Gumiho & Raisa

215 26 3
                                    

"Najiya…

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Najiya…."

Telat. Tangan dr. Samuel sudah mencekal lengannya kuat. Berteriak jelas bukan ide yang bagus. Apalagi mereka berdiri di Koridor dekat ruangan Direktur.

Reputasi Najiya sebagai dokter sudah tidak bagus sejak di hari pertama. Bahkan sikap direktur yang antipati mungkin juga karena video tak sedap tentang dirinya dan Konglomerat pendiri RS Mitra Albana.

Sebelum berangkat, perempuan berbadan ramping itu sudah menduga dirinya akan menjadi sorotan. Sebab wajahnya masih berseliweran di berbagai media sosial.

 Ia adalah dokter dan debitor sekaligus. Najiya rasa tak ada yang lebih memalukan dari ketahuan berhutang dan tak bisa membayar. Yang lebih mengenaskan lagi, ia harus menyerahkan diri jika ingin hutang-hutang itu lunas secara instan. Bekerja di RS milik Kreditur orang tua mereka juga menambah nilai minus dirinya. Itu sama saja sengaja melumuri kotoran ke muka sendiri. Tapi mau ke mana lagi dia jika tidak segera bekerja. Najiya terjepit. Maju kena mundur kena. 

Perkataan Nyonya Kamelia kemarin tidak bisa benar-benar menghibur Najiya. Beberapa pasang mata dan kasak kusuk saat dirinya melintas, pertanda bahwa dirinya sedang menjadi trending topic di mana-mana. Situasi ini membuatnya tak nyaman. Mungkin ia harus belajar menjadi orang bertelinga tebal atau "rai gedek" Istilah dalam bahasa Jawa untuk orang-orang yang tak punya malu sekaligus memalukan. 

"Lepas!" Najiya melotot. 

"Tidak akan! Kamu salah paham, Jiya. Aku akan menjelaskan semuanya," desah dr. Samuel dengan raut memelas. Najiya segera memalingkan wajah. Ia takut lengah lagi jika membalas tatapan Samuel yang penuh arti. Lelaki itu memang punya daya pikat tersendiri. Najiya saja yang bodoh mengira hanya dia satu-satunya perempuan yang berhasil memikat dokter idola tersebut. 

"Tidak ada yang perlu dijelaskan, Dokter. Karena semuanya sudah jelas," pekik Najiya setelah dr. Samuel berhasil menariknya ke sebuah ruangan penyimpanan obat-obatan untuk pasien rawat inap. Mereka berdiri di tengah beberapa rak yang disusun bershaf-shaf. 

"Waktu kamu menelepon aku sedang ada operasi. Pasien pengidap abses hati," ujar Samuel sungguh-sungguh. 

"Halaaaah, alasan!" Ingin sekali Najiya meneriakkan kalimat itu tepat di muka Samuel. Tapi jiwa sebagai dokter yang sudah melekat dalam dirinya tak sepakat. Apalagi sorot mata Samuel serupa magnet, memikat paksa Najiya. 

"Setelah selesai aku menyusulmu ke Pengapon. Tapi tak kutemukan kau disana. Aku sangat bingung." Samuel masih berusaha menguasai Najiya. 

Kedua tangannya menempel erat di kedua bahu perempuan itu. Wajah mereka begitu dekat hingga Najiya bisa merasakan hangatnya terpaan nafas Samuel. 

Ingin rasanya Najiya tak langsung percaya karena sekali lelaki ketahuan berbohong maka bisa jadi perkataan selanjutnya pun meragukan. Ia susun lagi kekuatan yang hampir runtuh. Najiya menghembuskan nafas. 

DIPAKSA MENIKAHI CEO TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang