmu."

"Mungkin?"

Seokjin menoleh ke arah Yoongi, seperti mengisyaratkan sesuatu. Yoongi yang mendapat tatapan Seokjin lantas menghela napas. "Anak itu dua tahun lebih muda darimu, Tae-ya. Tapi, dia ikut kelas akselerasi. Jadi, ada kemungkinan jika dia diterima di kelasmu."

"Ah, begitu," gumam Taehyung pelan. "Sepertinya, aku tertarik pada Jungkook. Lumayan, sih kalau kujadikan teman. Boleh, Hyung?"

"Terserah."

Seokjin hanya menggelengkan kepala, terlampau gemas dengan pemikiran adik sepupunya. Sementara itu, kini Yoongi tampak sibuk dengan ponselnya. Beberapa saat kemudian, Yoongi refleks menoleh saat merasakan tatapan seseorang untuknya. Namun, tak ada siapa pun di sana.

"Yoongi, kau mau ke kelas sekarang?" Tiba-tiba Seokjin bertanya sambil merapikan makanannya. "Aku mau makan di kelas saja, deh. Setelah ini kelas kita kosong, kan?"

"Iya, Hyung," jawab Yoongi cepat seraya berdiri, tetapi pandangannya masih terfokus pada satu tempat. "Kalo begitu, ayo."

"Hyung? Kau sedang melihat siapa, sih?" Taehyung mengikuti arah pandangan Yoongi dan dahinya berkerut saat tak menemukan apa-apa.

"Tidak ada apa-apa, kok. Lebih baik kau masuk ke kelas Tae-ya. Sebentar lagi, bel masuk berbunyi. Ppalli."

Taehyung menatap Yoongi heran. Namun, dia tetap mengikuti Seokjin dan Yoongi untuk keluar dari kantin. Meski begitu, Taehyung benar-benar yakin bahwa ada seseorang yang mengawasi Yoongi tadi.

Tapi, siapa?

T B C

Surabaya, 25 Mei 2021
Love From Sia.

Surabaya, 25 Mei 2021Love From Sia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Reminder! Death ListTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang