Suami Khayalan

371 26 2
                                    

Suami Khayalan


---------------------------


"Apa mbak ini calon istrinya Mas Faris?" Tanya Bi Misih sambil mengamati gadis di depannya. Ia fokus pada gaun pengantin yang dikenakan si gadis. Rasa-rasanya tidak asing. Bik Misih merasa pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi dimana?


"Tidak. Kami baru saja ketemu," jawab gadis itu kalem.


"Ooh." Bik Misih tersenyum. 


"Mari ikut saya," lanjutnya mengajak gadis cantik itu masuk ke dalam. 


—---


"Nah, gini lebih cantik. Masyaallah." Bik Misih menatap takjub pada gadis di depannya. Ia sudah menyulap gadis bergaun pengantin basah dan rambut panjang awut-awutan menjadi gadis berjilbab layaknya seorang ustadzah. 


Gadis itu terkesima dengan diri sendiri. Ia menatap pantulan bayangan pada cermin di depannya. Benar kata Bik Misih. Ia jauh lebih cantik dengan busana muslimah. Tunik panjang dipadu rok plisket dan pasmina benar-benar cocok untuk tubuh rampingnya. Gadis itu tersenyum simpul. Entah kenapa berbusana seperti ini membuatnya nyaman. Mungkin karena lingkungan islami yang tercipta di panti. Atau mungkin karena begini rasanya berbusana islami.


"Di sini, kami mengajarkan anak-anak untuk senantiasa memakai baju muslim. Memakai jilbab untuk yang putri," tutur Bik Misih santun. Gadis di depannya ber-oh-ria. Selarik senyum terbit di bibirnya hingga gigi gingsul itu nampak. Cantik.


"Den Faris punya mimpi mulia. Sudah lama beliau ingin membangun pesantren untuk anak-anak," tuturnya. Kedua mata Bik Misih spontan berkaca-kaca. Seolah ada kesedihan menggelayut dalam dada saat mengatakan itu. Yang pasti gadis di depan Bik Misih tak tahu sebabnya. Ia hanya bisa menerka mungkin Bik Misih terharu dengan cita-cita luhur tuannya. 


"Kenapa tidak dijadikan pesantren saja?" Usul gadis itu. 


"Den Faris merasa belum punya ilmu yang mumpuni di bidang agama, Non. Maaf nama Non siapa?" 


"Saya rasa Mas… em… Faris…." 


Bik Misih tersenyum geli, mengerti kebingungan tamunya. Sudah kerap ia temui setiap wanita yang berhadapan dengan Faris akan terlihat salah tingkah. 


"Saya rasa dia cukup mengerti agama," sahut gadis itu akhirnya. 


"Iya, tapi kata Den Faris dia belum masih kurang mumpuni. Ia bertekad akan belajar lebih tekun lagi dan rajin mengunjungi beberapa pesantren untuk dijadikan referensi." 


Gadis berkulit bersih itu manggut-manggut. 

Setelah mengobrol cukup lama, Bik Misih mengajak tamunya makan malam bersama dengan anak-anak panti. Semuanya tampak pangling dan terkesima dengan penampilan baru tamu mereka. Faris bahkan sempat sedikit kesulitan menelan ludah begitu pandangan mereka bertemu. Ia merasa menemukan bidadari yang jatuh dari langit. Senyum samar terukir di bibir tipis lelaki itu. Bik Misih geleng-geleng melihat tingkah majikannya. Ia juga pernah muda. Tentu paham jika ada sedikit rasa aneh yang hinggap di dada Faris melihat gadis secantik ini.

DIPAKSA MENIKAHI CEO TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang