Sejak mendapat kabar dari Mami Faris, Vicky sedikit mengebut. Seperti Faris, lelaki itu tampak resah. Baginya Tuan Zabir tidak hanya pendiri Albana dimana ia bekerja, tapi juga seorang kakek yang memberinya sebuah kehidupan yang layak. Vicky sudah menganggap keluarga Faris adalah bagian dari hidupnya. Itu karena Kakek dan Mami Faris juga memperlakukan pemuda itu dengan sangat baik.Baik Vicky maupun Faris memasang tampang tegang dalam perjalanan. Tak ada satu patah pun keluar dari mulut mereka. Mata menatap lurus dan tajam ke depan. Hanya beberapa kali Faris terlihat mengetuk-etuk layar ponselnya. Beberapa notifikasi muncul dan secara random ia membuka beberapa aplikasi media sosial. Satu pesan di aplikasi hijau sedikit menyita perhatiannya. Sebuah pesan dari nomor tak dikenal menyertakan sebuah link video. Iseng ia klik dan otomatis sebuah video terputar.
"Tuan Muda Faris Amrillah Albana, seorang CEO muda diketahui memiliki penyakit langka yang membuatnya divonis berumur pendek. Pasalnya penyakit tersebut belum ditemukan obatnya. Keluarga Konglomerat Albana sedang berada pada titik kritis. Kader satu-satunya terancam tak bisa memiliki keturunan. Untuk itu mereka membayar seorang perempuan agar mau menikah dengan CEO Albana tersebut sebagai upaya pewaris selanjutnya segera lahir. Siapakah perempuan malang sekaligus beruntung itu?"
Klik. Faris mematikan ponselnya dengan geram. Ia tak habis pikir dengan video murahan yang menayangkan gosip tentang dirinya. Ia menghirup napas dalam dan mengeluarkannya perlahan, mencoba menetralisir gemuruh dalam dadanya.
Sekarang ia tahu bagaimana perasaan Najiya. Betapa kesal dan terganggu terteror oleh sebuah konten tak jelas. Diam-diam ia mengkhawatirkan gadis itu. Cepat atau lambat semuanya pasti akan terkuak. Bagaimana sikap Najiya jika tahu calon suami sebenarnya adalah dirinya bukan sang kakek seperti yang digembar-gemborkan oleh media sosial? Pernyataan dan pertanyaan tumpah tindih dalam benak Faris.
Vicky menoleh ke arah Faris sekilas. "Siapa yang mengirim video itu?" Tanya Vicky pada atasannya sedikit kesal. Faris menggeleng.
"Kemungkinan Tuan Zabir sudah menonton gosip itu. Lalu kesehatannya menurun," tebak Vicky.
"Kemungkinan besar." Faris mengangguk, kemudian mengusap wajah. Gelisah.
Vicky masih berpikir keras siapa yang telah membocorkan informasi tentang Faris dan mengembangkannya menjadi sebuah gosip. Bisa dipastikan video itu telah viral di berbagai media sosial dan sebentar lagi masuk koran. Bisa dipastikan lagi Faris akan diserbu oleh wartawan setelah ini. Lelaki berkacamata hitam itu kembali membuka suara, "Tapi bagaimana mereka bisa tahu kalau…."
"Maaf telah membuatmu terlibat dalam masalah ini," potong Faris sambil menoleh ke belakang dimana Najiya duduk. Gadis itu mendongak. Menemukan sepasang mata sendu.
Ah ya, Vicky hampir saja melupakan keberadaan Najiya. Bukankah perempuan yang dimaksud akan menjadi media melahirkan penerus Albana adalah Najiya?
Tapi kenapa gadis itu diam saja seolah tak ada hubungan apa-apa dengan Faris? Bukankah mereka baru saja bersama. Seharusnya video dan kabar Tuan Zabir sakit akan membuatnya panik. Tapi tadi dia bahkan ingin diantar pulang saja tanpa mempedulikan kesehatan calon kakeknya. Vicky mengalami perang batin. Ia ingin meluapkan semuanya, tapi fokus menyetir dan sampai ke rumah Tuan Zabir dengan selamat lebih penting saat ini.
"Hem? Oh … tidak apa-apa," sahut Najiya kikuk. Ia tak tahu harus menjawab apa. Ia ingin menanyakan banyak hal terkait video itu. Ia merasa Faris di posisi yang sama dengannya. Menjadi korban media sosial. Tapi kepalanya mendadak pusing. Berbagai analisa berputar-putar dalam benaknya tentang siapa sebenarnya Faris.
Sound dalam video itu memang tak begitu jelas tertangkap oleh telinganya, tapi nama itu. Albana. Ya, nama itu sukses membuat jantungnya berdentam-dentam dan kepalanya berdenyar. Kenapa Albana seolah bergelayut manja di kakinya, melilit kuat tak mau terlepas.
Apa hubungan Mr. Bunglon dengan Albana? Jika keduanya punya hubungan khusus, kenapa aku dengan ceroboh menceritakan masalahku dengan owner Albana sampai mengatai tua bangka padanya saat di panti? Jerit Najiya pada diri sendiri.
Kejutan demi kejutan seolah menamparnya sejak bertemu dengan Faris. Najiya juga teringat sesuatu dalam video itu. CEO? Mr. Bunglon itu seorang CEO? Jika begitu kenyataannya, tak heran jika lelaki itu berpakaian serba mahal dan menaiki mobil semewah ini. Saking mewahnya sampai membuat Najiya takut memegang bagian dalam mobil. Takut jika saja nanti lecet. Jadi dia hanya duduk sedikit meringkuk dengan menangkupkan kedua tangan di atas paha. Persis seperti saat ia diomeli oleh dokter senior karena salah memberikan penanganan pada pasien.
"Aku akan mengantarmu pulang setelah menyelesaikan ini?" Janji Faris begitu mobil telah memasuki halaman sebuah rumah mewah bergaya Eropa.
Mulut Najiya kembali menganga. Ia sudah biasa masuk dalam kawasan elit. Tapi melihat rumah itu ia seperti terdampar dalam negeri dongeng. Baru kali ini ia menemukan rumah mewah yang begitu memukau. Ia seperti Cinderella yang turun dari kereta saat menjejak halaman luas rumah bagai kerajaan itu. Ia hampir tak percaya di Semarang ada rumah seindah ini.
Fasad rumah ini tampak seimbang, megah, dan terlihat tinggi. Beratap limas yang dibuat curam menjadi ciri khas kental nuansa Eropa.
Keseluruhan bangunan seperti istana kecil dengan warna dominan putih. Ada balkon dengan railing yang terbuat dari bata. Halaman luas dibentuk menyerupai huruf O dengan kolam ikan beserta air mancur di tengahnya.
Beberapa rumput Jepang menyerupai karpet hijau terhampar di berbagai sisi halaman. Juga taman-taman kecil dengan berbagai tanaman hias bagai kawanan putri ikut memanjakan mata.
Udara panas yang menyengat kulit tak lagi terasa sebab pohon-pohon pinus tua yang tumbuh terawat seperti merangkul bangunan dan halaman luasnya. Menghadirkan suasana adem dan nyaman.
Beberapa asisten rumah tangga muncul begitu melihat mobil silver berhenti di depan rumah. Ada yang ligat membukakan pintu mobil, ada yang sudah standbye di depan pintu rumah. Mereka mengangguk memberi salam.
Awalnya Najiya ingin menunggu saja di dalam mobil seperti saran Faris. Tapi rasa empatinya urung melakukannya. Gadis itu ikut masuk ke dalam rumah. Membuat Faris berpikir keras bagaimana cara menjelaskan semua pada Najiya tentang keluarganya, tentang siapa sebenarnya dirinya. Ia hanya berdoa semoga dengan penampilan seperti itu, ibu dan kakeknya tak mengenali Najiya. Sehingga setelah ini ia bisa menjelaskan secara baik-baik pada gadis itu.
Namun ekspektasi itu hancur seketika begitu Faris menemukan Nyonya Kamelia, ibunya sedang mondar mandir di ruang utama. Perempuan itu berbinar ketika menemukan dua orang yang ditunggu-tunggu telah tiba.
"Syukurlah, kalian pulang lebih cepat. Ayo bujuk kakekmu agar mau ke rumah sakit. Nasehat Mami nggak mempan," serbu Nyonya Kamelia pada Faris dan Vicky.
Belum sempat mendapat respon dari putranya, sepasang mata dinaungi bulu lentik itu beralih menatap gadis berkerudung yang berdiri di belakang Faris.
Satu… dua… tiga….
"Najiya?"
Doa Faris tidak diijabah. Meski memakai baju muslimah, Nyonya Kamelia langsung mengenali calon menantunya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
DIPAKSA MENIKAHI CEO TUA
RomanceNajiya Faradisa, seorang dokter muda yang harus menikahi lelaki seusia kakeknya demi melunasi hutang-hutang. Status sosialnya hancur lantaran video pendek tentang dirinya dan sang konglomerat viral di berbagai media sosial. Ia dituding sebagai dokte...