Iblis Berjubah Malaikat

305 26 3
                                    


Ya, seandainya calon suaminya adalah Faris bukan kakek tua itu, mungkin ia perlu berpikir ulang. 


Gadis itu menggeleng. Menepis pikiran konyol yang tiba-tiba melintas. 


Ternyata tak semua lelaki bersarung terlihat kolot. Melihat Faris kenapa lelaki justru tampak berkharisma dengan outfit begitu?


"Den Faris itu pemilik sekaligus pengelola panti. Setiap hari berkunjung ke sini melihat perkembangan anak-anak. Beliau juga yang mengajar ngaji mereka. Beruntung ya yang dapat suami seperti Den Faris?" Bik Misih seolah tahu pertanyaan yang bergelayut di benak tamunya. Perempuan tambun itu tersenyum lebar.


"Non, tolong antar teh panas ini ke aula untuk Den Faris ya?" Bujuk Bik Misih sambil mengulurkan nampan berisi cangkir teh. 


"S-saya?" 


Gadis itu membeliak. Baru saja tadi imajinasi tentang dirinya menyuguhkan secangkir teh panas untuk suaminya yang berwujud Faris melintas. Lalu ini? Haruskah? Gadis itu tampak tercenung. Ia seperti mengalami dejavu. 


"Iya. Tolong ya, Non." 


Bik Misik pergi begitu saja setelah berhasil memaksa tamunya mengambil alih nampan dari tangannya. Tamu cantik panti Albana menghela napas. Lalu dengan terpaksa melangkah menuju aula. 


"Heh, jantung. Gak usah deg-deggan napa? Kamu hanya boleh deg-deggan kalau ketemu dokter Samuel. Tau?" racau gadis itu pada diri sendiri. 


Dengan perasaan canggung, tamu cantik Faris yang dipanggil anak-anak panti "Kak Jiya" itu meletakkan nampan berisi teh panas di samping tempat duduk Faris. Adegan yang sama persis seperti dalam imajinasi absurdnya. Bedanya beberapa anak yang tersebar di aula tidak memanggilnya mama. 


Mereka hanya menatap gadis itu sekilas dan menyapanya dengan ceria. Gadis berjilbab coklat susu yang ternyata bernama lengkap Najiya Faradisa membalas sapaan mereka dengan senyum ramah dan sebuah anggukan. Dia juga sempat mengacungkan jempol memberi semangat pada anak-anak. Tanpa gadis itu sadari Faris sempat melirik sekilas dan tersenyum kilat. Mungkin ia merasa impresi sejak gadis mantan pelaku bunuh diri itu memakai pakaian muslimah. Penampilannya jauh berbeda dengan ketika ia ingin bermigrasi ke alam baka kemarin. Kulit seputih susu itu tampak kontras dengan warna jilbab dan tunik yang dikenakannya. Seperti es salju dengan toping coklat. Manis dan segar. 


"Kak Najiya…." Talita memanggil sambil melambaikan tangan. Najiya membalas lambaian tangan itu dan tersenyum lebar. 


Nadia tak mau kalah, dia juga ingin mendapat perhatian Najiya. Gadis chubby itu bahkan memanggil perempuan di samping Faris dengan suara lebih keras. Disusul anak-anak yang lain. Mereka tetiba menjelma fans dadakan Najiya. Aula menjadi sedikit gaduh dan mereka tak lagi fokus berlatih membaca Al-Quran. Hal itu membuat Faris angkat suara. Suara ketusnya membuat anak-anak menjadi jeri dan aula kembali senyap. 

DIPAKSA MENIKAHI CEO TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang