Kang Cie Lok

167 18 0
                                    

"Kak Faris…."

"Kak Vicky…."

Dalam sekejap teras panti menjadi riuh ketika mobil mercedes-benz terparkir di halaman berpaving trihex merah kecoklatan. Tepat ketika suasana masih terang-terang tanah.

Beberapa sosok berwajah imut menyembul dan berkerumun menyambut kedatangan para idola mereka. Faris sengaja menjenguk anak-anak panti lebih awal karena kerinduan bertemu para malaikat kecil itu sudah menggunung.

Sepadat apapun jadwal ia akan sempatkan mampir meski tak selalu bisa mengajar mengaji. Baginya Darul Hadlonah Albana adalah rumah sakit surga. Hanya dengan melihat celoteh dan keriangan penghuninya berkilo-kilo beban dan bertumpuk kelelahan dalam sekejap sirna.

Baginya panti adalah tempat terbaik untuk menyemai syukur. Tempat yang tepat untuk ber-healing. Apalagi jika ayat-ayat Al-Quran menggema dari speaker mushola. Rasanya seperti nyanyian surga, menyejukkan hati, telinga dan jiwa.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam," jawab anak-anak serempak. Satu persatu mereka mencium tangan kanan Faris dan Vicky secara bergantian.

Dua lelaki bersarung itu tersenyum. Tampaknya Vicky semakin nyaman mengikuti kebiasaan Faris memakai baju koko atau kemeja dipadu sarung dan peci ketika memasuki panti. Ia juga merasa lebih macho dan lebih beraura.

Berbicara tentang outfit kebesaran shalat jumat itu, Faris dan Vicky pernah kedapatan memakainya ketika berangkat ke kantor. Iseng saja karena jadwal yang padat membuatnya tak ada waktu untuk berganti pakaian resmi. Alhasil para karyawan terbengong-bengong saat mereka melintas. Tanpa mereka sadari pesona tak biasa itu menyedot perhatian para karyawati. Sejak saat itu muncul julukan untuk CEO mereka; Kang POS. Singkatan dari Kang Prince Of Sarung.

Kalau ditanya kenapa ada "Kang" segala? Mungkinkah singkatan dari Tukang atau Akang? Para karyawan kompak menjawab, "Vibes Pak Faris dan Pak Vicky itu seperti aktor-aktor Korea. Kang itu salah satu nama marga Korea. Kang Chie Lok, Kang Ja Gong, Kang Cen Doel, Kang Ghi Baeh." Ada-ada saja mereka.

Berawal dari keisengan memakai sarung itu justru tercetus ide di kepala Faris. Tak ada salahnya jika ada hari khusus semua karyawan muslim memakai baju muslim. Sampai sekarang spesial setiap hari jumat mereka wajib memakai setelan muslim sekalian untuk shalat jumat. Yang cowok mengenakan sarung serta koko atau kemeja. Yang cewek memakai gamis atau long dress dan wajib berhijab.

Bisa dibayangkan betapa mempesonanya para pegawai yang bekerja di belakang meja dengan setumpuk kertas dan komputer itu mengenakan style muslim. Berikut atribut seperti peci, sandal slop serta Identity Card yang melingkar di leher dan terjulur ke dada. Penampilan mereka sekilas mirip para panitia pengajian.

"Yeeyyy… Kak Vicky bawa jajan." Nadia dan teman-temannya bersorak ketika melihat dua kantong kresek hitam dalam ukuran besar berlogo SM trayun-ayun di tangan Vicky.

Dengan sabar pria berhidung mancung itu membagi rata susu kotak dan roti. Ada juga oleh-oleh khas Bali seperti pie susu, pie Legong, kacang disco dan banyak lainnya. Tak lupa dua kresek oleh-oleh khusus untuk para pengelola panti.

"Masyallah, Den Faris. Kapan sampai?"

Bik Misih tak kalah histeris. Perempuan tambun bertangan ajaib itu tergopoh-gopoh menghampiri majikannya. Dikatakan bertangan ajaib karena semua makanan hasil olahan Bik Misih pasti terasa lezat.

"Tadi malam, Bik. Sehat semua kan?"

"Alhamdulillah, Den. Sehat," jawab Bik Misih sambil celingukan.

"Cari siapa, Bik?"

"Kirain sama Non Najiya, Den. Anak-anak sering nanyain kapan Non Najiya mampir ke panti lagi. Kabar Non Najiya gimana, Den?" Bik Misih menyerocos seperti biasa. Sekilas Faris melihat perempuan itu mengerling, menggodanya.

DIPAKSA MENIKAHI CEO TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang