Mr. Bunglon

243 25 3
                                    


"Lalu apa rencanamu, Bu Dokter?" Tanya Faris datar. 

Wajah Najiya kembali mendung. Pandangannya menyapu lantai. Sepasang matanya berkabut. Ia menghela napas sambil menata hati. Ia harus segera mengambil keputusan. Kemana kedua kaki itu akan melangkah selanjutnya. Tak mungkin ia menumpang hidup terus di panti. 

Kembali ke rumah? Ah, dia belum siap bertemu orang tuanya yang selalu memasang wajah nelangsa. Ingin berontak takut dosa, jika menuruti keinginan mereka dan menyetujui perjodohan itu ia belum kuasa. Ia siap berbakti dalam bentuk apa saja asal tak menikah dengan lelaki yang sudah ia cap tua bangka. 

Setelah lulus dan diterima bekerja, Najiya bahkan bertekad membiayai sekolah dan semua keperluan adiknya, Janeeta. Juga mengirimi uang belanja bulanan untuk ibunya. Ia siap membalas budi dengan sebaik-baiknya. Namun rencana itu menguap begitu saja saat ibunya dengan terbata-bata memberi tahu sebuah rahasia di balik gelar doktor yang ia sandang. Sungguh semua di luar dugaan. 

Najiya berpikir keras. Ia masih ada simpanan uang. Mencari kos mungkin ide bagus tapi sebaiknya ia benar-benar berhemat untuk saat ini. Ia butuh seseorang untuk berbagi keluh kesah dan memberinya tempat bernaung untuk sementara. 

Najiya bingung. Ia tak punya sahabat dekat sebab semua temannya menganggap ia orang sombong yang hanya butuh gelar dokter.  Menjadi lulusan terbaik dan dokter paling hebat seperti kekasihnya, Samuel. 

Sebenarnya Najiya tak berniat jaim dan angkuh. Ia hanya ingin berusaha menjadi yang terbaik. Meraih cita-cita dengan kerja keras. Belajar dan belajar membuatnya tak ada waktu untuk sekedar makan siang, shopping atau pergi ke bioskop bersama teman-temannya.

Sikap introvertnya dan seolah bisa melakukan semuanya sendiri itulah yang membuat temannya menjauh. Jadi tak mungkin ia menghubungi salah satu teman alumni dari Fakultas Kedokteran Sultan Ageng untuk meminta tolong. 

Sepertinya akan terlihat memalukan jika tiba-tiba muncul lalu sksd, sok kenal dan sok dekat. Dia juga akan terlihat hanya datang ketika ada maunya, hanya butuh orang lain kalau sedang terpuruk saja. Bukankah itu amat buruk? 

Ia juga baru diterima di salah satu rumah sakit swasta paling bergengsi. Belum punya teman dekat. Baru sebatas kenal saja sewaktu ada momen perkenalan di ruang umum dokter. 

Baru saja Najiya bertekad merubah wataknya yang masa bodoh dan superior itu di hari pertama kerja, tapi sebuah berita pernikahan berlandaskan hutang mengejutkannya. Ia benar-benar tak tahu harus minta tolong kepada siapa. Bagaimana cara melunasi hutang-hutang senilai ratusan juta itu. 

Sebenarnya ada satu nama yang terus mengendap dalam benaknya. Seseorang yang mungkin bisa membantunya. Dokter Samuel Ikramsyah Maulana. Hanya dia, manusia satu-satunya yang bisa merenggut perhatian dan hati Najiya sejak perempuan itu masih menjadi mahasiswi. 

Tapi sejak kemarin Samuel sulit sekali dihubungi. Puluhan kali Najiya mencoba menelepon, tak ada tanda-tanda ponsel Samuel aktif. 

(Sam, aku ada di Pengapon. Ku harap kau ada di saat aku di titik paling bawah). 

(Sam, apa kau juga percaya dengan berita itu? Bahwa aku akan menikahi tua bangka demi melunasi hutang? Jika kau memang mencintaiku, kau pasti akan percaya padaku. Aku tak sudi menikah dengannya meski dia adalah seorang konglomerat). 

DIPAKSA MENIKAHI CEO TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang